Andrian, seorang pria sukses dengan karir cemerlang, telah menikah selama tujuh tahun dengan seorang wanita yang penuh pengertian namun kurang menarik baginya. Kehidupan pernikahannya terasa monoton dan hambar, hingga kehadiran Karina, sekretaris barunya, membangkitkan kembali api gairah dalam dirinya.
Karina, wanita cantik dengan kecerdasan tajam dan aura menggoda yang tak terbantahkan, langsung memikat perhatian Andrian. Setiap pertemuan mereka di kantor terasa seperti sebuah permainan yang mengasyikkan. Tatapan mata mereka yang bertemu, sentuhan tangan yang tak disengaja, dan godaan halus yang tersirat dalam setiap perkataan mereka perlahan-lahan membangun api cinta yang terlarang.
Andrian terjebak dalam dilema. Di satu sisi, dia masih mencintai istrinya dan menyadari bahwa perselingkuhan adalah kesalahan besar. Di sisi lain, dia terpesona oleh Karina dan merasakan hasrat yang tidak terkonfirmasi untuk memiliki wanita itu. Perasaan bersalah dan keinginan yang saling bertentangan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sorekelabu [A], isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2
##Bab 2: Istri Sah Pak Andrian Mengunjungi ke Kantor
Di pagi hari yang cerah, matahari bersinar ceria mengintip melalui tirai jendela gedung perkantoran yang tinggi. Di sana, karina, sekretaris cantik Pak Andrian, sedang sibuk menyusun file dan menjawab telepon. Pesonanya yang anggun dan senyumnya yang menawan selalu mampu menarik perhatian rekan-rekannya. Namun, di balik kariernya yang cemerlang, ada rahasia yang harus dia jaga — ketertarikan terlarangnya terhadap atasan yang sudah beristri.
Hari itu, tatkala Karina sedang menyusun berkas-berkas di sekitarnya, suasana tiba-tiba berubah ketika resepsionis mengumumkan kedatangan seorang wanita terhormat.
"Selamat pagi, Ibu Melinda," suara resepsionis menggema, membuat seluruh ruangan seolah tertegun sejenak.
Pikiran Kirana melesat cepat. Melinda, wanita anggun berpenampilan elegan, memasuki kantor dengan senyum yang hangat. Dia tampak percaya diri dan memancarkan aura yang kuat. Kirana mengamati Melinda, mencoba memahami apa yang diinginkan kehadirannya. Dalam hati, Kirana merasa berdebar, pertemuan ini bisa jadi berbahaya.
"Selamat pagi semuanya! Maaf mengganggu, saya hanya ingin memberikan sedikit bingkisan untuk suami saya dan juga berbincang sebentar," ujar Melinda sambil membawa tas berwarna pastel berisi kue buatan sendiri. Keceriaannya membuat suasana menjadi lebih hangat.
Mendengar nama suaminya, hati Kirana bergetar. Pak Andrian adalah pria yang sangat dia kagumi. Cerdas, berkarisma, dan punya aura dominan yang sulit dilawan. Di sisi lain, Melinda adalah wanita yang sangat patut dihormati.
Bola mata Kirana mengikuti Melinda yang bergerak dengan percaya diri menuju ruang kerja Pak Andrian. Tangan Melinda terayun dengan anggun saat ia melangkah, dan setiap mata melihatnya, termasuk Kirana. Saat Melinda membuka pintu, sekilas Kirana melihat wajah Pak Andrian yang tersenyum lebar. Mereka berbincang dengan akrab, sangat terlihat dari wajah Melinda.
Kirana merasakan seperti ada beban di dadanya. Ia tahu apa yang dilakukan adalah salah, membayangkan hidup bersama dengan Pak Andrian, yang sebenarnya adalah milik orang lain.
Namun, perasaannya yang mendalam terhadap atasannya tak bisa ia padamkan. Melinda tampak bahagia di samping Pak Andrian, dan itu membuatnya semakin terjepit dalam kegalauan.
Tak lama kemudian, di luar, suasana kembali menjalani rutinitas, namun ada ketegangan yang terasa. Kirana mencoba fokus pada pekerjaan, namun pikirannya tak henti-hentinya berputar pada kehadiran Melinda. Apakah Melinda tahu tentang ketertarikan yang ada pada dirinya dan suaminya?
Pertanyaan itu terus menghantuinya.
Saat waktu menunjukkan siang, Melinda meninggalkan kantor setelah berbincang panjang dengan Pak Andrian. Kirana melihat dengan sisa-sisa harapan yang mulai pudar. Menyaksikan Melinda suka cita menjadikan Kirana lebih sadar akan batasan yang harus dijaga, meski hati kecilnya tetap mengharapkan sebuah kesempatan.
"Kirana, bisakah tolong ambilkan kopi untukku?" suara Pak Andrian memecah lamunan. Kirana segera berkemas dan menghampiri pantry, namun di dalam hatinya masih ada kegundahan yang menggelora. Ia tahu, meskipun ada ikatan profesional dan kedekatan emosional yang tak terelakkan, cinta terlarang tak akan pernah menciptakan kebahagiaan abadi.
Hari itu berakhir dengan rasa kesedihan dan harapan yang terabaikan, menyisakan banyak pertanyaan di benak Kirana. Apa yang akan terjadi selanjutnya? Apakah cinta yang terlarang ini akan membawa pada terkunci, ataukah akan ada cahaya di ujung terowongan gelap ini? Satu hal yang pasti, Pertemuannya dengan Melinda telah membuat semua batasan yang ada semakin kabur.
Di balik kegalauan hati Kirana, yang sebenarnya Andrian rasakan, sensasi yang berbeda ketika berdekatan dengan Kirana, sekretaris nya, laki-laki itu menyadari perasaan yang berbeda bukan sekedar menganggap sekretaris tapi sepertinya akan menganggapnya lebih.
heheheh mF cmn sekedar.....
asli sakit aku baca nya nasib melindaaa
dn Adrian buta