NovelToon NovelToon
Senandung Penantian

Senandung Penantian

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cintapertama / Cinta pada Pandangan Pertama / Romansa
Popularitas:4k
Nilai: 5
Nama Author: Oksigen TW

Cerita ini benar karya orisinil Author.

✅️ Bijak dalam membaca
✅️ Mohon saran dan kritik yang membangun
❌️ Tidak boomlike dan lompat bab

Uswa wanita yang penuh luka, menemukan secercah cahaya dalam sorot mata Hanz, seorang nahkoda yang ia temui di dermaga.

Gayung pun bersambut, bukan hanya Uswa yang jatuh hati, namun Hanz juga merasakan getaran kecil di hatinya.

Seiring berjalannya waktu, rasa di antara keduanya semakin besar. Namun, Uswa selalu menemukan ketidakpastian dari kegelisahan Hanz.

Uswa pun terjebak dalam penantian yang menyakitkan. Hingga akhirnya, ia dipertemukan oleh sosok Ardian, pria yang berjuang untuk Uswa.

Lantas, kisah mana yang akan dipilih Uswa?

Tetap menanti Hanz yang perlahan memulihkan luka, namun selalu berakhir dengan ketidakpastian?

Atau membuka lembaran baru bersama Ardian yang jelas memiliki jawaban yang sudah pasti?

Ikuti kisah dan temukan jawaban Uswa pada cerita Senandung Penantian.

Cover by Ig : @desainnyachika
Ig : @oksigentw
TT : @oksigentw

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Oksigen TW, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 2

Pertemuan pertama yang singkat, namun berhasil membuat Uswa selalu terbayang sorot mata itu. Sorot mata yang memancarkan kepiluan, menahan rindu yang tak ada obatnya, kecuali kembali pulang dalam pelukannya.

"Ibu ..." lirih Uswa. Ia menatap foto yang menempel di sudut kamarnya yang hanya ia tempati selama weekend. Itupun jika dia benar-benar merindukan ibunya, barulah ia pulang.

Uswa bekerja di salah satu perusahaan bonafit di kota Dumai. Mengingat jarak PT dan rumahnya cukup memakan waktu, Uswa memilih mengontrak rumah. Selain mempersingkat waktu, ia meminimalisir terjadi kecelakaan selama perjalanan pergi maupun pulang.

Kali ini kepulangan Uswa karena memang merindukan ibu, dan kakaknya memintanya pulang. Terlebih lagi, ia baru gajian. Ia ingin mengajak ibunya belanja, dan memberi biaya bulanan untuk ibunya. Sebenarnya bisa saja Uswa mentransfer biaya itu, namun ibunya kurang paham jika harus menarik uang di ATM.

Tok ... Tok ....

Di tengah lamunan singkat, Uswa disadarkan oleh suara ketukan pintu. Ia sudah tau siapa yang mengetuk pintu kamarnya. Namun, karena ia memang mengunci pintu kamar, terpaksa Uswa melangkah dan membukakan pintu untuk kakak laki-lakinya.

"Baru sampai?" tanya Uswa, begitu pintu terbuka dan menampakkan Wildan yang berdiri di hadapannya.

"Iya. Mas mau ke kamar, mau bersih-bersih." ujar Wildan, langsung meninggalkan Uswa ketika telah dijawab dengan anggukan kecil.

Uswa kembali menutup pintu. Ia kembali melangkah menuju ranjang. Uswa duduk di tepi ranjang, menatap layar ponsel yang berada di atas nakas tepat di sebelah ranjangnya.

"Kok nggak ada pesan dari dia atau panggilan dari nomor baru, ya?" gumam Uswa, bertanya pada dirinya sendiri.

Uswa pun merasa kesal, perkenalan singkat itu membuat angannya selalu tertuju pada Hanz. Saat itu, Hanz memang meminta nomor kontak Uswa, ia berjanji untuk segera menghubungi Uswa. Maka dari itu, entah mengapa Uswa terus menanti Hanz menghubunginya.

Drrtt ... drrtt ....

Getar ponsel membuat Uswa meraih ponselnya secepat kilat. Ia menatap layar ponsel yang menampakkan nomor tidak kenal menghubunginya. Senyum kecil terlukis di wajahnya nan ayu. Dengan keyakinan tinggi bahwa itu Hanz, Uswa pun menerima panggilan telepon itu.

"Halo," jawab Uswa singkat.

"Assalaamu'alaikum, Dek. Ini Hanz," ucap seseorang dari balik ponsel Uswa.

Uswa mengulum senyum, namun ia tetap mengontrol suaranya agar terdengar biasa saja.

"Wa'alaikumussalaam. Iya, Mas Hanz. Ada yang bisa saya bantu?" ujar Uswa, ia sengaja berpura-pura agar tidak terdengar salah tingkah, karena memang menunggu Hanz menghubunginya.

"Tidak, Dek. Kemarin Mas berjanji mau menelepon dirimu," jawab Hanz terdengar tegas, namun mampu membuat Uswa merasa senang.

"Baiklah kalau begitu. Terima kasih sudah menepati janjimu, Mas."

Uswa dan Hanz saling terdiam. Mereka berdua seakan bingung dan kehabisan topik pembicaraan. Namun, bukan Uswa namanya jika ia tidak pandai mencairkan suasana.

"Mas nggak ada kegiatan pagi ini?" tanya Uswa, sembari melirik jam kecil di atas nakas, yang menunjukkan pukul 08.25.

"Mas baru selesai joging, Dek. Ini duduk sebentar, mendinginkan badan sebelum mandi." Hanz terdiam sesaat, kemudian ia pun kembali berkata, "Kamu tidak main ke dermaga lagi?" tanya Hanz, penasaran.

"Saya main ke dermaga setiap jumat sore, sebelum pulang ke rumah. Karena, kalau *weeken*d saya pulang ke rumah orang tua." Uswa mencoba menjelaskan rutinitasnya yang sederhana.

"Kalau begitu, seminggu lagi kita bertemu kembali?"

"Jika Mas ingin bertemu, besok saya bisa main ke dermaga." jawab Uswa.

"Bagaimana jika saya main ke rumah orang tuamu?"

"Jangan!" Tolak spontan dari bibir Uswa membuat Hanz heran di tempatnya.

"Kenapa?"

"Biar saya yang main ke dermaga. Lagian, saya juga sering main ke sana, kan?"

"Baiklah. Mas tunggu di sini besok sore ba'da asar."

Setelah setuju dengan Hanz, Uswa mengucap salam dan mengakhiri panggilan telepon. Senyumnya kembali terlukis, menahan gejolak aneh dalam hatinya. Debaran dalam dadanya pun semakin membuatnya salah tingkah.

'Nggak mungkin jatuh hati secepat itu, kan?' batin Uswa, menduga-duga prasangka dalam hatinya.

Enggan berlama-lama dalam prasangka di benaknya, Uswa yang memang sudah bersiap untuk mengajak ibunya pergi, langsung meraih tas dan memasukkan ponsel ke dalam tas.

Uswa membuka pintu dan melangkah keluar menuju dapur, mencari ibunya. Karena ia yakin, ibunya berada di dapur, memasak untuk anak laki-laki tercintanya.

"Bu ...!" panggil Uswa setengah berteriak, saat ia berada di ruang keluarga, namun tetap dengan suara yang lembut.

"Di dapur, Dek!" Terdengar jelas suara Yani dari arah dapur. Tanpa pikir panjang, Uswa langsung melangkah mencari ibunya di dapur.

Benar saja dugaannya, ibunya sedang menata makanan di atas meja. Begitu banyak lauk dan sayur yang tersaji, membuat Uswa mengerutkan kening.

"Ngapa banyak betul masakan, Bu?" tanya Uswa, merasa heran. Pasalnya, tidak biasa ibunya masak bermacam lauk dengan porsi yang cukup banyak.

"Masmu belum bilang sama kamu, Dek?" tanya Yani, suaranya terdengar khawatir.

"Ada apa memangnya, Bu?" selidik Uswa, menatap lekat manik mata yang penuh luka itu.

"Bapak ngajak mereka makan sarapan di sini, Dek." Tiba-tiba Wildan yang datang dari arah depan menjawab keheranan Uswa.

Jelas air muka Uswa seketika berubah. Baru saja hatinya berbunga karena seseorang. Akan tetapi, bunga itu kembali layu dan patah karena orang terdekatnya.

"Tau gitu Adek nggak pulang!" sergah Uswa, yang sangat jelas menahan amarah.

"Mas mau ngomong sesuatu, penting. Jadi, Mas minta dirimu pulang," jawab Wildan mencoba menenangkan adiknya.

"Bisa loh Mas ngomong langsung ke Adek, tanpa harus makan semeja sama mereka!" ketus Uswa, tidak terima dengan pernyataan yang diucapkan Wildan.

"Maksud Mas nggak gitu, Dek. Mau sampai kapan kita begini terus? Sudah saatnya kita menata hati dan kehidupan yang lebih damai, Dek!" ujar Wildan, tegas. Namun tetap dengan kelembutan, karena ia tahu, adiknya sangat terluka dengan apa yang telah dilakukan ayah mereka.

"Nggak seharusnya Mas mengatakan itu! Dan nggak seharusnya Mas bilang gitu. Sampai kapanpun, Adek nggak rela rumah ini diinjak oleh mereka! Paham!" teriak Uswa, ia tidak sanggup lagi menahan amarah yang bergejolak.

"Jangan teriak di depan Masmu, Dek!" peringat Yani, yang hanya diam sedari perdebatan kedua anaknya dimulai. Ia tidak ingin Uswa berlaku tidak sopan pada Wildan.

Wildan memberikan isyarat pada Yani, untuk tidak meneruskan memperingatkan Uswa. Wildan sangat tahu, lelah dan derita yang dirasakan Uswa, namun ketika berada di puncak, jatuh dan hancur seketika. Karena, itulah yang dirasakan Wildan juga.

"Sebaiknya Adek pergi. Adek nggak mau makan semeja sama mereka!" sinis Uswa, yang langsung meninggalkan dapur, dimana ibu dan kakaknya berada.

Namun naasnya, saat Uswa membuka pintu depan, di sana sudah berdiri ayah dan seorang wanita yang tengah menggandeng anak laki-laki sekitar berumur enam tahun.

Raut wajah Uswa semakin merah padam. Terpancar jelas kebencian yang tersorot dari manik indah itu. Uswa menatap tajam pria paruh baya di hadapannya.

"Tidak tau malu!" sinis Uswa, ia bergantian menatap wanita di sebelah ayahnya.

"Uswatun Hasanah, itu ayahmu!" peringat Yani yang sudah berdiri di ambang pintu, menatap lekat pada putri satu-satunya.

"Ayah mana yang rela menghancurkan perasaan anaknya, padahal anak-anaknya telah berjuang demi kehidupan yang layak untuknya?" sergah Uswa, sangat tajam menusuk relung hati ayah dan wanita di sampingnya.

Uswa pun berlalu pergi, menuju motor matic hitam kesayangannya. Tanpa basa-basi, Uswa langsung mengenakan helm dan mengenakan zipperhoodie. Sesaat kemudian, ia menyalakan mesin motor dan langsung mengarahkan motornya ke jalanan.

Dengan hati yang penuh luka, Uswa mengendarai motornya dengan linangan air mata. Melepaskan kepiluan dalam hatinya.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

...Kata orang cinta pertama anak perempuan adalah ayahnya. Namun, jika cinta pertama itu telah hancur, maka cinta mana lagi yang bisa dipercaya?...

...~Oksigen TW~...

...****************...

1
🌺Fhatt Trah🌺
jujur aja mas. jgn disimpen dlm hati
Oksigen TW: Entahlah, Hanz terlalu diam dengan perasaannya/Frown/
total 1 replies
🌺Fhatt Trah🌺
uswa udah benci banget ya sama ayahnya
Oksigen TW: Antata benci dan takut, Kak😔
total 1 replies
🌺Fhatt Trah🌺
mata tidak mungkin bohong ya hanz
Oksigen TW: Betul banget/Sob/
total 1 replies
🌺Fhatt Trah🌺
itu jawaban yg tepat
Oksigen TW: Tepat berujung salting/Chuckle/
total 1 replies
🌺Fhatt Trah🌺
cara penulisan authornya rapi. sukses dengan karya keren ini kk👍🏻👍🏻
Oksigen TW: Harus banyak belajar sama Kakak
Oksigen TW: Aamiin. Terima kasih, Kak
total 2 replies
🌺Fhatt Trah🌺
ayahnua punya istri yg lain kah
Oksigen TW: Iya, Kak😭
total 1 replies
mama Al
bunga untuk uswa

salam dari radar cinta Andara
Oksigen TW: Uswa : Terima kasih banyak, Kak😘
total 1 replies
mama Al
betul
Oksigen TW: Tapi, siap menanggung sakit yang luar biasa/Sob/
total 1 replies
mama Al
kau menggantungkan hubungan ini
Oksigen TW: Memang keterlaluan Hanz itu, Kak/Sob/
total 1 replies
🌺Fhatt Trah🌺
🌹🌹 + subs sudsh meluncur. semangat ya thor
Oksigen TW: Waahh ... terima kasih, Kakak😘🫶
total 1 replies
🌺Fhatt Trah🌺
cieeee ... yg ditunggu-tunggu🤭🤭
berdebar debar pasti itu hati
Oksigen TW: Banget, Kak🤣
total 1 replies
🌺Fhatt Trah🌺
di mana itu kota Dumai Thor?
kukira dunia maia🤭
Oksigen TW: Di Provinsi Riau, Kak
total 1 replies
🌺Fhatt Trah🌺
aku mampir thor. nyicil dulu ya
Oksigen TW: Terima kasih, Kak e. Ntar saya mmpir balik.🫶
total 1 replies
🌺Fhatt Trah🌺
inikah yang dinamakan jatuh cinta pada pandangan pertama?
untung gk jatuh ke dermaga ya Hanz, tapi jatuhnya ke hati Uswa🤭
Oksigen TW: Untung Hanz jago renang, jaga2 dia jatuh ke dermaga karena kekonyolan Uswa/Facepalm/
total 1 replies
🌺Fhatt Trah🌺
bilang aja cantik, mas. pake basa basi lagi🤭
Oksigen TW: Basa basi berujung cinta/Facepalm/
total 1 replies
mama Al
3 iklan untuk author
Oksigen TW: Terima kasih, Kak🫶
total 1 replies
mama Al
bahasanya keren
Oksigen TW: Punya Kakak jauh lebih keren😭
total 1 replies
mama Al
Yadi ternyata suka gosip juga
Oksigen TW: Bukan main si Yadi, Kak😭
total 1 replies
mama Al
sabar uswa

laut kan sering tidak ada sinyal
Oksigen TW: Sedih ya, Kak😭
total 1 replies
Dewi Payang
10 iklan buat kak Author, cemangatz💪
Dewi Payang: Sama2 kak🫰🫰
Oksigen TW: Terima kasih banyak, Kak🫶
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!