" Akh Sakit, lepaskan tanganku pak. "
" Diam! dan jangan pernah memanggil saya dengan sebutan pak karena saya tidak pernah menikah dengan ibumu."
Gadis itu bungkam mendengar bentakan dari pria dewasa yang kini sedang menyeret nya dengan kasar menuju sebuah ruangan bawah tanah yang terlihat gelap dan amat menyeramkan. di ruangan tersebut hanya terdapat sebuah sel dan satu meja lengkap dengan dua kursi yang terlihat usang. Pria itu melempar gadis tersebut ke dalam sel tahan dengan kasar hingga sang gadis jatuh tersungkur kemudian mengunci sel tahanan dari luar.
" Aaaaa... " gadis itu berteriak karena di dalam sel tahanan itu banyak sekali kecoa dan tikus.
" Aaaaaa... lepaskan saya pak, tolong."
Sementara sang pria hanya tersenyum puas sambil memainkan kunci gembok yang ada di tangannya.
" Mengapa anda tega terhadap gadis kecil yang tidak berdosa seperti saya. "
" Hahaha... tidak berdosa katamu? justru semua ini terjadi karena dosa yang telah kau lakukan."
Dosa apakah??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lindasarie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rumah sakit jiwa
Jam sudah menunjukkan pukul 13.00 siang itu matahari tidak menampakkan sinarnya dan langit terlihat mendung seperti akan turun hujan. Siswa siswi pun sudah berhamburan keluar meninggalkan sekolah. sementara Daisy masih berdiri sendiri di depan gerbang sekolah menunggu sang mama datang menjemput sebab Nazwa sudah pulang duluan di jemput oleh kekasih nya.
" Duh, mama lama banget sih.. mau hujan lagi." Daisy mulai khawatir karena mama nya belum juga datang menjemput.
Ting. terdengar suara ponsel Daisy berbunyi tanda pesan masuk. Daisy segera membuka pesan tersebut dan ternyata dari sang mama.
" Sayang. maaf mama tidak bisa jemput kamu, mobil nya mendadak mogok. ini mau mama bawa ke bengkel, kamu pulang naik taksi saja ya, atau ikut sama Nazwa." begitulah isi pesan dari mama Dinda.
Raut cemas tergambar jelas dari wajah Daisy setelah membaca pesan dari mamanya itu. Ditambah lagi hujan mulai turun rintik rintik.
Tak lama terdengar suara klakson mobil yang keluar dari gerbang sekolah dan tanpa di duga berhenti tepat di depan Daisy.
Daisy sudah mengenali pemilik mobil tersebut dan pemilik nya kini turun menghampiri Daisy yang tengah berdiri mematung.
" Daisy, kamu belum pulang?." tanya pria itu yang tak lain adalah pak Bagus.
" Be..belum pak, saya lagi menunggu taksi." Daisy menjawab sedikit gugup karena teringat ucapan Nazwa.
" Lebih baik saya antar kamu, takut hujan nya keburu deras "
" Tidak usah pak, biar saya naik taksi saja."
" Jangan keras kepala Daisy. Ayo ikut! " Pak Bagus menarik tangan Daisy dan membawanya masuk ke mobil miliknya.
" Eh " Daisy kaget dengan perlakuan pak Bagus.
" Cepat masuk." namun Daisy hanya bisa pasrah dan masuk ke dalam mobil gurunya dari pada ia harus kehujanan dan berakhir flu.
kini mobil itu telah melaju meninggalkan area sekolah. Dan benar saja setelah itu hujan turun lumyan deras.
Didalam mobil, hening. belum ada yang mengeluarkan suara. yang terdengar hanya suara alunan hujan yang tengah mengguyur bumi.
" Daisy." Pak Bagus mulai membuka suara
" I..iya pak."
" Kamu kenapa gugup begitu? santai saja, saya tidak akan macam macam sama kamu."
Daisy menghela nafas " Saya tidak berfikir seperti itu pak."
" Hmm, lalu? "
" Saya hanya kepikiran mama saya saja, mobil nya mogok. takut mama saya juga kehujanan." kilah Daisy
" Ouh begitu.. semoga saja mama kamu baik baik saja."
" Iya pak. "
Selang beberapa menit.
" Ehem, Daisy." Pak Bagus kembali menyapa Daisy.
Daisy menoleh " Ada apa pak?"
" Andai saja dulu saya bertemu kamu lebih awal sebelum saya menikah."
Daisy melongo kaget mendengar penuturan pak Bagus, dia masih diam belum tau harus menjawab apa.
Pak Bagus terkekeh melihat ekspresi imut Daisy ketika dalam mode syok. " Hehe.. saya hanya bercanda Daisy, tidak perlu syok begitu."
" Eh, bapak ini ada ada saja, saya masih kecil dong pak saat Bapak belum menikah." Daisy berusaha menetralkan suasana, dan tidak menganggap serius ucapan gurunya itu.
" haha kamu benar. pasti saat itu kamu masih suka main petak umpet atau main Barbie ya.."
" Nah, bapak tau itu saya suka main petak umpet. jangan jangan bapak cenayang."
" saya ini guru sejarah bukan cenayang."
" Hmm.. siapa tau bapak merangkap guru sama cenayang."
" Kamu ini, saya hanya asal menebak."
" Hmm.. begitu ya." Daisy manggut manggut.
Dan setelah itu tidak ada lagi percakapan di antara mereka.
" Seperti nya saya benar benar menyukai kamu Daisy." akan tetapi pak Bagus hanya mengungkapkannya dalam hati sambil mencuri curi pandang pada Daisy karena sangat tidak mungkin jika dia benar-benar mengungkapkannya pada Daisy sebab ia sudah memiliki istri.
***
Di sebuah apartemen mewah di kota itu, di salah satu unitnya terdapat dua orang dewasa berbeda lawan jenis tengah memadu kasih di sebuah ranjang king size.
" Mmmphh.. aaah.. faster baby." racau seorang wanita di bawah kukungan raga kekar sang pria.
" I want you baby" wanita itu terus meracau sambil menggigit bibir bawahnya. seperti nya mereka akan mendapatkan pelepasan sebentar lagi.
Akan tetapi suara dering ponsel milik sang pria mengganggu aktivitas mereka. awalnya sang pemilik ponsel mengabaikannya, tetapi suara dering itu terus-menerus berbunyi sehingga dengan terpaksa pria itu menghentikan aktivitas nya dan mengangkat telponnya.
" Ck.. siapa sih mengganggu saja." wajah wanita nya terlihat jengkel karena ia gagal mendapatkan pelepasan.
" Hallo, ada apa? "
" Hallo tuan. tuan Albi mengamuk lagi karena foto seorang gadis yang sering di pegangnya hilang. kami akan melakukan tindakan akan tetapi harus ada persetujuan dari anda. bisakah anda datang kemari?."
" Baiklah, saya akan segera kesana." Pria itu mematikan ponsel nya.
" Dari rumah sakit jiwa lagi?" Tania bertanya. ya, wanita itu bernama Tania.
" Iya sayang, aku harus segera pergi."
" Tapi, Sam. kita belum selesai." Tania terlihat keberatan Sam akan pergi sementara kegiatan mereka belum tuntas.
" Nanti kita lanjutkan, aku tidak bisa mengabaikan adikku." Sam beranjak dari atas tubuh Tania dan segera memakai pakaiannya dan pergi menuju rumah sakit jiwa.
" Akh sial. Adiknya yang g*la itu selalu saja mengganggu kesenanganku." Tania sangat kesal karena ditinggalkan begitu saja oleh kekasihnya apalagi disaat hasratnya belum tertuntaskan.
Abrisam Daffa Narendra. seorang pria dewasa yang kini umurnya menginjak kepala tiga yang kerap di panggil dengan sebutan Sam akan tetapi pria itu masih terlihat tampan dan gagah. ia adalah seorang CEO dari perusahaan besar miliknya yaitu Narendra corporation. Dia hanya memiliki seorang adik laki-laki yang bernama Albian Hutta Narendra yang saat ini baru berumur 19 tahun. Namun sangat di sayangkan adiknya itu kini berada di rumah sakit jiwa karena mengalami depresi.
Mobil mewah yang di kendarai oleh Sam melaju kencang menembus jalan raya yang tidak terlalu ramai siang itu, namun hujannya sudah reda hanya menyisakan sedikit rintik rintik. Hanya membutuhkan waktu 30 menit untuk sampai di rumah sakit jiwa tempat adiknya di rawat. setelah turun dari mobil Sam berlari menuju ruang rawat Albi.
" Ada apa dengan adik saya?" Sam bertanya kepada perawatnya Albi.
" Begini tuan, tadi foto gadis cantik yang sering di pegang oleh tuan Albi hilang dan itu membuat tuan Albi mengamuk. untung saja perawat kami yang lain menemukan kembali foto tersebut sehingga tuan Albi kembali tenang." Perawat itu menjelaskan kepada Sam.
" Terimakasih suster."
" Sama sama, saya permisi sebentar tuan."
Sam hanya menjawab dengan anggukkan kepala. setelah perawat itu pergi Sam menatap adik nya yang kini tengah tersenyum senyum menatap foto seorang gadis yang selalu ia genggam sambil meracau tidak jelas.