Lintang yang baru pulang ke kampung halamannya setelah 2 tahun merantau ke kota menjadi baby sitter merasakan kampungnya sangat mencekam. Ia melihat sosok mahluk menyeramkan saat Maghrib karena tidak percaya dengan cerita Doni bahwa kampungnya sedang terjadi teror oleh hantu Seruni.
Siapa Seruni sebenarnya, mengapa ia meneror warga kampung Sedap Malam?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desy kirana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2
Lintang terdiam karena merasa tersinggung dengan perkataan Doni. melihat Lintang yang kesal Doni segera meminta maaf.
"Maaf ya, aku tidak bermaksud menyinggung mu. Kau cantik kok, hanya saja aku ingin mengatakan jika kampung kita sedang di teror saat ini." Kata Doni kembali menjelaskan
"Teror yang bagaimana maksudmu?” Tanya Lintang penasaran.
“Ketika memasuki waktu surup, akan ada arwah dari wanita hamil bernama Seruni itu akan berkeliaran mencari anaknya. Jika ia mendengar suara atau melihat warga yang masih berkeliaran di luar rumah ia akan membunuh orang tersebut. Maka dari itu setelah pukul 4 sore semua warga baik tua maupun muda akan masuk ke dalam rumah dan tidak membiarkan anggota keluarga mereka keluar rumah sampai besok subuh.” Jelasnya.
“Nggak masuk akal.” Sela Lintang tak percaya seraya menggelengkan kepalanya.
“Aku tidak memaksamu untuk mempercainya perkataanku. Tapi apa salahnya kau mendengarkan ku.” Ucap pria tersebut.
“Itu hanya akal-akalan mu saja agar bisa menahanku ku disini bukan, sudah lah, sebaiknya aku pulang sekarang, lagi pula magrib masih 10 menit lagi.” bantah Lintang lalu berdiri dan mengambil tasnya. Pria itu menahan Lintang agar tidak keluar, karena takut Lintang bertemu dengan Seruni.
“Hei, kau mau mati ya.” Seru Doni dan menahan tangan Lintang yang akan membuka kunci pintu. Lintang menatap tajam Doni.
“Hidup dan mati seseorang itu berada di tangan Tuhan, bukan di tangan Seruni. Jadi minggir, biarkan aku keluar.” Lintang mendorong tubuh Doni dengan tangannya namun tak bergeser sedikitpun tenaganya kalah dengan Doni.
“Oke, aku akan membiarkan mu keluar tapi dengarkan perkataan ku satu ini, setelah kau mendengar nya terserah padamu ingin bermalam disini atau pulang. Dengar ya, jika kau berada di jalan saat ini dan bertemu dengan Seruni meskipun kau meminta bantuan dengan menggedor pintu rumah warga, mereka tidak akan pernah mau membukanya, mereka tidak menerima tamu saat surup hingga besok subuh. Apapun yang terjadi padamu nanti mereka tidak akan menolongmu meskipun kau mati di bunuh oleh Seruni, mereka akan mengurus jenazah mu setelah kau menjadi bangkai besok paginya.” Jelas Doni dengan tegas. Mendengar penjelasan Doni Lintang sedikit ngeri, namun ego nya yang sangat besar menghilangkan rasa takutnya.
“Aku tidak takut, sebelum Seruni itu membunuhku, aku yang terlebih dulu membakarnya.” Ketus Lintang lalu membuka kunci pintu dan keluar. Doni menyandarkan tubuhnya di bingkai pintu dan menyilangkan tangannya di perut. “Pergilah sana, aku ingin melihat seberani apa kau menghadapi kematian di depanmu, lihat wanita di atas buaian itu.” tangan Doni menunjuk kearah depan.
Lintang terpaku menatap jalanan di depan rumah Doni yang sudah gelap, ia melihat seorang wanita berpakaian putih yang penuh dengan darah sedang bermain buaian yang berada di pohon jambu. Wanita itu tak menampakkan kakinya. Tubuh Lintang membeku ketika wanita yang berada di buaian itu menatapnya. Seumur hidupnya, baru kali ini Lintang melihat yang namanya setan. Wanita itu berwajah dingin dan pucat. Kelopak mata yang bolong membuat tubuh Lintang gemetar melihatnya. Netranya melihat jika wanita itu berdiri dari buaian namun Lintang tak melihat kakinya menapak diatas tanah, saat wanita misterius itu berjalan kearahnya tubuhnya semakin gemetar. Dengan sigap Doni menarik tubuh Lintang kembali masuk kedalam rumahnya dan mengunci pintunya. Doni membaca sesuatu dari bibirnya lalu membawa Lintang kedalam kamarnya. Ia menyelimuti Lintang karena tubuh Lintang sangat dingin dan gemetar hebat.
Doni mengambil air putih dari dapur dan membacakan sesuatu lalu meminumkannya pada Lintang.
“Ayo diminum dulu biar tenang. Kau tenang saja, dia tidak bisa masuk ke dalam rumah jika pintu dalam keadaan terkunci.” Ucap Doni menenangkan Lintang. Setelah Lintang tenang, Doni membalurkan minyak angin pada kaki dan tangan Lintang.
Entah apa yang Lintang pikirkan saat ini, dirinya belum pernah merasakan takut yang seperti ini. Ia benar-benar menyesal karena tidak mendengarkan perkataan Doni. Lintang menangis karena sangat takut, ia tidak bisa menghilangkan sosok menyeramkan yang ia lihat barusan.
Doni yang sedang menggosok kaki Lintang dengan minyak angin terkejut melihat Lintang menangis tanpa suara dengan tubuh yang gemetar.
“Hei, kenapa menangis. Sudah aku katakan dia tidak akan bisa masuk ke dalam rumah ini.” Doni menggenggam tangan Lintang yang berkeringat. Karena tubuh Lintang semakin gemetar Doni menyelimuti tubuh Lintang dan memeluknya.
Doni merapalkan sesuatu dari bibirnya hingga beberapa saat kemudian Lintang tertidur. Setelah Lintang tidur Doni melepaskan pelukannya dari tubuh Lintang, ia membelai pipi Lintang yang putih mulus.
“Kau mengingatkanku pada seseorang Lintang.” Gumam Doni pelan. Doni meninggalkan Lintang di dalam kamar dan menutup pintunya, ia menuju kamar yang berada di sebelah.
Sebuah kamar yang lebih kecil dari kamar yang di tempati Lintang, dikamar itu hanya ada sebuah meja dan kursi untuk meletakkan sajadah dan Al-Qur’an. Doni duduk di atas tikar dengan bersila dan merapalkan sesuatu dari bibirnya dengan mata terpejam.
.
Esok paginya sekitar pukul 6 Lintang bangun dari tidurnya, ia sudah tidak ketakutan lagi seperti semalam. Itu karena Doni telah membacakan sesuatu sebelum Lintang tidur, ia membuat Lintang agar tidak takut namun tidak membuat Lintang melupakannya, ia tidak ingin Lintang kembali mengulangi hal bodoh kemarin maka dari itu Doni tidak membuat Lintang melupakannya. Lintang memeluk tubuhnya karena merinding ketika mengingat kejadian semalam.
Lintang turun dari ranjang dan memakai sendalnya, karena lantai di rumah Doni masih tanah. Ia menuju ke bagian belakang karena mendengar suara alat masak. “Selamat pagi.” Sapa Lintang pada Doni yang sedang memasak diatas tungku. Doni menoleh kearah Lintang dan tersenyum dengan tangan yang masih terus mengaduk-aduk nasi goreng. “Pagi, hei sudah bangun.”
Kata Doni tersenyum menatap Lintang yang berdiri di ambang pintu yang menghubungkan ruang depan dan dapur.
"Emm, aku ingin buang air kecil." ucap Lintang malu-malu, Doni tersenyum dan mengangguk. "Kamar mandinya diluar, kau keluar pintu dapur ini nanti langsung berhadapan dengan kamar mandi. Aku sudah merebus air untuk mu mandi, mandilah sekalian, aku akan menunggumu untuk sarapan." Kata Doni, Lintang mengangguk, tersenyum malu-malu dan kembali menuju kamar yang semalam ia tempati untuk mengambil pakaian ganti setelah itu ia kembali menuju kamar mandi. Kamar mandi yang hanya terbuat dari susunan papan dan atap terpal berwarna biru untuk menutupi agar tidak terlihat dari luar, dan pintu yang terbuat dari seng bekas yang sudah karatan. Lintang membuka pakaiannya dan meletakannya diatas bibir sumur timba lalu menyelesaikan ritual mandinya, setelah itu Lintang berpakaian dan keluar kembali kedalam rumah. Ia tidak melihat Doni di dapur dan sudah duduk di ruang tamu. "Sudah selesai, kita sarapan sekarang ya, setelah itu aku antarkan kau pulang ke rumah orang tuamu." Ajak Doni, Lintang berjalan pelan menuju ruang tamu dan duduk di kursi sebelah Doni.
"Emm, maaf ya!" Lirih Lintang. Doni yang sedang menuangkan air putih di dalam gelas menoleh kearah Lintang.
"Maaf untuk?" tanyanya.
"Aku sudah menumpang disini dan merepotkan mu." Jawab Lintang, Doni terkekeh mendengar jawaban Lintang. "Jika yang merepotkan ku gadis secantik dirimu aku sama sekali tidak keberatan, bertahun-tahun pun aku akan siap menampung mu."Jawab Doni sambil menyerahkan piring berisi nasi goreng. Lintang hanya tersenyum mendengar gurauan Doni. "Sekarang makan lah, setelah itu kita kembali kerumah orang tuamu." Lintang menganggukkan kepalanya dan tersenyum. "Terimakasih!" Ucapnya menatap Doni yang mulai menyuapkan sesendok nasi goreng. "Sama-sama!" jawab Doni singkat.
Lintang menyuapkan nasi goreng kedalam mulutnya dan tidak menyangka nasi goreng buatan Doni sangat enak. Ia mengunyah perlahan dan menatap Doni. "Ada apa menatapku seperti itu, apa masakanku tidak enak?" tanya Doni tanpa menatap Lintang. Lintang mengalihkan pandangannya dan kembali menikmati nasi gorengnya.