NovelToon NovelToon
Aku Dan Takdirku

Aku Dan Takdirku

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / CEO / Beda Usia / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:3.7k
Nilai: 5
Nama Author: Yanti sihite

Miraya, nama yang begitu sangat indah pertama kali Miraya mendengar nama tersebut sejak ia kecil. Sebab nama tersebut, diberikan oleh nyonya Shabrina, seorang ibu yang begitu sangat mulia yang sering disebut si ibu panti asuhan tempat para anak-anak dibesarkan.

Namun seiring berjalannya waktu, nama itu tidak seindah yang selama ini Miraya bayangkan lagi, ia malah jatuh diambang maut hingga akhir dari perjalanan hidupnya.

"Tuhan, jika kamu izinkan aku hidup. Maka panjangkan umur ku. Tapi jika hidup ku sampai disini, tolong biarkan aku bahagia meskipun itu hanya sementara".

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yanti sihite, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 2

DDDDRRRTTTTT... DDDDRRRTTTTT...

"Nona, ponselnya bergetar".

"Astaga!" Miraya melonjak kaget melihat si pegawai kantin membawa pesanannya tadi. "Ya ampun bu, aku bahkan tidak menyadari kalau ibu sudah datang. Terima kasih ya bu".

"Mmmm".

Kemudian Miraya mengeluarkan ponselnya dari dalam tas, lalu melihat 1 panggilan tak terjawab dari ibu Shabrina.

"Ibu?" tidak lama setelah itu, ia pun segera menghubungi nomor itu kembali, namun sayangnya, nomor tersebut malah berada diluar jangkauan. "Ada apa? Kenapa nomor ibu Shabrina malah tidak aktif yah?".

Sambil bergumam dalam hati, lagi-lagi Miraya mengingat pria itu, pria yang sudah membuat hati Miraya tersentuh. Entah itu sekedar mengagumi ataupun cinta pada pandangan pertama.

"Loh, kemana perginya dia?" sayangnya ia tidak melihat pria itu lagi berada disana. Dan dengan sedikit perasaan kecewa, "Hhhmm, siapa pria itu? Sepertinya dia bukanlah seorang mahasiswa di kampus ini dan juga dia bukanlah Dosen. Terus, siapa pria itu?".

Tidak lama setelah Miraya selesai menikmati sarapan, ia pun segera pergi meninggalkan kantin menuju ruangan. Lalu ia melihat di dalam kelas tersebut, semua para mahasiswa terlihat begitu sangat tertib, bahkan diantara mereka tidak satupun orang mengeluarkan suara.

"Tumben, ada apa dengan mereka? Tidak seperti biasa ruangan ini begitu sangat...

"Kamu!".

Deng!

Suara yang baru saja menegurnya membuat Miraya menghentikan langkah kaki, lalu melirik kearah sumber suara dengan raut wajah kaget dan juga penasaran.

"Nama kamu siapa?".

"Ya ampun, pria ini" Miraya langsung mengingat pria yang tadi ia lihat di kantin. "Sedang apa dia disini? Dan juga.. Jangan bilang dia...

"Kamu tidak mendengarkan saya?".

Suara itu terdengar semakin begitu sangat ketus hingga Miraya semakin dibuat tidak berkutik sama halnya dengan mahasiswa lainnya.

"Ma-maaf pak" jawab Miraya menunduk.

"Kamu ini tuli?".

"Tidak pak".

"Kalau begitu, kenapa kamu tidak menjawab pertanyaan saya kalau kamu tidak tuli?".

"Sekali lagi saya minta maaf pak".

Pria tersebut langsung mendengus dengan nada kesal, lalu melihat mereka semua sambil bertanya siapa nama wanita yang berada di hadapannya itu.

"Miraya pak" jawab mereka.

"Miraya?" lalu ia kembali menatap Miraya. "Miraya! Apa itu benar nama mu?".

"Iya pak, itu nama saya".

"Lalu kenapa dari tadi saya bertanya nama kamu siapa...

"Maaf pak! Saya minta maaf karna saya sedikit kaget" ucap Miraya memotong perkataan si pria tersebut tanpa Miraya sadari kalau saja si pria yang berada dihadapannya itu sedang menatap wajahnya dengan sangar. Sedangkan mereka yang menyadari tatapan maut si pria itu, tidak bisa berkata-kata selain berkata dalam hati.

"Astaga Miraya! Kamu terlalu berani sekali memotong pembicaraan pria itu. Tidakkah kamu merasa takut sama sekali? Astaga!".

Kemudian si pria tersebut berjalan mendekati Miraya, lalu menarik dagunya sembari menatap kedua bola mata Miraya yang begitu sangat indah. Namun selang beberapa menit, pria itu melepaskan tangannya dari dagu Miraya dan menyuruh Miraya bergabung dengan yang lainnya.

"Ya Tuhan, rasanya jantung ini hampir saja berhenti berdetak. Dia sangat menakutkan sekali" ia lalu duduk diatas kursi. "Kuharap aku tidak akan pernah bertemu pria itu lagi".

Hingga kelas itu kembali hening, kemudian pria itu memperkenalkan dirinya kepada mereka sembari menatap mereka satu persatu dengan cara saksama.

"Selamat pagi semuanya!".

"Pagi pak!".

"Baik, terima kasih. Saya akan memperkenalkan diri kepada kalian. Namun sebelum itu, diantara kalian, ada yang mengenal saya?" pria itu menatap mereka dengan serius. "Tidak ada?".

"Tidak pak".

"Baiklah" ia lalu menulis sebuah tulisan di papan tulis tersebut yang tak lain adalah nama pria itu sendiri. "Nama saya Alexander Graham Lemos. Kalian bisa memanggil saya pak Alex".

"Mmmmm" gumam mereka dengan wajah menegangkan itu lagi.

"Dan kehadiran saya disini bukan untuk membawakan mata kuliah seperti Dosen lainnya, tapi saya disini ingin memberitahu kalian semua para mahasiswa. Bahwa saya sudah menjadi bagian dari ketua universitas ini".

"Loh, kenapa?" tanya mereka dalam hati.

"Kenapa? Ada yang ingin bertanya?".

"Saya pak" jawab salah satu dari mahasiswa tersebut. "Lalu kemana... Lalu bagaimana dengan kepala direktorat kampus ini sebelumnya pak? Kenapa tiba-tiba.. Kenapa tiba-tiba digantikan oleh pak Alex?" ia terlihat sedikit takut.

"Saya memecatnya".

"Apa?".

Mereka mengeluarkan suara secara bersamaan. Lalu kemudian mereka meminta maaf.

"Astaga! Kenapa dia harus menakutkan seperti itu sih?" batin Miraya. "Dia sangat tampan, gagah, tinggi, dan juga.. Mata elangnya begitu sangat menggoda sehingga ia terlihat begitu sangat sempurna".

Tok.. Tok..

"Masuk!".

Ceklek!

"Maaf tuan menganggu waktunya. Ini sudah saatnya kita berangkat, meeting 25 menit lagi akan segera berlangsung" ucap wanita cantik yang berdiri diambang pintu dengan sangat anggun.

"Baiklah".

Tampa aba-aba, Alex segera pergi meninggalkan ruangan mereka dan saat itu juga ruangan tersebut kembali seperti semula dan mereka tidak lupa mengelus dada mereka masih-masing.

"OMG! OMG! OMG! Aku hampir saja mau mati hanya karna dia".

"Aku juga, dia begitu sangat menakutkan sekali".

"Hhhmmm.. Percuma tampan kalau dia seperti ingin menerkam kita semua".

"Iya, benar sekali. Untung saja wanita itu segera memanggilnya dan membawanya pergi dari ruangan kita".

.

"Mita, dimana dokumen yang tadi aku minta?" suara bass milik Alexander membuat wanita itu segera memberikan dokumen tersebut dihadapan Alex. "Berapa menit lagi?".

"Sekitar 7 menit lagi tuan".

"Mereka sudah berada di dalam ruangan?".

"Sudah tuan, saya baru saja mendapatkan informasi dari David".

Namun sebelum Alex memasuki ruangan meeting, ia tampak sedang membaca sebuah buka, dan itu sudah menjadi kebiasaan Alex yang ia lakukan.

"Kamu boleh pergi Mita, saya akan segera menyusul".

"Baik tuan" tampa banyak bertanya, Mita keluar dari dalam ruangan Alexander Graham Lemos menuju ruangan meeting hingga acara tersebut sudah dimulai. "Mohon perhatian! Tuan Alex akan segera ti-ba" ucap Mita melihat Alex tiba diambang pintu membuat ia berhenti. Lalu ia berjalan menghampiri Alex, "Apa yang harus saya lakukan tuan?".

Tidak menjawab pertanyaan Mita, Alex memilih duduk diatas kursi kebesarannya sembari menatap para anggota dewan yang sedang menatap kearahnya.

"Maaf jika saya membuat kalian semua menunggu".

"Tidak apa-apa".

"Terima kasih! Lalu bagaimana dengan pembahasan kita mengenai minggu lalu? Apakah kalian sudah memikirkan mengenai proyek tersebut? Saya mau, proyek itu harus segera dilaksanakan. Saya tidak suka membuang-buang waktu tak jelas seperti ini".

"Kami sudah memikirkan itu tuan Alex" jawab salah satu anggota dewan yang tak lain adalah Akbar. "Hanya saja, untuk saat ini kita sedang mengalami kendala di bagian izin pembangunan".

Alex menatapnya dengan serius, "Katakan, kendala yang seperti apa kamu maksud?".

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!