Xin Yue, seorang wanita cantik dengan kecerdikan yang mematikan, hidup dari mencuri dan membunuh. Namun, sebuah insiden membuatnya terlempar ke dunia kuno tanpa apa-apa selain wajahnya yang menipu dan akalnya yang tajam. Ketika dia mencuri identitas seorang wanita misterius, hidupnya berubah drastis—dari buronan kekaisaran hingga menjadi bunga paling dicari di Ruoshang, tempat hiburan terkenal.
Di tengah pelariannya, dia bertemu Yan Tianhen, pangeran sekaligus jenderal dingin yang tak pernah melirik wanita. Namun, Xin Yue yang penuh tipu daya justru menarik perhatiannya.
Dipaksa berpura-pura menjadi kekasihnya, keduanya terjebak dalam hubungan yang penuh intrik, adu kecerdikan, dan momen-momen menggemaskan yang tak terduga.
Akankah Xin Yue berhasil bertahan dengan pesonanya, atau akankah hatinya sendiri menjadi korban permainan yang ia ciptakan?
Tagline: Di balik wajah cantiknya, tersembunyi rencana yang tak terduga.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Seojinni_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23 : Intrik di Pesta Teh, Seseorang dari Masalalu
Suasana di mansion Tianheng pagi itu terasa sedikit berbeda. Para pelayan sibuk mempersiapkan ruang tamu untuk menerima seorang tamu istimewa—utusan dari Ibu Suri. Berita kedatangan utusan itu membuat Xin Yue sedikit waspada, meskipun dia tetap menampilkan senyum lembutnya yang biasa.
Di ruang tamu, seorang pria berusia paruh baya dengan wajah penuh intrik duduk dengan angkuh. Dia memperkenalkan dirinya sebagai Penasihat Hu, utusan kepercayaan Ibu Suri. Dengan nada sopan namun penuh tekanan, dia menyampaikan maksud kedatangannya.
“Yang Mulia Ibu Suri mengirimkan undangan untuk Nona Xin Yue,” kata Penasihat Hu, menyerahkan gulungan undangan berhias segel emas. “Beliau berharap Nona dapat menghadiri pesta teh khusus untuk para gadis bangsawan di istana. Ini adalah kesempatan langka untuk menunjukkan hubungan baik dengan keluarga kekaisaran.”
Xin Yue menerima undangan itu dengan senyum lembut, meskipun di dalam hatinya dia merasakan ketegangan yang tajam. “Tentu saja, aku merasa sangat terhormat atas perhatian Yang Mulia,” jawabnya dengan nada penuh hormat.
Namun, Penasihat Hu tidak berhenti di situ. Dengan nada licik, dia menambahkan, “Ibu Suri juga berharap Nona Xin Yue dapat membawa aura lembut yang memikat Pangeran Kesembilan. Bagaimanapun, hubungan ini adalah perhatian besar bagi istana.”
Yan Tianheng, yang diam-diam mengamati dari sudut ruangan, mengerutkan kening mendengar pernyataan itu. Namun, sebelum dia sempat menanggapi, Xin Yue dengan tenang menjawab, “Tentu saja. Aku akan memastikan untuk tidak mengecewakan Yang Mulia.”
Setelah Penasihat Hu pergi, Tianheng mendekati Xin Yue, menatapnya dengan tajam. “Kau tahu ini jebakan, bukan?” katanya, suaranya penuh kekhawatiran.
Xin Yue mengangguk ringan, senyumnya berubah menjadi penuh arti. “Tentu saja. Tapi aku tidak akan memberikan mereka alasan untuk meragukanku.”
***
Bayangan Masa Lalu: Lian
Di sisi lain kota, seorang wanita dengan pakaian lusuh berdiri di sudut pasar gelap. Matanya memandang dengan penuh dendam ke arah poster yang menampilkan wajah Xin Yue dan Yan Tianheng, dengan tulisan besar: Tunangan Pangeran Kesembilan.
Wanita itu adalah Lian, seseorang dari masa lalu Xin Yue. Dahulu, dia adalah anggota tim yang sama dengan Xin Yue—tim yang penuh dengan individu berbakat, tangguh, dan mematikan. Namun, Lian merasa dirinya selalu berada di bawah bayang-bayang Xin Yue.
“Bahkan di kehidupan ini, kau masih mengambil semuanya dariku,” gumam Lian, suaranya penuh kebencian.
Dia mengingat bagaimana tim mereka dihancurkan dalam sebuah pengkhianatan besar. Dia sendiri yang memimpin pengkhianatan itu, berharap untuk menghancurkan Xin Yue dan mengambil tempatnya. Namun, rencananya berbalik. Rekan-rekan tim yang tersisa bekerja sama untuk memburunya dan membalas dendam.
Lian tewas dalam pertempuran terakhir, hanya untuk terbangun di dunia ini—dalam tubuh seorang budak rendahan. Kehidupan barunya penuh penderitaan dan kehinaan, sementara dia mendengar kabar bahwa Xin Yue hidup sebagai seorang wanita cantik dan dihormati.
“Aku akan menghancurkanmu, Xin Yue,” bisik Lian, matanya penuh kebencian. “Aku akan mengambil semuanya darimu, termasuk pria itu.”
***
Kembali ke Mansion Tianheng
Malam itu, Xin Yue duduk di taman mansion, memandang undangan pesta teh dengan ekspresi datar. Dia tahu pesta itu hanyalah cara Ibu Suri untuk mengawasinya lebih dekat.
Tianheng mendekatinya, duduk di sampingnya tanpa berkata-kata. Dia mengambil undangan itu dari tangan Xin Yue dan menatapnya dengan tajam. “Kau tidak perlu pergi jika tidak mau,” katanya, suaranya rendah tapi tegas.
Xin Yue tersenyum kecil. “Aku harus pergi. Jika tidak, mereka akan berpikir aku takut.”
Tianheng menatapnya lama, lalu mengulurkan tangannya, menyentuh pipinya dengan lembut. “Aku tidak akan membiarkan mereka menyakitimu,” katanya, suaranya penuh janji.
Xin Yue menunduk, sedikit terkejut dengan kelembutan itu. Namun, dia segera menguasai dirinya, mengangkat wajahnya dengan senyum kecil. “Aku tahu,” katanya, suaranya penuh keyakinan.
***
Rencana Lian
Di sebuah penginapan kecil di pinggiran kota, Lian mulai merancang rencananya. Dia mendengar bahwa Xin Yue akan menghadiri pesta teh di istana. Itu adalah kesempatan yang sempurna untuk mendekati dan menghancurkannya.
Dia mengumpulkan informasi dari pasar gelap, menyuap beberapa informan untuk mengetahui lebih banyak tentang kehidupan baru Xin Yue. Dia juga mengetahui bahwa Xin Yue tidak hanya memiliki kecantikan, tetapi juga kecerdasan yang membuatnya sulit untuk dijatuhkan.
“Tidak masalah,” pikir Lian, senyum licik menghiasi wajahnya. “Aku akan memanfaatkan kelemahan terbesarnya—kepercayaannya pada pria itu.”
Lian tahu bahwa untuk menghancurkan Xin Yue, dia harus menghancurkan hubungan antara Xin Yue dan Yan Tianheng.
***
Intrik di Pesta Teh
Istana Ibu Suri dipenuhi aroma teh melati dan suara percakapan para gadis bangsawan yang hadir. Pesta teh ini adalah jebakan halus yang dirancang oleh Ibu Suri, mengundang para gadis cantik dari keluarga bangsawan di ibukota—terutama mereka yang terang-terangan mengagumi Yan Tianheng. Tujuannya jelas: mempermalukan Xin Yue dan menunjukkan bahwa dia tidak pantas berada di sisi Pangeran Kesembilan.
Namun, saat Xin Yue tiba di pesta itu, suasana langsung berubah.
Pintu aula terbuka, dan langkah kaki ringan terdengar di lantai marmer yang dingin. Semua mata tertuju pada sosok yang masuk. Xin Yue mengenakan hanfu sutra berwarna biru muda, dengan bordiran halus berbentuk bunga plum putih di ujung lengan dan bagian bawah roknya. Sabuk emas tipis melingkari pinggang rampingnya, memberikan kesan anggun sekaligus mempesona.
Rambut cokelat panjangnya dibiarkan terurai lembut, ditata dengan gaya simpul sederhana khas perempuan muda, dihiasi dengan pita emas kecil dan aksen bunga plum putih yang serasi dengan pakaiannya. Warna bola matanya yang biru cerah seperti kristal memancarkan kecantikan yang unik dan sulit dilupakan. Dia tampak seperti sosok dari lukisan klasik yang hidup.
Para gadis yang tadinya berbicara dengan penuh semangat langsung terdiam. Bahkan mereka yang biasanya sombong tidak bisa menyembunyikan keterkejutan mereka. Kecantikan Xin Yue begitu memukau, namun bukan hanya kecantikannya yang membuat mereka terdiam—ada aura tenang dan percaya diri yang membuatnya tampak seperti seorang ratu.
Ibu Suri, yang duduk di kursi utama, tersenyum tipis. Meskipun dia tidak menunjukkan rasa tidak suka secara langsung, matanya mengamati Xin Yue dengan penuh perhitungan.
“Selamat datang, Nona Xin Yue,” kata Ibu Suri dengan nada ramah yang dibuat-buat. “Senang sekali kau bisa bergabung dengan kami hari ini.”
Xin Yue membungkuk hormat dengan anggun. “Merupakan kehormatan besar bagi saya diundang oleh Yang Mulia.”
***
Intrik di Meja Teh
Xin Yue duduk di meja yang sudah disiapkan untuknya. Para gadis lain mulai saling berbisik, beberapa dengan nada iri, yang lain dengan nada mengejek. Salah satu dari mereka, Nona Fei, seorang gadis bangsawan yang terkenal karena kecantikannya dan pengagum Yan Tianheng, memutuskan untuk berbicara lebih dulu.
“Nona Xin Yue,” kata Nona Fei dengan senyum sinis, “kau benar-benar cantik. Tapi aku mendengar kau berasal dari latar belakang yang… sederhana. Pasti sulit menyesuaikan diri dengan kehidupan di mansion Pangeran Kesembilan, bukan?”
Xin Yue tersenyum kecil, tidak menunjukkan sedikit pun rasa tersinggung. “Sederhana atau tidaknya latar belakang seseorang tidak menentukan kemampuan mereka untuk menyesuaikan diri, Nona Fei. Lagipula, lingkungan yang baik seperti mansion Pangeran Kesembilan membuat siapa pun merasa nyaman.”
Nona Fei tersenyum kaku, tapi sebelum dia bisa membalas, gadis lain, Nona Qin, ikut bicara. “Kudengar Pangeran Kesembilan sangat perhatian padamu. Tapi apakah itu karena cinta, atau hanya karena belas kasihan?”
Para gadis lain terkikik pelan mendengar komentar itu. Ibu Suri hanya diam, membiarkan situasi berkembang.
Xin Yue menatap Nona Qin dengan tenang. “Cinta dan belas kasihan sering kali sulit dibedakan bagi mereka yang tidak pernah merasakannya. Tapi aku yakin Pangeran Kesembilan cukup bijaksana untuk tahu apa yang dia inginkan.”
Jawaban itu membuat suasana sedikit tegang. Beberapa gadis mulai gelisah, sementara yang lain merasa terintimidasi oleh sikap tenang Xin Yue.
***
Sementara itu, di sudut aula, Lian, yang menyamar sebagai pelayan, mengamati Xin Yue dengan penuh kebencian. Dia telah menyusup ke pesta teh ini untuk mendekati Xin Yue dan mencari celah untuk menyerangnya. Namun, melihat Xin Yue yang begitu tenang dan mempesona, amarah Lian semakin membara.
“Dia selalu seperti ini,” pikir Lian dengan penuh kebencian. “Bahkan di dunia ini, dia tetap menjadi pusat perhatian.”
Lian mendekati meja teh Xin Yue, membawa nampan dengan cangkir teh. Dia menunduk sopan saat meletakkan teh di depan Xin Yue, tapi matanya memancarkan niat jahat.
***
Pertarungan Kata-Kata yang Memanas
Nona Fei, yang tidak tahan dengan sikap tenang Xin Yue, memutuskan untuk menyerang lagi. “Nona Xin Yue, kau memang pandai berbicara. Tapi aku yakin kau belum terbiasa dengan tradisi dan etiket bangsawan, bukan? Bagaimana jika kami mengajarkanmu?”
Xin Yue tersenyum manis, tapi matanya menyiratkan sesuatu yang tajam. “Terima kasih atas tawaranmu, Nona Fei. Tapi aku pikir, aku sudah cukup belajar dari Pangeran Kesembilan. Dia sangat telaten mengajarkanku banyak hal.”
Komentar itu membuat wajah Nona Fei memerah karena malu dan marah. Gadis-gadis lain mulai berbisik lagi, tapi kali ini mereka lebih kagum daripada meremehkan.
***
Saat pesta teh hampir selesai, Ibu Suri berdiri dan mengumumkan, “Aku sangat senang melihat semua gadis cantik berkumpul di sini hari ini. Tapi aku ingin mengingatkan kalian semua bahwa posisi di sisi Pangeran Kesembilan adalah sesuatu yang harus dipertahankan dengan baik.”
Dia menatap Xin Yue dengan senyum yang tampak ramah tapi penuh ancaman. “Aku harap Nona Xin Yue bisa menjaga kehormatan itu.”
Xin Yue membungkuk dengan hormat, tapi saat dia berdiri kembali, senyumnya berubah menjadi dingin. “Terima kasih atas nasihat Yang Mulia. Aku akan melakukan yang terbaik untuk tidak mengecewakan.”
Lian, yang mendengar percakapan itu dari sudut ruangan, mengepalkan tangannya dengan penuh kebencian. “Aku akan memastikan kau tidak memiliki kesempatan untuk bertahan lama, Xin Yue,” pikirnya.