Morgan & Emily,
Perjanjian bisnis orang tua Morgan, memmbuat Morgan & Emily harus menikah.
"Walaupun pernikahan kita atas dasar org lain, tapi aku tidak ingin ada org lain dalam rumah tangga ini ketika nanti kita sah menjadi pasangan suami istri". ucap Emily
Menjadi seorang Wanita karir sekaligus seorang istri, Emily selalu berusaha membuat suaminya bahagia dan menjaga rumah tangganya ditengah-tengah kesibukannya mengejar target menjadi kepala rumah sakit dan menyelesaikan proyek pembangunan rumah sakit miliknya sendiri.
"Aku hanya ingin kau fokus dengan Rumah tanggal & kandunganmu Emily, aku tidak meminta kau berhenti bekerja setidaknya kurangi beban pekerjaanmu". ucap Morgan frustasi sambil mengacak-ngacak wajahnya dengan telapak tangannya
Disaat Hubungan dengan Suaminya mulai terbangun sebuah peristiwa mengubah segalanya & membuat Emily keluar dari rumah dan meninggalkan segalanya dalam keadaan mengandung
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon GRACIA SYLIA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Belajar Parenting
.....
Setiap harinya ada saja tingkah lucu Saka, Keyla yang kini memilih kerja part time karena ingin lebih banyak waktu mainnya bersama Saka.
Kini keyla mendudukkan Saka dibaby chair, sedangkan Emily masih berkutat di kamar mandi.
Bayi tampan Emily itu kini berusia 1 tahun setengah. Ia sangat aktif dan tentu badannya begitu sehat dan gembul, Emily dan Keyla terkadang merasa kewalahan dengan tingkah aktif Saka.
Setelah selesai Makan, Keyla menggendong Saka ke kamar Mommynya karena akan mandi.
"Dek, Habis mandiin Saka temenin ke supermarket ya." ucap Emily sebelum Keyla keluar.
"Okayy." Jawab Keyla antusias.
Dikediaman Morgan, semua org dewasa dibuat repot oleh tingkah Zain yang mengamuk hanya karena melihat Papinya memegang Koper.
Bocah 2 tahun itu tumbuh dengan sehat dan gemoy.
Hari ini Rayzen akan kembali ke Belanda karena ada urusan pekerjaan yang tidak bisa diwakili, sedangkan istri dan ketiga anaknya tetap di Indonesia bersama Morgan.
Kini Zain sedang meronta-ronta dalam gendongan Papinya, Rayzen memilih menepi dari kerumunan orang rumah untuk bisa menenangkan anak laki-lakinya.
"Udah ya nangisnya...dengerin Papi dulu." kata Rayzen sambil menganyun-nganyunkan Zain san satu tangannya lagi mengibaskan poni yang berkeringat.
"Bisa dengerin Papi bentar ga Zain." Lanjut Rayzen sambil menurunkan Zain ke lantai.
Zain yang tidak terima makin merengek dilantai, Rayzen memilih duduk dikursi membiarkan Zain mengeluarkan semua emosinya.
Setelah dirasa Zain cukup tenang, tangisannya mulai mereda ia mendekat berjongkok tepat didepan anaknya.
"Udah bisa di ajak Ngomong sekarang?." Tanya Rayzen dengan muka datarnya
"Papiii....iiiii..hikkss." Zain yang masih merengek mempertahankan tangisannya sambil mengulurkan tangganya berharap digendong.
"No!!!...Kalo Zain ga mau dengerin Papi. Papi ga akan gendong Zain." ucapnya penuh penegesan sambil menatap kedua mata anaknya.
"Dengerin Papi!!! Papi cuma sebentar ke Belanda, nanti balik lagi ke sini jemput Zain..okee." Kata Rayzen mulai menasehati putranya.
"Zain sama Mami dulu disini yaa....nanti telpon Papi kalo Zain rindu." Lanjutnya sambil mengusap keringat diwajah anaknya yang masih terduduk dilantai.
"Kalo Zain ga jadi anak baik, ga bisa dengerin Papi sama Mami... Papi ga mau lagi sama Zain. Papi ga suka anak Papi ga nurut! Apalagi cengeng!" ucap Razyen penuh penegasan dengan nada rendahnya.
"Papiiii...." ucap Zain tersedu-sesu yang kini mulutnya mulai melengkung.
"Bisakan jadi anak baik selama papi ke belanda." Tanya Rayzen sambil mengulurkan tangannya menggendong Zain.
Kini Zain sudah tenang dalam gendongan Papinya hanya saja ia maish sesegukkan.
Sesi Konseling Rayzen dan Zain udah selesai, Rayzen kembali ke ruang keluarga berkumpul bersama orang rumah.
"Barang aku udah semua kan yang.." Tanya Morgan yang maish menggendong putranya.
Jane mengangguk dan mereka semua termasuk Morgan langsung saja menuju mobil dan dia sendiri yang mengemudinya.
Sebelum Zain tantrum karena mengetahui Papinya akan pergi, si kembar lebih dulu di beri siraman rohani oleh Jane terutama Zoya. Jika Zara di beritahu oleh Maminya sudah mau mengerti berbeda dengan Zoya ia seperti membutuhkan 2 sesi Konseling 1 bersama Maminya satu lagi bersama Papinya.
.
.
.
Morgan merasa beruntung dengan kehadiran keluarga kecil Adiknya Jane, pasalnya selama mereka tinggal bersama ia banyak belajar bagaimana mentreat anak kecil.
Ia selalu berangan-angan dalam hidup kembali bersama Emily dan tentunya bisa memiliki anak.
Hari..demi hari, bulan demi bulan...bahkan kini masuk tahun ke tahun ia terus bermimpi Emily kembali, sampai saat ini belum tidak ada perkembangan tentang keberadaan Emily.
Morgan dalam setahun ini sudah bolak-balik Aussie 3 kali untuk menemui kedua orang tua Emily untuk meminta maaf dan meminta pentunjuk keberadaan istrinya.
Hal yang mustahil jika kedua orang tua dan anak satu-satunya sampai tega jika memutuskan komunikasi, Morgan sangat yakin Bahwa mertuanya mengetahui keberadaan Emily.
Morgan datang tidak dengan paksaan dan desakan, ia datang dengan baik-baik. Ia tetap mengahargai keputusan kedua mertuanya jika memang mereka memilih untuk merahasiakan keberadaan anaknya, namun ia akan terus kembali ke rumah mertuanya untuk mendapatkan kepastian bagaiman kabar terbaru Emily saat ini.
...********...
Hari ini kedua Ayah dan Mama Emily terbang lagi ke Korea untuk menemui Cucu dan anak-anaknya Keyla dan Emily.
Setelah menempuh perjalanan udara, akhirnya keduanya sampai juga namun karena Keyla sedang kerja dan Emily sangat kerepotan jika mengemudi sendiri. Orang tuanya memilih untuk menggunakan Taxi, ia tidak ingin Emily kewalahan & malah terjadi hak yang tidak di inginkan.
tinn.tongg......suara bel apartemen Emily
Dengan tidak sabaran Emily berlari kecil membuka pintu tersebut disusul oleh sigembul Saka yang kini berdiri tepat di samping Mommynya.
Baru saja pintu terbuka langsung saja Emily berhambur dalam pelukan mamanya, sedangkan Ayahnya yang melihat Saka langsung berjongkok didepan cucunya.
Belum sempat disentuh, Saka langsung mundur dan bersembuyi dibelakang kaki Mommynya sambil memeluk paha Emily.
"No..no..Mommyy." Rengek Saka sambil menggoyang-goyangkan kaki Emily.
"Baru bangun dia , agak rewel." ucap Emily sambil meraih Saka dan menggendongnya.
Ketiganya pun masuk dan langsung berkumpul diruang tengah, "Saka lihat Oma sama Oppa bawa Apa." Tunjuk Emily berusaha membantu orang tuanya mengambil hati anaknya.
Saka yang melihat itu langsung tersenyum malu namun belum mau berpindah dari posisinya, yaitu itu duduk dipangkuan Mommynya dengan kepala yang menempel didada Emily dan satu tangannya masuk didalam baju Mommnya.
"Biasa mau, mau aja kok sama Org Mah. Mungkin baru bangun tidur siang jadi nyawanya belum terkumpul." Kata Emily sambil menepuk paha saka.
"Sampai kadang aku takut banget kalo dia gampang akrab sama orang baru." Lanjut Emily.
"Miii...miki mus." ucap Saka mulai tergoda dengan mainan dari Oma dan Opanya.
Sebelum Kedua orang tuanya ke Korea, mereka menyempatkan untuk membeli oleh-oleh apa yang cucunya lagi senangi, yaitu Mickey Mouse.
Tidak butuh lama, kini Saka mulai ceria dan aktif berkumpul bersama Oma dan Opa, Emily memberi waktu ke tiganya untuk bermain sedangkan dia tengah sibuka didapur untuk menyiapkan Makan malam
...*********...