NovelToon NovelToon
My Teacher My Husband

My Teacher My Husband

Status: sedang berlangsung
Genre:cintapertama / Beda Usia
Popularitas:9.4k
Nilai: 5
Nama Author: Kaikia

Azzalea menyukai gurunya, Pak Dimas. Namun, pria itu menolaknya, bagaimana bisa?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kaikia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Part 02

Azzalea. Hanya itu namanya. Ia tidak memasukkan nama keluarganya karena baginya hal itu tak berarti apa-apa, hanya menambah tekanan dalam hidupnya. Terlahir dari keluarga yang kaya raya mungkin adalah kenikmatan yang harus ia syukuri, walau tanpa keluarga yang harmonis mungkin itu tak mengapa.

Kehidupan keluarganya terlalu rumit jika dipikirkan. Baginya, kedua manusia yang dijuluki ‘Papa’ dan ‘Mama’ hanyalah sekedar panggilan saja tak lebih dari itu. Di dalam buku yang sering ia baca, tak ada satu pun peran orangtua yang dilakukan kedua manusia tersebut untuknya. Hal ini membuat dirinya menjauh dari kedua sosok tersebut, dan menimbulkan rasa benci.

Kedua orangtuanya ini selalu bertengkar ketika bertemu. Dulu, saat ia masih kecil, ia hanya bisa melihat hal ini terjadi sesekali, namun seiring berjalannya waktu dan bertambahnya umur, ia sering melihat pertengkaran tersebut dengan kedua bola matanya, seakan-akan kedua manusia itu menunjukkan bahwa keluarganya bukan keluarga yang harmonis seperti foto yang di pajang di ruang utama rumah yang diambil ketika dia berumur 7 tahun.

Awalnya, ia masih bisa memaklumi hal tersebut, namun semakin hal itu terus terjadi ia semakin tak bisa acuh. Ia juga kebingungan memilih diantara keduanya, anak mana pun di dunia ini tentu menyayangi orangtuanya. Namun, setelah meneliti lebih lanjut, tak ada yang benar diantara keduanya. Mereka berdua sangat egois. Tidak memahami pasangan sendiri walau sudah bertahun-tahun lamanya.

Karena kejenuhan yang dialami, Azzalea memutuskan untuk menyelamatkan mentalnya yang rusak akibat pertengakran kedua orangtuanya. Ia memilih keluar dari rumah, memutuskan hubungan dengan kedua manusia tersebut.

***

Dua tahun sudah berlalu ia hidup tanpa orangtua. Ia merasakan nyaman yang tiada tara, tak ada suara benda pecah, suara adu mulut. Ia akhirnya dapat merasakan ketenangan tersebut. Ia tak salah meminta Rose untuk mencarikannya sebuah perumahan yang nyaman. Rumah yang ia kini tinggali berada sangat jauh dari rumah orangtuanya, izin masuk perumahan sangat ketat, ia takkan khawatir kedua orangtuanya menemukannya. Walau ia harus menempuh perjalanan 30 menit ke sekolah. Namun, ia memiliki Rose sebagai supirnya yang takkan pernah terlambat mengantarnya ke sekolah.

Perumahan itu sangat luas. Fasilitas didalamnya juga sangat lengkap, membuat para penghuni tak perlu keluar jauh. Jika merasa bosan, ia akan berlari mengelilingi komplek. Restoran ternama juga sangat terjangkau dari sana. Mini market yang berada di ujung komplek selalu ia kunjungi setiap pulang sekolah, walau hanya membeli satu es krim saja, terkadang ia juga ikut gabung bersama beberapa tetangga lainnya di sana.

Para penghuni di sana didominasi pasangan yang telah berkeluarga, baik pengantin baru mau pun yang sudah tua. Ia tak masalah jika tak mendapati teman bicara seusianya, malah berbicara dengan yang lebih tua membuatnya mendapatkan banyak ilmu dan pengalaman.

“Nona, apa ingin mampir ke mini market?” tanya Rose, mobil baru memasuki area komplek.

“Iya. Aku ingin membeli beberapa cemilan.”

“Baik, Nona.”

Rose melajukan mobil menuju mini market yang berada di ujung perumahan. Pintu kursi belakang dibukakan untuk sang majikan saat tiba di parkiran.

Azzalea memasuki mini market. Ia langsung menuju area cokelat yang ia sukai seraya mengunyah permen karet rasa anggur. Ia memperhatikan setiap rak cokelat. Mini market disini selalu memperbarui stok mereka setiap ada keluhan yang didapati.

Seminggu yang lalu, ia ikut memasukkan kotak saran yang terletak di kasir mengenai beberapa coklat varian yang diinginkan. Memiliki alergi beberapa jenis kacang membuatnya tak bisa sembarangan memakan cokelat yang sering disediakan pihak mini market.

Surat saran yang ia berikan akhirnya dikabulkan. Ia tersenyum lebar saat mendapati varian cokelat yang ia minta telah tersedia di rak cemilan. Ia tentu sudah membawa keranjang belanja, kali ini ia akan kalap dalam belanja.

Ia juga memeriksa rak varian permen. Melihat apakah ada varian permen karet baru yang mereka sediakan. Setidaknya, dirinya akan selalu mencoba varian baru dari permen karet, karena disetiap akhir pekan mini market selalu memperbarui rak mereka.

Ada varian baru yang ia temukan. Sebelum benar meraihnya, sebuah suara mengalihkan perhatiannya.

“Ada bahan kacang almond didalamnya.”

Azzalea menoleh ke sosok yang entah sejak kapan telah berdiri didekatnya tersebut. Ia memperhatikan sosok yang tak asing dimatanya. Beberapa memori terlintas dibenaknya ketika pria tersebut tersenyum dan menunjukkan lesung pipi di kedua sudut bibir.

“Pak Dimas?”

Azzalea terperanjat. Hal kebaikan apa yang sebelumnya ia lakukan yang membuat dirinya dapat dipertemukan oleh guru favoritnya ketika SMP dahulu. Ia terus mengedipkan mata, masih tak percaya dengan apa yang ia lihat.

“Azzalea?”

Ia lebih terkejut bahwa gurunya itu masih mengingat dirinya. Jika dinilai dari penampilannya saat ini, ia telah berubah banyak terutama dari segi fisik.

“Pak Dimas, masih kenal saya?”

“Tentu. Kamu Azzalea, kan, siswi Prima Junior School?”

Azzalea mengangguk cepat. “Iya, Pak.”

“Kamu tinggal di daerah sini?”

“Iya, Pak. Saya tinggal disini. Pak Dimas, disini juga?”

“Ada janji temu dengan teman saya.”

Azzalea menggangguk mengerti. Sebenarnya, ia sedang menahan detak jantung yang tak karuan antara malu dan senang. Pak Dimas adalah orang yang ia sukai dulu di bangku SMP dan ia sempat mengungkapkan perasaanya itu.

Menyukai Pak Dimas di zaman SMP bukan hanya dirinya saja. Melainkan teman-teman SMP-nya juga ikut menyukai guru magang itu. Memiliki paras tampan dan suara yang enak didengar membuat siapa saja akan jatuh hati pada pandangan pertama.

Pertemuan tanpa sengaja itu tentu membuatnya ingin berbincang lama dengan sang guru atau sekedar meminta nomor, namun melihat seorang wanita yang datang menghampiri gurunya tersebut membuatnya membatalkan niat.

Walau hanya melihat sekilas, pikiran itu tentu muncul. Tak mungkin Pak Dimas tak memiliki pasangan di usianya yang sudah matang tersebut. Wanita itu cantik, tampak ramah, terlihat cocok untuk Pak Dimas yang maskulin.

Ia hanya bisa memalingkan wajah untuk menghindari percakapan antara kedua manusia itu. Tanpa dirinya sadari, ia memasukkan beberapa permen rasa kacang ke keranjang belanjaannya dan segera menuju kasir saat melihat sang guru dan wanita tersebut berjalan ke kasir.

“Mba, sekalian sama gadis ini.”

***

1
Kia Kai
/Coffee//Cake/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!