NENEK PAHLAWANKU

Nenek Samirah meninggalkan Devan yang sudah bersiap pergi dari rumah itu. Santoso tak bisa berkata apa-apa melihat aksi nenek gurunya. Untung dirinya sudah bertobat menjadi lebih baik, andaikan masih seperti dulu dan berhadapan dengan Nenek maupun Sumi sudah tak bisa menghirup oksigen dengan gratis.

"Kita kemana lagi nenek guru.?" tanya Santoso.

"Kita ke pertigaan Cemoro lalu ke Wonoboyo ke gudang, temui Teguh." jelas nenek Samirah.

Kelakuan para penjahat mafia telah membangunkan jiwa pendekar dalam dirinya, ingin rasanya berpetualang seperti saat muda bersama suaminya membasmi perampok di jaman 1960 dan PKI di tahun 1965 yang saat itu nenek Samirah berusia 17 tahun dan sudah menikah dengan lelaki China seorang master kung fu.

Sementara itu di pesisir utara markas mafia Bento terlihat uring uringan, ruangannya berantakan. Ada rasa menyesal kenapa mencari masalah dengan pendekar masa lalu, Bento baru tahu dari teman bisnisnya bahwa nenek Samirah adalah pendekar kung fu bukan pencak silat, karate maupun taekwondo. Namun semua sudah menjadi bubur tak bisa di ulang lagi.

Ilmu bela diri semua mempunyai kelebihan dan kelemahan masing-masing, tergantung kesiapan, kejelian dan strategi dalam menghadapi setiap musuh yang berbeda bela diri. Bento meminta bantuan kelompok bela diri dari orang tionghoa yang menetap di Indonesia tentu dengan bayaran yang mahal.

Tak lama kemudia Bento keluar ruangan menyambut datangnya orang sewaan dari negri tirai bambu.

Ada 2 orang yang di sewa Bento, "Silahkan duduk."

"Terima kasih tuan."

"Kalau boleh tahu siapa nama anda berdua.?" tanya Bento.

"Saya Supriyadi dan ini Wisnu." jawabnya.

"Apa kalian memakai nama indonesia.?"

"Sebenarnya tidak tuan, nama saya aslinya Xuanji dan ini So guang. Maaf tuan adakah foto target yang harus kami selesaikan.?"

Bento menyerahkan lembaran kertas bergambar foto nenek Samirah.

"Ini target kalian, lebih cepat lebih baik. Dan satu lagi.. Joni..! Ke sini..." kata Bento.

Joni mendekat ke arah Bento dan duduk di sampingnya.

"Tunjukan di mana posisi Teguh saat ini.?"

"Baik bos." kata Joni lalu membuka laptopnya dan menyalakannya.

"Di sini bos.. Ini pertigaan Cemoro Pring legi dan di sini Teguh di sekap, ini masuk wilayah Wonoboyo." jelas Joni.

"Kalian sudah tahu kan tempatnya. Di gudang ini ada 4 anak buahku.. Kamu bebaskan dan bunuh nenek Samirah."

"Tolong kirim lokasi itu ke HPku."

"Baik tuan." jawab Joni.

Setelah semua selesai kedua orang itu segera keluar dan masuk ke mobilnya.

"Joni, ajak temanmu untuk mengikuti mereka, awasi dia."

"Baik bos.." jawab Joni.

Joni segera mengajak kedua temannya untuk membututi kedua orang itu.

Sementara itu nenek Samirah sudah berada di gudang Wonoboyo tempat Teguh dan ketiga temannya di sekap. Mereka sangat pucat dan lemah karen sudan 2 hari tidak di kasih makan dan minum. Di biarkan saja. Ruangan yang berbau pesing dan busuk itupun terbuka.

"Lepaskan mereka San." perintah nenek Samirah.

Dengan menutup hidung Santoso melepas keempat orang itu dan menyeretnya keluar dari gudang..

"Kasih mereka makan dan minum." kata nenek Samirah.

"Baiklah nek." kata Santoso lalu menuju mobil mengambil nasi bungkus dan air meneral.

Santoso memberi nasi dan minuman pada mereka dan mereka pun memakan dengan lahap. Nenek duduk menunggu keempat orang itu makan sambil memikirkan apa yang harus di lakukan pada mereka, jika di biarkan pasti akan membelot dan jika di bunuh kasihan.

"Sekarang katakan, di mana letak markas bos kalian..?" kata nenek setelah semua selesai makan.

"Kalau sekarang kami tidak tahu nek." jawab Teguh.

"Kenapa kok sekarang tidak tahu.??"

"Karena setiap 2 minggu kami selalu pindah tempat nek, jadi sekarang pindah ke mana tidak tahu." jelasnya.

"Baiklah, sekarang kalian mau kembali ke bos kalian atau mau bagaimana.?"

Semua terdiam.

"Jika kalian kembali ke menjadi mafia maka tak segan-segan aku akan membantai kalian." kata Nenek Samirah seraya mengengam sebuah batu sekepal tangan dan merubahnya menjadi butiran pasir.

"Jika kepala kalian kerasnya melebih batu ini silahkan kembali ke bos kalian nanti karena sebentar lagi orang suruhan bos kalian akan ke sini."

Teguh dan ketiga temannya sangat ketakutan bahkan sampai kencing di celana dengan tubuh yang gemetar.

"Aku ingin kalian diam di tempat jangan bergerak sedikitpun. Santoso...!"

"Saya nenek guru..." jawab Santoso mendekat.

"Bawa mereka masuk ke dalam mobil " perintah nenek Samirah.

"Baik.." jawabnya seraya menunjuk ke arah Teguh agar masuk ke dalam mobil.

"Aku ingin kamu hubungi Sumi dan Robert saja, Jimi biar menjaga pabrik dan toko untuk ke sini." jelas nenek Samirah lalu mengucap sebuah mantra dan tiba-tiba sebuah tongkat dari akar kayu walikunkun sudah berada di gengamannya.