NovelToon NovelToon
Kemarau Menggigil

Kemarau Menggigil

Status: tamat
Genre:Tamat / Cintapertama / Berbaikan / Mengubah Takdir / Bullying dan Balas Dendam / Slice of Life
Popularitas:15.7k
Nilai: 5
Nama Author: Chira Amaive

Ayah, aku butuh selimut untuk tubuhku yang penuh keringat. Kipas angin tua milik bunda hanya mengirimkan flu rindu. Sebab sisa kehangatan karena pelukan raga gemuknya masih terasa. Tak termakan waktu. Aku tak menyalahkan siapa pun. Termasuk kau yang tidak dapat menampakkan secuil kasih sayang untukku. Setidaknya, aku hanya ingin melepuhkan rasa sakit. Di bawah terik. Menjelma gurun tanpa rintik gerimis.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chira Amaive, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 2

Setidaknya, sisakan suara lembutmu sebelum aku tertidur, Ayah. Tak apa walaupun hanya satu kata.

...----------------...

Kelas yang bising. Diskusi untuk ulangan harian matematika hari ini. Aku benci matematika. Merepotkan otak saja. Tapi aku kerap kali kena terus guru karena nilai matematikaku selalu yang paling buruk dibanding teman-teman yang lain. Sekali pun nilai buruk, lebih buruk lagi nilaiku. Bahkan guru matematikaku sering menyebutku perempuan berandal yang tahunya mencari ribut saja.

"Dainty!" Seseorang memanggilku dari arah pintu. Seorang lelaki berpengaruh di sekolah, sebab ia adalah ketua OSIS, peraih peringkat umum, juara pidato bahasa Inggris tingkat nasional pula. Tentu saja seantero sekolah mengenalnya. Ia juga membuatku terkenal, sebab walaupun aneh dan nyaris mustahil, namun ia adalah pacarku.

Pandangan masam mulai terlihat pada raut wajah para siswi di kelas. Sedari awal, mereka memang tidak menyukaiku. Ya, siapa pula yang akan menyukai perempuan kasar dan suka cari ribut kepada semua orang. Lelaki primadona sekolah itu nyaris tak ada celah kekurangan bagi mereka, kecuali setelah mengetahui hubungannya denganku. Di sanalah letak kekurangannya, yaitu memilihku.

Sebenarnya, aku tak kalah terkejutnya dengan mereka. Lelaki tampan, pintar dan baik hati itu memacari perempuan nakal, kasar dan pembuat onar. Nyaris tidak masuk pada nalar.

"Apa," jawabku malas.

Dengan senyuman sumringah, lelaki bernama Resendrya itu bergegas ke arah bangkuku berada. Ia biasanya dipanggil Rasen.

"Aku udah video yang aku maksud kemarin. Lihat deh," seru Rasen.

Aku yang sedang pusing karena memikirkan ulangan harian di jam pertama ini melihat layar dengan malas.

"Nggak, ah. Males!" tegasku.

"Setengah menit aja, kok. Sebentar." Rasen memohon.

Tanganku yang gatal itu langsung menghempas HP-nya hingga terjatuh ke lantai. Pemandangan yang langsung menyita perhatian siswa-siswi di kelas.

Raden memungut HP-nya dengan lemas. Itu membuatku sedikit menyesal namun aku harus melakukannya karena aku benar-benar tidak ingin diganggu.

"Ya, udah. Aku balik ke kelas dulu," ujar Rasen kemudian berlalu.

Pandangan masam masih saja mengarah kepadaku. Rasa jengkel menyergap. Spontan aku mengambil pulpen dan melemparkannya ke arah salah satu siswi. Tepat mengenai wajahnya. Membuatnya menangis kesakitan.

"Dain!" tegas Flo, seorang siswi yang paling sering ribut denganku. Siswi yang wajahnya terkena pulpen itu menangis di dekat Flo. Segitu saja menangis. Dasar cengeng.

"Berisik banget, si tukang cepu," ketusku pada Flo.

"Udah, Flo." Charisa, si perempuan lembut itu berkata.

"Apa, gue doang nih yang disuruh udah? Sedangkan cewek nggak bener yang udah ngirim pelet buat Rasen itu nggak dibilangin juga, hah?" Flo berkata sambil menatap penuh rasa muak ke arahku.

Segera saja aku berlari ke arah Flo dan menjambak rambutnya hingga berpindah beberapa helai ke tanganku. Kurang puas dengan itu, kemudian aku mendorong Flo hingga menabrak teman-teman di belakangnya yang sedang duduk melingkar di belakang. Pinggangnya sempat mengenai sudut meja.

"Sialan, lo. Dasar cewek nggak bener!" ketus Flo lagi dengan menahan sakit pada pinggangnya.

"Maju sini kalau berani!" tantangku sambil bersiap dengan sebuah pulpen yang tadi aku gunakan untuk melempar Luna.

"Lo itu nggak pantes buat Rasen. Bahkan nggak pantes buat siapa-siapa." Perempuan sialan ini masih saja membahas itu dan bukan membalas hajaran fisik yang telah aku perbuat padanya.

Rendra, si ketua kelas segera menengahi. Tampak raut wajah muak padanya. Jika saja bukan karena perintah guru, maka ia sudah tidak mau berurusan denganku. Sebab hampir setiap hari, tak pernah luput aku berbuat onar. Rendra berdiri dir depan Flo. Mungkin ia berpikir bahwa jika berdiri di depanku, yang ada malah kena tendangan super yang bisa mengakibatkannya mengalami luka seperti sebelum-sebelumnya.

"Kalian nggak bosen apa bertengkar terus? Setiap hari kelas kita kena semprot mulu dari para guru. Selalu saja kelas kita yang kena. Semuanya jadi kena getahnya. Bukan cuma kalian berdua!" Rendra berseru tegas. Wajah putihnya memerah.

"Selama cewek berandal itu ada di sini, pastinya kelas kita nggak akan bener, lah. Nggak layak jadi perempuan. Nggak layak jadi manusia!" Flo berseru menusuk.

Aku hendak maju namun dihadang Rendra. Sekuat tenaga, aku mencoba menyingkirkan penghalang ini untuk membiarkanku menghajar Flo sepuasnya.

Dhuakkk.

Perut Rendra terkena tendangan kerasku. Ia meringis kesakitan namun tetap berusaha melindungi Flo.

"Menyingkirlah, dasar pengganggu! Kecuali kalau lo mau berkorban untuk perempuan bodoh ini," ucapku sambil menendang Rendra untuk yang keduanya kalinya. Kali ini ke arah lututnya.

Seseorang menarik kedua lenganku dari belakang. Rasen.

"Urus pacar lo, itu. Nyusahin orang tahu, nggak!?" seru Flo kepada Rasen.

Mata indah itu melihat ke arahku. Dari dekat, ia terlihat semakin tampan. Namun, bukan Dainty namanya jika menampakkan sisi lembutnya ketika ditahan untuk melakukan penyerangan fisik.

"Lepasin!" ucapku mencoba melepaskan lenganku dari cengkraman Rasen.

"Udah, Dain. Suaramu terdengar sampai kelasku!" ucap Rasen.

"Pergi dari sini! Lo nggak dibutuhkan di sini tahu, nggak." Aku berseru mengusir Rasen.

Dua orang guru laki-laki masuk ke kelas kami. Satu guru yang sedang mengajar di kelas Rasen. Satu lagi guru yang akan mengajar di kelasku. Guru matematika menyebalkan itu.

"Dainty, cukup!" Guru matematika bernama pak Alva itu menampakkan wajah garang. Hanya ke arahku. Tidak dengan Flo.

"Rasen, kembali ke kelas. Biar kami yang mengurusnya." Pak Isa yang sedang ada jam mengajar di kelas Rasen itu berkata.

Meski terlihat berat, Rasen melepasku dan berlalu untuk kembali ke kelasnya. Ternyata dia ke sini ketika pak Isa sedang mengajar. Hanya untuk melihat perbuatan apa lagi yang sedang aku lakukan.

"LEPAS!" ucapku galak setelah pak Isa mengambil alih pegangan Rasen padaku.

"Bandel sekali kamu jadi cewek. Nggak pernah dididik kamu di rumah sama orang tuamu, hah?" cetus pak Alva dengan mata melotot.

Flo bahkan diabaikan. Rendra mematung di depan Flo. Semua pandangan tertuju padaku. Andai saja pak Isa tidak mencengkramku. Sudah aku lepas mereka dengan pulpen lagi. Kalau bisa mengenai muka pada bagian yang tajam. Dasar menyebalkan.

"Lepas!" Aku hampir bisa melepaskan diri, namun pak Alva segera membantu pak Isa mengunci lenganku dengan tangan mereka. Sakit sekali. Tapi, mana tahu aku mengekspresikan rasa sakit di saat seperti ini. Di saat aku belum puas menghajar Flo, di perempuan gila itu.

"Mau sampai kapan kamu begini, Dainty. Sepanjang sejarah kami mengajar di sini. Tidak pernah ada murid senakal kamu. Bahkan untuk laki-laki sekali pun. Siapa yang mendidikmu? Ayahmu berandalan juga?" tanya pak Alva tajam.

Setelah mendengar itu, kakiku seperti bergerak dengan sendirinya dan menendang pak Alva. Tepat mengenai perutnya. Maka aku berhasil lepas dari mereka karena pak Isa sedikit meregangkan cengkraman. Akhirnya, aku berlari keluar dan tidak peduli dengan adanya ulangan harian matematika sebentar lagi.

Sekolah bodoh. Guru bodoh. Bisanya menjelekkan orang saja. Walaupun hubunganku dengan ayah memang tidaklah baik. Bahkan sangat buruk.

1
Selfi Azna
pada kemana yang lain
Selfi Azna
MasyaAllah
_capt.sonyn°°
kak ini beneran tamat ??? lanjut dong kakkkk novelnya bagus bangetttttt
Selfi Azna
mungkin bapaknya cerai sama ibunya,, truss jd pelampiasan
Chira Amaive: Bukan cerai, tp meninggal ibunya 😭
total 1 replies
melting_harmony
Luar biasa
Zackee syah
bagus banget kak novel nyaaa...
Chira Amaive: Thank youuuu
total 1 replies
Zackee syah
lanjut kak
🎀𝓘𝓬𝓱𝓲𝓷𝓸𝓼𝓮🎀
barter, aku like punya kamu, kamu like punya aku
Chira Amaive: okeyyyyy
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!