Bercerita tentang seorang pemuda yang ditinggal menikah oleh wanita pujaannya dengan sahabatnya sendiri. Lebih tepatnya wanita yang disukainya itu pasangan sahabatnya sendiri. Ia menyukai wanita itu karena ada hal istimewa yang ada di dalam wanita itu.
Berbagai cara, dia lakukan untuk melupakan wanita itu. Namun hasilnya nihil, dia sudah berusaha untuk melupakannya. Dan itu sulit baginya. Wanita itu terlalu membekas di hatinya.
Hingga akhirnya ia bertemu wanita lain yang membuatnya jatuh cinta. Wanita sederhana dan senyum manisnya, yang membuatnya jatuh cinta. Berbagai cara dia lakukan untuk menyatukan cintanya pada wanita itu. Namun lagi-lagi ada halangan besar yang menghalangi perbedaan mereka.
Lalu apa yang akan dilakukan pemuda itu? Apakah pemuda itu tetap melanjutkan pilihan hatinya?
Atau dia akan menyerah dan merelakan wanita itu bersama dengan yang lain?
Ingin tahu lebih lanjut ceritanya, jangan lupa untuk membaca kisah selengkapnya....
Happy reading....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jyoti_Pratibha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6
Mereka berdua menikmati makanan yang disuguhkan oleh pemilik warung. Warung ini sebetulnya berbentuk seperti warteg yang biasa ia singgahi di kota.
Bedanya di sini adalah tempat berdirinya warung ini dan cara memasaknya. Kalau warteg di kota tentunya sudah menggunakan kompor untuk memasak makanannya. Kalau di sini menggunakan tungku sebagai alatnya.
Seperti makanan yang dipesannya ini, nasi dilengkapi aneka sayuran serta siraman kuah santan bercampur tempe yang dihaluskan. Dari baunya, makanan yang dipesannya ini memiliki ciri khas tersendiri.
Derandra menyendokkan makanan itu ke dalam mulutnya, dan rasanya sesuai yang diharapkannya. Sentuhan pedas yang begitu menyengat namun tetap menggugah selera lidah dan terasa hidup.
Rasa pedasnya yang begitu mencengkram langsung melonjakkan gairah makan, dan sensasi panasnya yang merayap hangat di tenggorokan, memberikan kepuasan mendalam. Melalui paduan sempurna antara cabai, bawang, dan rempah-rempah lainnya.
Seperti seni kuliner yang kaya warna dan cita rasa, perpaduan harmonis yang sempurna antara pedas, manis, asin, dari segala rasa yang memanjakan lidah.
Mungkin Derandra akan memasukkan makanan ini ke dalam favoritnya. Ia harus memesan makanan ini lagi untuk memuaskan lidahnya.
“Bagaimana?”tanya Veronica.
“Sangat memuaskan, rasa makanan ini sangat memanjakan lidahku yang sudah lama tidak makan makanan tradisional. Bolehkah aku memesannya lagi?”tanya balik Derandra. Dia benar-benar sangat ingin mencobanya lagi dan lagi.
Veronica yang mendengar pertanyaan nya pun tertawa. Dia tak menyangka akan ada yang suka dengan makanan ini, padahal teman-temannya yang berasal dari desa ini saja tidak menyukai makanan ini.
“Baiklah”jawab Veronica setelah menyelesaikan tertawanya. Dia memesan menu yang sama lagi.
Veronica tidak tahu ekspresinya nanti seperti apa, jika nantinya ia memberitahu tentang bahan masakannya pada Derandra. Mungkin dirinya akan menertawakannya lebih keras lagi.
“Andra kamu tahu? Makanan yang kamu makan itu terbuat dari tempe busuk.”
“Aapa? Maksudnya?”
“Yah seperti yang kukatakan tadi makanan yang kamu makan itu terbuat dari tempe yang sudah difermentasi lebih dari 3 hari atau mungkin lebih. Aku juga tidak terlalu tahu tentang hal itu.”
“Be benarkah? Kau tidak berbohong bukan?”
Veronica tertawa terbahak melihat wajah Derandra yang terkejut mendengar bahan masakannya.
“Benar, bukankah aku tadi sudah bilang aku pernah bekerja di tempat ini. Tapi kamu tenang saja makanan yang kamu makan itu tidak akan membuat perutmu sakit. Jadi kawan kau tidak perlu khawatir tentang ini.”
“Kau serius Veron?”
“Iya, lihatlah warga desa disini makan menu ini hampir setiap hari apakah ada yang sakit?”
“Huh baiklah aku akan makan makanan ini dan melupakan ucapanmu tadi.”
“Tenang kawan makanan ini tidak akan membuatmu sakit begitu saja. Bahan yang digunakan dalam memasaknya juga alami kecuali tempenya. Karena itu difermentasi lebih lama dari biasanya.”
“Aku heran bagaimana orang-orang jaman dulu menciptakan makanan seperti ini? Bahkan yang dimasaknya ini juga bisa dibilang sudah tidak layak untuk dikonsumsi lagi?”
“Itulah hebatnya orang jaman dulu, mereka terus berinovasi menciptakan makanan yang enak dengan bahan seadanya. Dan tak lupa menambahkan sayuran di dalamnya agar seimbang.”
“Benar juga."
Derandra sangat terpukau dengan inovasi orang jaman dulu. Mereka selalu berinovasi dengan bahan makanan yang ada, dia juga pernah membaca beberapa jurnal tentang kehebatan orang-orang jaman dulu dan mengolah panganan di masa perang. Dan tentu dengan bahan yang ada tentunya.
“Hanya saja aku sangat menginginkan satu hal ini dalam hidupku.”
“Apa?”
“Menambahkan menu ini di tempat kerjaku, yah meskipun mustahil untuk kulakukan karena itu bukan restoran milikku.”
“Apa alasanmu ingin menambahkan makanan ini ke dalam menu?”
“Karena aku ingin memberitahu semua orang bahwa makanan ini adalah makanan terenak dan terbaik yang harus dicoba. mengingat makanan ini sangat jarang diketahui banyak orang dan jarang orang yang menyukai makanan ini. Akan sangat mustahil dalam mewujudkannya.”
Derandra tahu maksudnya. Mengingat bahan makanan ini terbuat dari tempe busuk dan tentu orang-orang akan mempunyai stigma negatif tentang itu.
Padahal bisa dibilang bahan makanan ini hanya terlewat dari ketentuan fermentasi. Dan tentu hal seperti ini akan sangat merugikan bagi orang-orang yang menambahkan menu ini. Terutama pemilik restoran besar.
“Jadi nona setelah ini kau akan mengajakku kemana?”tanya Derandra sambil menaiki sepedanya.
“Ehm bagaimana kalau kita pergi ke kebun yang ada disini. Dan meminta panenan para petani yang sedang meladang”jawab Veronica.
“Meminta? Mengapa tidak membelinya saja? Bukankah sangat baik kalau kita membelinya? Dengan itu petani disini tidak mengalami kerugian.”
“Dasar orang kota, yang ku maksud meminta panenan mereka adalah panenan yang sudah tidak layak dijual. Biasanya panenan seperti itu akan dibuang oleh para petani.”
“Baiklah aku ikut ucapanmu saja”jawab Derandra dengan menyengir. Dia seperti orang bodoh yang tidak tahu apa-apa tentang pertanian. Hidupnya yang dihadapkan dengan komputer dan menerima uang dari bisnis yang dijalaninya. Dan tentu dia tidak mengetahui apa-apa tentang hal yang dimaksud Veronica.
Mereka menyusuri jalanan desa dengan menikmati angin yang berhembus menerpa wajah keduanya. Sangat menyenangkan.
Derandra yang biasanya mengeluh karena kemacetan dan tak kunjung teratasi sangat berbeda ketika disini menikmati perjalanan yang dilakukannya. Bersama dengan wanita itu ia sedikit tahu tentang banyak hal di desa ini.
Terutama dalam menjaga keasrian alam yang ada di desa ini. Apalagi kini ia diajak untuk meminta panenan pada pemilik sawah.
Hal yang tak pernah dilakukan Derandra karena ia adalah orang kota.
Veronica menghentikan sepedanya di jembatan penghubung. Jembatan ini adalah jembatan penghubung ke hutan yang ada di ujung desa. Jembatan ini bisa dibilang dibangun dari jaman penjajahan, hingga sekarang yang masih tetap awet.
Karena warga setempat lah yang merawatnya hingga kini, jembatan ini terhubung dengan hutan itu.
“Andra”panggil Veronica pada Derandra.
“Kita tidak jadi ke sawah ya, kita kesini saja. Melihat hutan itu”tunjuknya ke arah hutan sebrang. “Aku ingin kesana, sudah lama aku tidak menyambangi tempat itu.”
“Oke, ayo kita kesana.”
Mereka berdua pergi kehutan itu untuk melihat-lihat isi di dalamnya. Lebih tepatnya Veronica yang melihat-lihat, Derandra hanya mengikutinya dari belakang sambil menikmati alamnya.
Entah kenapa ketika Derandra bersama dengan Veronica ia merasakan kedamaian di dalam hatinya. Hal yang ingin ia lakukan sejak lama setelah pernikahan temannya.
Derandra hingga kini masih belum bisa mengikhlaskan wanita pujaannya itu. Entah dirinya yang tidak ingin melupakan? Atau hatinya yang belum menemukan wanita lain untuk mengisi kekosongan nya?
Tentu melupakan wanita yang sudah membuat jantungnya berdebar, akan sangat sulit baginya untuk merelakan wanita itu pada orang lain.
Hal yang sulit dilakukannya saat ini adalah melupakan wanita yang bernama Tamara dari hatinya.
Namun entah kenapa ketika ia bertemu dengan Veronica, dia merasakan kedamaian di hatinya. Dia begitu mendapat kejutan yang ditunjukkan wanita itu padanya.
Meskipun dia baru bertemu dengan Veronica, Derandra merasakan damai dan nyaman.
Kesederhanaan wanita itu, yang membuat dirinya nyaman untuk berdekatan dengannya. Apalagi wanita itu yang tampil apa adanya dengan pakaian yang ia pakai. Sangat sederhana.
“Kesederhanaan yang ada pada dirinya, membuat hatiku merasa damai dan nyaman”gumam Derandra.
ΩΩΩΩ
Berjalan-jalan sambil menikmati lukisan Tuhan adalah hal terindah yang dialaminya.
Setiap momen yang diciptakannya bersama seorang wanita, orang yang bekerja sebagai pemandunya berkeliling desa ini. Begitu terekam di benaknya.
Sungguh hal seperti ini tidak pernah ia lakukan sebelumnya, terutama bersama keluarganya dan teman-temannya.
Kehidupannya yang ada di kota adalah kehidupan yang ingin ia gambarkan sebagai tempat berisik.
Namun gambaran seperti itu tidaklah cocok dengan kelahirannya disana.
Kata berisik terlalu menjelekkan kehidupannya disana. Namun jika di ingat lagi, kehidupan di kota mengajarkan nya arti bertahan hidup.
Kehidupannya di kota mengajarkannya bagaimana cara nya bersaing dan membedakan orang munafik dan tidak.
Tentu hal itu tidak akan ditemukan di desa ini. Di desa seperti ini skalanya terlalu kecil untuk melakukan persaingan dan juga untuk membedakan orang munafik dan tidak, di desa ini akan sangat terlihat dan tentu akan diingat terus.
Sebetulnya dimanapun berada mau itu di desa atau di kota tentu akan ada kesamaan dalam sebuah kehidupan.
Kehidupan baik itu tercipta dari diri sendiri, karena kehidupan itu yang menjalani diri sendiri.
Sama yang seperti yang dilakukan Derandra. Dia melakukan kehidupan layaknya orang normal, hanya saja dirinya tidak bisa menciptakan hal baik di dalam dirinya.
Dia tidak terlalu memperdulikan keadaan sekitar dan hanya fokus terhadap dirinya sendiri.
Hingga ketika dirinya di desa ini, ia menjadi tahu makna kehidupan yang sebenarnya. Tidak terlalu sulit dan tau diri.
Kehidupan yang dijalani nya selama ini hanyalah kehidupan biasa dan tanpa ada makna kehidupan yang sebenarnya di dirinya sendiri.
Derandra tidak tahu bagaimana cara memaknai kehidupan yang sebenarnya. Selama ini dirinya terlalu fokus dalam berbisnis dan mengembangkan bisnis tanpa tahu apa yang dikerjakannya saat ini.
Hingga ia tidak tahu menikmati perjalanan proses yang dilakukan akan sangat membawa baik para pekerjanya.
Dia tidak pernah menikmati perjuangannya sendiri dalam membangun usaha.
Ucapan yang sering dilontarkan pada teman-temannya itu hanyalah candaan untuk menutupi kehidupannya.
Menikmati proses yang dikerjakan serta mengembangkan semua, itu adalah impiannya.
Dia dari dulu tidak pernah menikmati proses itu, dan Derandra selalu merasa tidak cukup dengan apa yang dikerjakannya saat ini.
Derandra benar-benar salut dengan kehidupan di desa ini. Orang-orang yang ada disini tidak perduli dengan gaji mereka besar atau kecil.
Mereka benar-benar menikmati pekerjaan yang mereka kerjakan. Rasa syukur yang begitu kuat ditengah pertimpangan, dan welas kasih serta saling gotong royong yang masih dijaga mereka sangat kuat dalam menghadapi permasalahan yang ada.
Derandra merasa belum menjadi pribadi yang baik untuk dirinya sendiri.
Apalagi ketika mendengar perkataan wanita yang bernama Veronica itu. Derandra tersenyum ketika mengingat kebersamaan mereka.
“Baru kali ini aku bertemu dengan wanita seunik itu.”
“Dia adalah wanita yang sangat bersemangat dalam menjalani hidupnya.”
“Apakah wanita itu tidak pernah mengeluh tentang pekerjaannya? Tapi bukankah dunia perdapuran itu sangat keras? Bagaimana dia bisa bertahan seperti itu?”
“Wanita yang hebat.”
Derandra sangat kagum dengan kepribadian Veronica. Wanita itu mampu berbaur dengan siapa saja yang ditemuinya. Seperti tadi ketika wanita itu mengatakan ke tempat penginapan.
Sepanjang perjalanan Veronica menyapa orang-orang yang lewat. Bahkan ketika dia bertemu dengan orangtua yang duduk di pinggir kali, wanita itu turun dari sepeda dan menyapa orang tua itu.
Hal seperti ini lah yang tidak pernah dia temukan di kota. Bersikap sopan santun terhadap yang lebih tua.
Derandra benar-benar memuji attitude Veronica. Wanita itu menggambarkan orang desa yang memiliki attitude baik, terkadang Derandra terlalu bias terhadap orang desa seperti ini.
Dulu dia berpikir bahwa orang desa hanyalah orang yang bodoh dan norak. Serta kotor tentunya, karena orang-orang yang berada di desa hanyalah orang-orang yang memiliki pemikiran pendek dan tidak mau maju.
Namun nyatanya pemikirannya itu hanyalah ilusi belaka yang ia ciptakan sendiri.
Orang-orang desa disini sangat ramah dan attitude mereka patut diacungi jempol olehnya.
Sentimen terhadap orang desa yang norak dan kampungan itu hanyalah ucapan dari orang-orang yang tidak tau menjaga tata krama mulutnya sendiri.
Derandra yang sedang melamun karena memikirkan hal tadi seketika tersadar karena teleponnya berbunyi. Ia pun mengambil ponselnya dan melihat siapa yang menelponnya di malam hari seperti ini.
“Ada apa kau meneleponku malam-malam?”
“Ah maafkan aku brother, tapi kau harus mengetahui hal ini. Jembatan yang ingin kau perbaiki itu, harus dibongkar dan dibangun ulang. Tadi siang aku mengetes jembatan itu, dan melihat banyak kerusakan serta bangunan yang tak lagi kokoh. Banyak besi-besi dan baut yang hilang, entah bagaimana orang-orang yang mencuri itu melepasnya. Hanya itu yang ingin ku sampaikan padamu.”
“Huft jika seperti itu, membutuhkan biaya yang dibutuhkan akan sangat banyak.”
“Tentu kawan, dan tentu kita berdua tidak akan kuat membiayai nya sendiri. Kita membutuhkan investor untuk membantunya.”
Kebutuhannya dalam membangun restoran di tempat ini belum selesai, dan masih banyak biaya yang dibutuhkan untuk pembangunannya.
Derandra bisa saja menggelontorkan uangnya untuk membangun jembatan itu dengan dana pribadinya. Hanya saja dirinya harus memikirkan biaya operasional yang lain.
Jembatan yang akan di perbaiki kali ini memang jembatan utama yang biasa dilewati penduduk sini. Karena jembatan itu, adalah jalur utama untuk menghubungkan dua kecamatan.
Hal inilah yang membuat warga desa ingin meminta material sisa dari pembangunan restorannya.
“Apa kau sudah menghubungi Rejandra?”tanya Derandra pada Atlas.
“Aku sudah menghubunginya, hanya saja dia tidak bisa menggelontorkan biaya banyak. Kau tahu bukan dia harus mengurusi bisnisnya yang terlalu diketatkan oleh pemerintah kita”jawab Atlas.
“Benar juga”gumam Derandra.
Derandra ingin sekali membantu warga disini. Dia ingin membantu mereka dalam perjalanan menuju kecamatan lain. Hanya saja dirinya tidak mampu sepenuhnya.
Banyak hal yang harus dilakukannya selain jembatan itu. Dan saat ini dirinya harus memikirkan cara mendapat biaya tambahan untuk pembangunan jembatan itu.
“Atlas aku baru ingat, bahwa aku membangun restoran disini. Dan tentu pemandangan disini akan sangat menjanjikan jika banyak wisatawan luar daerah yang datang kesini untuk liburan. Dan juga disini ada penginapan yang tentu sangat bagus untuk dinikmati. Bagaimana kalau kau memikirkan desain jembatan itu agar bagus dan membuat tempat pariwisata di daerah jembatan itu. Bukankah itu sangat menguntungkan dan juga untuk menarik investor tentunya.”
“Benar juga, tapi apakah warga sana akan setuju jika ada tempat pariwisata di dekat jembatan? Kau tahu sendiri bukan, bahwa daerah situ tidak menyetujui tentang pembukaan pariwisata?”
"Aku akan berbicara pada warga sekitar, aku yakin jika ini tentang masa depan desanya mereka pasti akan setuju. Asalkan saja jangan sampai kepala desa mengetahui tentang hal ini."
salam hangat dari saya👋
jika berkenan mampir juga🙏