Seulbi dan Rain terpaksa menjalani pernikahan yang tak ada cinta di dalamnya. Keduanya harus bertahan sampai selama satu tahun, sesuai isi perjanjian kontrak yang dibuat kedua orang tua Rain. Namun dalam kurun waktu itu, banyak hal terjadi hingga mereka menjadi saling terikat dan membutuhkan. Sayangnya perasaan yang sudah sama-sama kuat itu tetap jua harus terputus oleh perceraian dengan alasan yang sama kuat.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eka Magisna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 2
"Apa sebenarnya yang kamu rencanakan?" Rain bertanya pada Seulbi. Pasang matanya menyipit tajam, mengamati setiap bagian dari diri wanita itu.
Keduanya kini sudah berada di dalam kamar yang dikatakan Yujin sebagai kamar pengantin.
"Aku hanya ingin dekat dengan suamiku, itu saja," jawab Seulbi ringan, bergerak santai melewati Rain untuk menghampiri sebuah kursi rias yang kemudian dia duduki.
Rain mengetatkan rahang, tidak suka jawaban Seulbi. Tubuhnya berputar menghadap wanita itu. Terlihat saat ini Seulbi tengah sibuk membersihkan sisa riasan di wajahnya dengan sehelai tissue.
"Lee Seulbi, atau masih lebih pantas kusebut ... Kodok Jelek!" Rain ingat julukan itu sepuluh tahun lalu, julukan yang dia berikan saat mereka masih sama-sama berseragam sekolah menengah. Keduanya berada di sekolah yang sama, Rain adalah kakak kelas Seulbi.
Ada masalah pribadi yang membuat Rain sangat membenci Seulbi saat itu. Tapi siapa kira, walau sudah berlalu lama sekali, dia masih saja tak bisa melupakannya.
"Selain wajahmu yang berubah can-- ... sedikit cantik maksudku, selebihnya dalam dirimu masih sama, sama menyebalkan seperti sepuluh tahun lalu ... di mataku," Rain menukas penuh tekanan.
Dari cermin, Seulbi melihat tatapan sinis Rain, sangat mengerikan. Tapi ...
"Aku tidak peduli!" katanya seraya berdiri, lalu tanpa takut dia kembali mendekati pria yang telah sah jadi bagian dari hidupnya itu. Wajahnya yang lebih rendah dari wajah Rain naik mendongak, menyapu tatap setiap detail paras Rain berbalut senyum. "Yang terpenting bagiku ...." Dia menggantung kalimat, sementara tangannya tergerak nakal melakukan usapan halus di dada Rain yang masih tertutup rapi dengan atribut. "Saat ini kamu adalah suamiku, Shin Rain."
Cukup mengejutkan Rain sampai membuatnya sulit berkata selama beberapa detik. Dia tak menyangka si kodok jelek bisa melakukan hal seperti ini.
"Menjijikkan!" Tangan Seulbi ditepis cepat dari dadanya. "Dengarkan aku, Kodok!" Posisi diubahnya, memajukan wajah lebih dekat ke wajah Seulbi hingga hanya tersisa setengah jengkal. "Apa pun tujuanmu menerima pernikahan ini, aku tidak peduli. Kau tidak akan mendapatkan apa pun dariku, dari pernikahan ini. Selamanya di mataku, kau adalah seekor kodok." Lalu pergi dengan langkah-langkah lebar meninggalkan ruangan itu.
Lepas Rain hilang dari pandangan, Seulbi tercenung menatap pintu. Sebulir air mata jatuh menggelinding melewati pipi, disekanya dengan sebelah tangan. "Lee Seulbi, kau harus bersabar. Satu tahun, kontraknya hanya satu tahun, kau akan terbebas dari lelaki itu."
*****
"Kenapa wajahmu ditekuk? Bukankah ini hari bahagiamu? Kenapa malah datang kemari?" Joon, sahabat dekat Rain memberondong dari balik bar counter-nya.
"Jangan banyak bertanya!" hardik Rain. Tubuhnya sudah terempas di atas kursi tepat di hadapan Joon. "Berikan aku botol minuman yang banyak, aku ingin mabuk."
Joon memiringkan kepala dengan mata menyipit tipis, memerhatikan kelakuan Rain. "Apa ada sesuatu yang terjadi? Calon pengantinmu kabur?"
Sontak menarik pandangan kelam Rain pada sahabatnya itu. "Kenapa kau berisik sekali?" Pusing di kepalanya bertambah kadar.
"Baiklah, aku tak akan bertanya lagi." Joon mengalah untuk saat ini, berbalik badan untuk mengambil sebotol anggur dari rak counter-nya, membuka tutup, lalu menyodorkannya ke hadapan Rain. "Mabuklah!" Dia melepas apron dari badannya yang tegap, lalu meletakkan di atas kepala kursi. "Aku ada janji dengan Yisoo," katanya memberitahu Rain. Tangannya melambai tangan pada seorang lelaki yang tengah meracik cocktail di sebelah kanan. "Kau layani dia." Lelaki itu mengangguk patuh.
"Hey, kau mau kemana?!" Rain bertanya keras. "Aku kemari kenapa kau malah pergi?!"
Joon sudah keluar dari counter dan berdiri di samping Rain. "Aku sudah mengatakannya padamu tadi," ujarnya, lalu merundukkan kepala untuk berbisik di telinga Rain, "Sobat, ini hari pernikahanmu, seharusnya kau bersenang-senang dengan isterimu." Tubuh kembali ditegakkan, tersenyum bersirat olokan. "Aku pergi!" Satu tepukan di pundak Rain mengakhiri perkataannya, Joon berlalu pergi tanpa simpati.
"Sialan itu, kenapa jahat sekali?!" Satu gelas anggur diteguk Rain kasar, melampiaskan kekesalan.
Joon adalah pemilik kelab yang saat ini dipijak Rain, jadi pria itu bisa sesuka hati datang dan pergi.
**
Di rumah besar keluarga baru Seulbi.
Saat ini makan malam pertama Seulbi sebagai menantu keluarga Shin, tanpa kehadiran Rain sebagai suami. Tapi mereka semua paham itu dan memilih tak mempermasalahkan.
Tak sekedar makan malam saja, ada pembahasan penting di sela itu.
"Apa?!" Seulbi terperanjat mendengar hal yang baru saja diutarakan Jeha, mertua laki-lakinya. "Ayah ingin aku bekerja di perusahaan dengan Rain?"
Shin Jeha mengangguk dengan mulut penuh terisi makanan, setelah itu lalu berkata, "Ya, Seulbi. Kamu bisa memilih bagian apa yang kamu inginkan."
"Tapi, Ayah ... aku tak ada pengalaman bekerja di kantor, aku tak akan bisa." Seulbi menjelaskan keadaan dirinya.
"Tak apa, Sayang. Kamu bisa belajar dulu. Kami akan minta orang mengajarimu." Yujin meyakinkan dengan senyuman.
"Tapi, Bu, aku---"
"Seulbi!" Jeha memotong. "Bukankah kamu ingin menyekolahkan adikmu ke luar negeri?!"
Seulbi tertegun mendengar itu, seketika dia mengingat bagaimana janjinya pada Micha.
"Walaupun ayah sudah tiada, Kakak janji akan bekerja keras agar bisa menyekolahkan kamu di Amerika sesuai cita-citamu."
"Kami akan memberikan gaji yang pantas," lanjut Shin Jeha, otomatis membuyarkan lamunan Seulbi. "Selain itu, kami juga ingin kamu mengawasi Rain. Kata para karyawan, beberapa kali dia membawa teman wanitanya ke kantor. Ayah takut pekerjaannya terpengaruh dengan hal-hal yang tidak penting semacam itu. Jadi Seulbi ... tolong ... bekerjalah di perusahaan kami. Tidak perlu sebagai menantu, lakukan sebagai dirimu sendiri."
****
Sekitar jam sebelas malam, Rain baru tiba di rumah.
Saat memasuki kamar, dia lupa bahwa saat ini Lee Seulbi resmi jadi penghuni baru. Sontak demikian dia harus rela berbagi ruang.
Ada banyak kamar yang kosong di rumah besarnya, tapi Yujin mengecam dengan sangat keras sampai Rain kemudian mengalah lagi pada aturan ibunya yang menjengkelkan.
"Kodok sialan!" umpatnya menggeram, mendapati Seulbi sudah terbaring manis di tempat tidur, menggunakan selimutnya pula.
Dengan kesal dia mencelat ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
Di posisi baring yang menyamping, Seulbi membuka mata, dia mendengar umpatan Rain dan hentak kakinya yang menggema. "Maaf, Rain ... kali ini aku tidak akan mengalah lagi," katanya sangat pelan, tersenyum penuh arti.
Pintu kamar mandi berderak terbuka, Rain sudah selesai dengan ritualnya beberapa saat kemudian. Buru-buru Seulbi memejamkan mata, tak ingin diketahui bahwa dirinya belum tertidur.
Aroma sabun dan shampoo menyeruak ke penciuman. Rain pasti hanya mengenakan sehelai handuk, pikir Seulbi. Nalurinya tergoda ingin menoleh, namun hatinya jelas mengancam.
Dia ingat bagaimana tubuh kurus Rain saat SMA, berbeda dengan sekarang yang nampak gagah. Lalu bagaimana tampilannya saat bertelanjang dada? Pasti sangat menggoda.
"Ah, sudahlah!" Buru-buru Seulbi menepis pikiran kotornya. Pernikahannya tidak diatur untuk hal itu.
"Ada apa denganmu?"
Sontak mengejutkan Seulbi, langsung membuka mata dan membelalak, lalu menoleh. "Rain!"