Jatuh cinta pandangan pertama bisa saja terjadi.
Dan katanya pacaran setelah menikah sangat indah.
Benarkah?
Simak yuk dan temukan jawabannya disini.
Seperti biasa cerita ini hanya fiktif, jangan dikaitkan dengan dunia nyata, oke!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pa'tam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 2
Ghafur dan Ibra mengikuti perawat yang sedang mendorong brankar rumah sakit. Tentu saja ruang VVIP menjadi pilihan mereka.
Azizah masih belum sadarkan diri saat dipindahkan keruang perawatan. Setelah merasa sedikit tenang, Ibra mengajak sang ayah untuk sholat Maghrib berjamaah. Karena waktunya hampir habis.
Malam ini mereka terpaksa menginap di rumah sakit.
Keesokan harinya...
Ibra sudah selesai melaksanakan kewajiban sebagai umat Islam bersama sang ayah. Dilihat nya sang bunda masih betah tertidur, mungkin karena pengaruh obat.
Ibra duduk dikursi disamping ranjang sang bunda. Wanita yang paling ia cintai yang sudah melahirkannya kedunia ini.
Ibrahim Yusuf, nama yang diberikan oleh sang kakek. Berharap bila besar nanti akan menjadi manusia yang berguna dan berbakti kepada orang tua serta taat kepada Sang Pencipta.
Ibra sejak kecil dididik dengan ilmu agama disebuah pesantren. Hingga ia berumur 18 tahun.
Lalu sang ayah memasukkan nya ke universitas ternama di Kairo. Memang tidak mengecewakan. Ibra lulus dengan sangat baik.
Setiap malam Jumat, Ibra akan ke pesantren untuk mengajar santri dan santriwati disana. Selain menjadi seorang CEO, Ibra juga seorang ustadz.
Tapi sayangnya, hingga saat ini belum ada yang bisa menggetarkan hatinya selain gadis yang berhijab waktu itu. Hingga sampai saat ini ia belum menemukan gadis itu kembali.
Azizah perlahan membuka matanya. Hal yang pertama ia lihat adalah Ibra yang berada disampingnya. Sedangkan Ghafur keluar mencari sarapan untuk mereka.
"Apa aku sudah meninggal?" tanyanya.
"Bunda, mengapa bicara seperti itu?" tanya Ibra balik.
"Bunda, bunda melihat bidadari, dia sangat cantik," jawab Azizah.
"Mungkin bunda bermimpi, bunda kemarin kecelakaan," kata Ibra. Azizah menggeleng.
"Tidak, aku tidak bermimpi, aku memang melihatnya. Setelah itu aku tidak ingat lagi," ucapnya.
"Bunda istirahat dulu, pasti bunda berhalusinasi akibat kecelakaan," kata Ibra.
Kemudian Ghafur pun masuk sambil menenteng makanan yang ia beli. Bubur ayam untuk mereka sarapan.
Ghafur dengan telaten menyuapi istrinya. Sedangkan Ibra makan di meja lain. Tanpa mempedulikan kedua orang tuanya yang terlihat mesra. Hal itu sudah biasa baginya.
"Bagaimana keadaan bunda?" tanya Ghafur.
"Kepala bunda pusing, Yah. Mungkin karena benturan keras," jawab Azizah.
"Ya sudah, bunda istirahat dulu," pinta Ghafur.
Dokter wanita masuk untuk memeriksa pasiennya. Tapi matanya memandang lekat kearah Ibra. Hingga tanpa sadar dokter wanita itu tersandung pada meja kecil didekat ranjang rumah sakit.
Ibra spontan menutup mulutnya agar tidak tertawa lebih keras. Kemudian ia memandang kearah lain. Kemudian berlari kecil keluar ruangan.
Saat diluar ruangan, Ibra tidak bisa lagi menahan tawanya. Hingga orang yang melihatnya mengira dia gila. Ibra memegangi perutnya yang terasa sakit. Belum pernah ia tertawa seperti itu.
Setelah merasa reda, Ibra kembali masuk. Tapi saat melihat dokter itu, ia kembali tertawa. Sampai Dokter wanita itu malu karena ditertawakan oleh Ibra.
"Berhenti tertawa, nanti orang tersinggung," cegah Ghafur.
"Habisnya lucu, kok ada ya dokter yang konyol seperti itu," kata Ibra.
Mereka sampai lupa hendak menanyakan keadaan Azizah. Baru setelah dokter hendak keluar, Ghafur pun mencegahnya dan bertanya keadaan istrinya.
"Nyonya baik-baik saja. Nanti sore sudah boleh pulang," jawab dokter.
Kali ini dokter itu tidak berani menatap Ibra, ia benar-benar malu setelah terbentur meja. Setelah kepergian dokter wanita itu, Ibra ditegur oleh sang bunda.
"Kamu tidak kekantor?" tanya Ghafur.
"Nanti siang, kebetulan siang ini ada rapat penting dengan klien," jawab Ibra.
Tapi baru saja Ibra bicara begitu, ponsel miliknya berdering. Ibra melihat nama pemanggil tersebut. Dan ternyata dari asistennya.
"Assalamualaikum," Ibra mengucap salam.
"Wa'alaikum sallam tuan muda," jawab asisten yang bernama Aaron.
"Katakan!" seperti biasa kalau bicara dengan asistennya dan karyawan nya, Ibra berubah tegas. Tapi akan sangat lembut saat berhadapan dengan keluarganya.
"Klien kita memajukan pertemuan menjadi jam 8 pagi tuan," lapor Aaron.
Ibra melihat jam tangannya masih ada waktu 30 menit. Ibra segera bergegas pergi setelah berpamitan kepada kedua orang tuanya. Ponselnya masih terhubung karena terlalu terburu-buru.
Dengan kecepatan tinggi, Ibra mengendarai mobilnya. Saat dilampu merah, terjadi kemacetan.
Ibra melihat ada motor terparkir dipinggir jalan, sementara pemilik motor tersebut sedang menolong seorang kakek yang ingin menyeberang jalan.
Tanpa pikir panjang, Ibra segera keluar dari mobil. Dan langsung menaiki motor tersebut. Viora yang menyadari hal itu pun berteriak.
"Hei, motorku...!" Viora berteriak sekencang mungkin.
Tapi Ibra malah tidak peduli, lalu melemparkan kunci mobil nya kepada Viora. Ibra tidak menyadari kalau motor yang ia pakai adalah milik gadis yang ia temui di pesta pernikahan waktu itu. Hingga kini ia terus mencari gadis itu.
Viora segera menuju mobil milik Ibra, karena dari arah belakang sudah ada yang membunyikan klakson mobil mereka masing-masing.
Dengan terpaksa, Viora mengendarai mobil milik Ibra menuju butik miliknya. Viora tidak mengenal Ibra, karena pertemuan waktu itu, hanya Ibra yang melihat Viora. Sedangkan Viora tidak.
Ibra datang ketempat pertemuan dengan klien, ia merasa lega karena tidak terlambat datang. Ia rela kehilangan mobil daripada kehilangan kontak yang sangat besar ini. Satu tandatangan saja bisa mencapai miliaran. Sementara mobil masih dibawah harga itu.
"Bagaimana?" tanya Ibra.
"Maaf tuan, klien kita membatalkan pertemuannya hari ini. Dan akan ditunda Minggu depan," jawab Aaron.
"Mengapa tidak diberitahu awal-awal?" tanya Ibra.
"Maaf tuan, saya menelpon tuan tapi tidak dijawab," jawab Aaron.
Ibra mencari ponselnya, ternyata tertinggal didalam mobil. Ibra menghela nafas panjang.
"Sudahlah," kata Ibra akhirnya.
"Maaf tuan, motor siapa yang tuan bawa?" tanya Aaron.
"Gak tau, gara-gara ingin cepat, aku sampai meninggalkan mobilku dan menggantinya dengan motor ini," jawab Ibra. Jujur ia merasa dipermainkan saat ini. Tiba-tiba saja rapatnya ditunda Minggu depan.
Sedangkan dirinya sudah mati-matian ingin secepatnya tiba ditempat agar tidak terlambat menemui klien.
"Kita ke kantor," titah Ibra. Karena posisi mereka saat ini berada di hotel. Lebih tepatnya di restoran hotel.
Ibra mengendarai motornya tanpa menggunakan helm. Sebab helm nya masih menempel diatas kepala Viora.
Beruntung tidak ada polisi lalu lintas. Kalau ada bisa berabe. Bisa-bisa ia dituduh mencuri.
Saat tiba didepan perusahaan, para karyawan nya merasa heran saat melihat bosnya memakai motor. Mereka berbisik-bisik karena tidak biasanya bos mereka seperti itu.
Sementara Viora sudah tiba di butik miliknya, sekarang dia sudah mulai mencoret-coret kan pensil miliknya untuk menggambar gaun, dress dan sejenisnya. Semua kain untuk membuat gaun dan pakaian lainnya, adalah kain berkualitas terbaik. sehingga para pelanggan sangat berpuas hati dengan hasilnya.
Dan juga hasil desain miliknya lebih berkelas. Tidak heran bagi mereka rela menghabiskan uang banyak hanya untuk membeli gaun atau pakaian dari butik Viora.
.
Semoga novel ini ramai yang baca seperti novel Aleta dan Ars.
n