NovelToon NovelToon
Cokelat Susu

Cokelat Susu

Status: sedang berlangsung
Genre:Romansa
Popularitas:397.9k
Nilai: 5
Nama Author: Chika cha

Cover by me

Ini tentang kehidupan pernikahan antara Aidan putra Bimantara seorang perwira polisi berpangkat ipda dengan Yura khalisa seorang mahasiswi akhir yang sedang sibuk menyusun proposal penelitian yang asyik-asyik revisi melulu.

Mereka ini sebenarnya tetangga, tetangga yang sudah seperti keluarga sendiri dan Aidan sudah menganggap Yura seperti adik sendiri begitu juga sebaliknya.

Tapi karena insiden tolol mereka harus hidup berdampingan satu atap. Bahkan Aidan harus melangkahi kedua kakak laki-lakinya yang masih lajang. Banyangkan padahal bukan urutan seperti itu yang Adian inginkan.

Bagaimana kelanjutan ceritanya yuk lanjut baca disini👇

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chika cha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

INDOMILK SACET!

"Samlekom mama" teriak Aidan begitu sampai rumah.

Tak!

Centong nasi melayang dan mendarat tepat di kepala Aidan. Aidan pun menoleh dari mana asal centong nasi itu berasal dan ternyata itu dari wanita paruh baya yang berdiri di dapur sedang menatapnya tajam.

"Eh, mama udah pulang" Aidan langsung menampilkan gigi putih nan rapih dengan dua gigi kelinci miliknya seperti tidak punya dosa dan salah sama sekali.

"Kalau salam tu yang bener adek" tegur Nada—mama Aidan yang sedang memasak beberapa menu makan malam untuk malam hari ini.

Ia kembali tersenyum, kali ini senyumnya di buat semanis mungkin, membuat matanya membentuk bulan sabit"assalamualaikum Queen of Bimantara" ulangnya lagi seraya mencium pipi Nada.

"Nah, gitu baru bener. Waalaikumsalam Anak ganteng" jawab Nada seraya mengaduk-aduk masakan yang ia buat jangan lupa ia tersenyum juga pada sang putra.

"Wes ada perkedel." langsung saja Aidan mencomot salah satu perkedel yang asapnya saja masih mengepul, yang tersaji diatas meja dan memasukkannya kedalam mulut begitu saja.

"Cuci tangan dulu Idan! Kebiasaan banget" kesal Nada melihat Aidan langsung mencomot perkedel itu begitu saja tanpa mencuci tangannya terlebih dulu. Ia memukul bokong putra bungsunya dengan nampan.

"Hamhun mahh" ucapnya seraya mengunyah perkedel yang ternyata masih panas di dalam mulutnya. Setelah ini pasti melepuh lidahnya karena memakan perkedel yang ternyata baru di angkat dari penggorengan oleh Nada. Ia berlari menuju lantai 2 dimana letak kamarnya berada.

Ia langsung saja berdiri di depan cermin besar yang ada di dalam kamarnya melihat lidahnya yang sudah mulai mati rasa. "Mati dah lidah gue." gerutunya setalah melihat lidahnya.

Ia melepas seragam yang ia kenakan dan masuk kedalam kamar mandi untuk membersihkan diri.

Tidak membutuhkan waktu lama ia keluar dengan handuk yang melilit di pinggangnya tubuhnya terasa lebih segar. Ia menarik kaos hitam tanpa lengan dan celana pendek berbahan kain berwarna senada.

Ia menyisir rambutnya yang tidak seberapa itu agar sedikit lebih rapih lalu setalahnya mengambil ponsel yang ada di atas nakas sebelah ranjangnya memotret dirinya sendiri.

"Widih ganteng banget dah anak papa Saga ini." gumamnya mengangumi diri sendiri.

Ia mencari kontak seseorang dan akhirnya menemukannya.

^^^Masyaallah cel, kegantengan gue udah kayak apotik tutup^^^

^^^Aidan^^^

Apotik tutup?

Boncel

^^^Gak ada obat😂^^^

^^^Aidan^^^

Najis!😒

Boncel

^^^Emang gitu orang yang punya fisik serba kekurang kayak lo. Selalu ngiri sama kesempuraan yang gue punya.^^^

^^^Aidan^^^

Dan setelah pesan itu terkirim tidak ada balasan dari Yura. Aidan langsung saja keluar menuju balkon kamar. Pasti sebentar lagi yang ia tunggu-tunggu akan terjadi.

"INDOMILK SACET!!!" teriak Yura dari rumah sebelah begitu menggelegar seantero kompleks.

Semantara orang yang di teriaki sudah tertawa terbahak karena berhasil menyulut manusia sumbu pendek seperti Yura.

Kembali ia mengirim pesan pada Yura.

^^^Kurang naik satu oktaf cel. Naikin lagi😂^^^

^^^Aidan^^^

Lo kira gue lagi belajar paduan suara heh?😈

Boncel

^^^Loh jadi tu tadi apa?^^^

^^^Oh gue tau Lo lagi bersaing sama toa masjid ya cel.^^^

^^^Aidan^^^

Yura yang membaca pesan Aidan pun meremas ponselnya geram.

"INDOMILK COKELAT SIALAN!!" teriak Yura lagi tidak tertahankan.

Aidan kembali tertawa ia sangat suka sekali jika mendengar atau melihat Yura meledak-ledak seperti ini. Gadis itu memang salah satu kaum sumbu pendek yang kesabarannya lebih tipis dari tisu.

^^^Jangan lupa utang Lo cel^^^

^^^Aidan^^^

Ia kembali mengirim pesan pada Yura untuk yang terakhir kali. Setelahnya keluar dari dalam kamar menuruni anak tangga berjalan kearah dapur membuka kulkas mengambil sekotak susu coklat favoritnya.

"Kamu tuh suka banget kalau disuruh gangguin Yura sih dek." ucap Nada tiba-tiba sambil mencuci peralatan dapur yang baru selesai ia pakai untuk memasak. Nada tadi sempat mendengar teriakan yang berasal dari rumah sebelah.

Aidan terkekeh setelah menyedot susu itu hingga tandas dari kotaknya "Gak buat dia kesel gak seru rasanya dunia Idan ma." ia membuang kotak yang sudah kosong ketempat sampah.

"Hih, kan kasian tu anak. Kata Tante Rita, proposal dia di tolak terus dan sampai sekarang dia masih sibuk revisi melulu dek."

Aidan menghampiri Nada membantu sang Mama mencuci piring "dia aja yang goblok mah, nyusun proposal aja kek nyusun pidato buat presiden."

"Kamu pikir nyusun proposal itu gampang dek?"

Aidan mengedikkan bahunya acuh.

"Assalamualaikum." salam seseorang dengan baju PDH TNI AD masuk ke dalam rumah.

"Waalaikumsalam, mas." Nada langsung meraih tangan sang suami untuk ia cium dan Saga—ayah Aidan membalas mencium kening sang istri.

"Astagfirullah! Idan masih polos ya ma, pa. Kalau mau mesra mesraan tuh sana di kamar. Jangan di sini, jiwa jomblo idan meronta-ronta melihatnya."

Saga mendengus "polos gundulmu!"

Nada terkekeh karena umpatan sang suami terhadap anaknya "makannya cari istri dek, nunggu apa lagi?" Nada menyahuti ucapan sang anak.

Aidan menggeleng "no, no, no mah. Aidan anak paling bontot, gak elit banget kalau Idan yang duluan nikah. Jadi apa halo dek yang lain kalau Aidan langkahi. Jadi bujang lapuk?" ia mengingat kakak-kakaknya belum ada yang menikah. Ya kali dia duluan, itu tidak akan pernah terjadi di kamus Aidan dan tidak akan pernah terjadi di hidup Aidan. Ia harus mengikuti urutannya, itu baru benar.

Lagian mau nikah juga sama siapa? Pacar juga kagak punya. Dan jika punya Aidan juga belum memiliki persiapan untuk ke jenjang yang lebih serius. Ia belum memiliki pikiran yang terlalu jauh seperti menikah.

Walaupun dia sudah memiliki persiapan seperti tempat tinggal yang terletak di depan rumah orangtuanya. Tapi percayalah, ia membeli rumah itu juga bukan atas keinginannya. Tapi atas bujuk rayu dari sang papa, katanya rumah itu sedang di jual dengan harga miring. Jadilah Aidan sepakat membeli rumah itu dengan uang yang sudah ia tabung dari awal tugas sebagai polisi setelah lulus dari akademi. Setidaknya selama bekerja menjadi abdi negara ia sudah mampu membeli rumah dengan uang hasil dari kerja kerasnya. Tapi bukan hanya dia saja sih, kedua orangtuanya juga menyuruh kakak-kakaknya memiliki rumah terlebih dahulu sebagai bekal berumah tangga kelak.

"Aidan pamit deh." ucapnya melangkah menuju pintu utama. Ia berjalan seraya kedua tangannya ia masukkan kedalam saku celana.

"Mau kemana udah mau magrib loh ini dek." tegur Nada.

"Mau nagih utang bentar." ucapnya sudah tidak terlihat.

"Anakmu jadi rentenir ma?" tanya Saga menatap wajah sang istri.

"Gak lah pa, ada-ada aja."

Tidak membutuhkan waktu lama hanya perlu beberapa langkah saja Aidan tiba di rumah orang yang menurutnya memiliki utang padanya. Siapa lagi kalau bukan Yura.

Iya Yura punya hutang, hutan bensin maksudnya. Dan Aidan menagih itu. Soalnya Yura itu anaknya suka lupa atau pura-pura lupa kalau urusan hutang-piutang dan juga janji. Kali ini Aidan tidak akan membiarkannya lolos dengan itu semua.

"Assalamualaikum" ucapnya begitu memasuki rumah tetangganya.

"Waalaikumsalam" jawab Rita yang berada di dapur sedang memasak.

"Eh, Tante. Yuranya ada?" tanya Aidan to the point.

"Ada tuh anaknya di kamar. Naik aja." ucap Rita santai. Mereka sudah terlalu akrab dan terbiasa seperti ini, Aidan yang kadang suka keluar masuk sesuka hati dari rumah Yura begitupun Yura. Sudah menganggap seperti itu rumah dan kelaurga sendiri.

Aidan langsung saja menaiki anak tangga menghampiri gadis itu di kamarnya.

Tok! Tok! Tok!

"Boncel!" pekik Aidan begitu sampai di depan pintu kamar Yura. Tidak lupa ia menggedor pintu kamar gadis itu. Tidak ada sahutan dari dalam kamar.

Semantara Yura yang berada di dalam kamar sedang duduk di meja belajarnya merevisi ulang proposalnya itu memutar bola matanya malas. "Ngapain juga sih nih indomilk sachet datang. Gak cukup apa tadi udah buat gue kesel." gerutunya malas tapi ia tetap bangkit dari duduknya untuk membuka pintu. Bisa-bisanya pintunya terbelah menjadi 2 jika terus-menerus di ketuk seperti itu oleh Aidan.

Ceklek!

Pintu itu terbuka menampilkan Aidan yang masih berdiri di depan pintu dengan senyuman manis yang terlihat teramat sangat di paksakan.

"Apa sih bang?" tanyanya malas, padahal ia sudah tau apa tujuan pria itu datang kesini tapi pura-pura lupa saja seperti biasa. Ia melengos tidak ingin menatap wajah Aidan.

Aidan malah menengadahkan tangannya didepan wajah Yura dengan senyuman manis yang dipaksakan tadi.

Tapi Yura yang malah pura-pura tidak mengerti maksud dari Aidan itu mengangkat tangannya, meraih dan menggenggam tangan Aidan yang menengadah di depan wajahnya. Jangan lupa cengiran bodoh khas gadis ini.

Aidan menatap Yura sejenak, wajahnya kembali kesetelan pabrik. setalahnya ia menghempaskan tangan gadis itu begitu saja dari tangannya. "Apaan Lo malah genggam tangan gue?" ucapnya sebel.

"Lah kan Lo tadi yang begini." ucap Yura menirukan tangan Aidan seperti sebelumnya.

"Tapi gue gak minta tangan Lo boncel..." kesabaran Aidan sudah mulai terkikis habis, ia menjitak kepala Yura.

Tak!

"Sakit anjir!" ucapnya mengusap kepalanya yang di jitak oleh Aidan.

"Tante mul—" dengan segera Yura membekap mulut Aidan yang sudah bersiap mengadu.

"Mulut Lo bang, gue ledakin sekalian pakek boncabe mau?! Dasar tukang ngadu!"

Aidan menurunkan tangan Yura dari mulutnya dengan kasar. "Abis cebok Lo ya cel? Tangan Lo bau tai."

Yura mendelikkan matanya dan dengan kekuatan penuh ia menendang tulang kering Aidan sekuat tenaga membuat Aidan mengadu karena merasakan sakit yang luar biasa di bagian tulang kering sebelah kanannya.

"Boncel sialan!" umpatnya kesal.

Yura mendengus "kalau Lo cuma mau ngajakin gue ribut sono Lo pulang dah bang, gue lagi banyak kerjaan."

Aidan menggeleng "enak aja, bayar dulu utang Lo baru gue pergi."

Yura melipat tangannya di dada, mengangkat dagunya tinggi-tinggi "utang apaan? gue gak punya utang ye."

"Wah, lo bilang gak punya utang hah? Lu utang isi gue bensin dan sekarang gue minta duit buat isi bensin, mana duit bensin." tangan Aidan kembali menengadah seraya menggerak-gerakkan telapak tangannya pertanda meminta.

"Astagfirullah, cuma dari sini ke kampus doang Lo mintain gue duit bang?" Yura menatap Aidan tidak percaya.

"Iya, gara-gara nganterin Lo bensin gue habis tadi."

Yura mendengus, berjalan masuk kembali ke kamarnya Seraya menghentak-hentakkan kakinya saat berjalan pertanda ia sedang sebel dengan Aidan. Ia mengambil dompet dan menarik selembar uang dari sana.

"Nih!" ia menyerahkan uang itu pada tangan Aidan yang masih menengadah.

"10 ribu dapat apa boncel...? Bensin juga isinya setetes kalau segini." Aidan protes karena uang 10 ribu yang di berikan oleh Yura tidak berarti baginya.

"Lah jadi mau Lo berapa? Naik angkot aja cuma 5 rebu udah sampai depan kampus."

"Beda dong cel, itu motor gue motor sport. Lu tau kan tu motor kalau sekali isi bensin kagak cukup seliter. Ini malah Lo kasih 10 ribu. Untuk mandi Lo juga kagak cukup."

"Se sport sportnya motor Lo masih kalah sama angkot. Angkot sekalipun butut masih adem gak kepanasan kayak naik motor Lo yang sport itu. Udah terima aja." final Yura ia menutup pintu kamarnya dengan keras menimbulkan suara yang cukup keras dan membuat Aidan terperanjat kaget.

"Awas ya lu cel, gue gak mau nganterin lu ke kampus lagi." ucapnya pada pintu yang sudah di tutup. "Haduh rugi gue, isi bensin segini cuma sampe depan sono doang." ia menuruni tangga rumah Yura. Di bawah ia bertemu dengan Rita yang sudah selesai memasak di dapur.

"Kenapa dan?" tanya Rita begitu melihat Aidan turun.

"Gak papa Tante." jawab Aidan tersenyum manis kali ini senyumnya tulus.

"Nih tadi Tante buat rendang, kasih sama Mama ya." Rita menyerahkan mangkuk berisi rendang yang ia masak.

"Wah, dari aromanya aja udah enak banget ini Tante." ucap Aidan mencium aroma masakan Rita. "Makasih Tante, kalau gitu Aidan pulang dulu. Assalamualaikum." Aidan berjalan keluar dari rumah itu.

"Waalaikumsalam."

...Jangan lupa Tinggalkan jejak👇...

1
elzanira
keren...kocak dan ronmantis
Rina Raisya
Aku suka cerita mu thor
Sri Wahyuni
Luar biasa
tutwuri Handayani
Author sayang...terimakasih udh suguhin cerita yg sangat menarik dan terlove💖💖💖💖💖💖
Chika cha: wah, makasih kembali kakak. jangan lupa jempolnya ya kak di setiap part🤭
total 1 replies
Mama Jihan
setuju 👍👍
tutwuri Handayani
rumah tangga IDAMAN ku
tutwuri Handayani: cerita kk otor baru muncul di berandaku kak,makanya telat bacanya😁
total 1 replies
Diana Anisa Dewi
Luar biasa
Agustina Fauzan
novel nya kereen
wardah
gemesin critanya,lucu, bikin gregetan
Sriza Juniarti
seruuu
Venny Merliana
anjirrrrr ngakak ampe perut gw kaku baca ini novel..berasa real🤣🤣🤣🤣🤣
Sriza Juniarti
lafi nyimak kk, s3mangat💪💪
Dini Andin
Luar biasa
Kutipan Halu
👍👍👍👍
Kutipan Halu
hai mampir nih thor jgn lupa mampir juga ya ke novel terbaruku"Air Mata Pernikahan" . Yuk saling dukung thorr/Smile//Smile/
ndynovel
lanjut thor
stnk
mampir Thor...salam kenal....
Ani
setuju pake buanget
Araaa
hoo
Erna
blum up y mba
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!