NovelToon NovelToon
Bencana Gaun Pengantin

Bencana Gaun Pengantin

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cintapertama / Nikahmuda / Nikah Kontrak / Pengantin Pengganti Konglomerat / Pelakor jahat
Popularitas:3.1k
Nilai: 5
Nama Author: Eouny Jeje

Anna tidak pernah membayangkan bahwa sebuah gaun pengantin akan menjadi awal dari kehancurannya. Di satu malam yang penuh badai, ia terjebak dalam situasi yang mustahil—kecelakaan yang membuatnya dituduh sebagai penabrak maut. Bukannya mendapat keadilan, ia justru dijerat sebagai "istri palsu" seorang pria kaya yang tak sadarkan diri di rumah sakit.

Antara berusaha menyelamatkan nyawanya sendiri dan bertahan dari tuduhan yang terus menghimpitnya, Anna mendapati dirinya kehilangan segalanya—uang, kebebasan, bahkan harga diri. Hujan yang turun malam itu seakan menjadi saksi bisu dari kesialan yang menimpanya.

Apakah benar takdir yang mempermainkannya? Ataukah ada seseorang yang sengaja menjebaknya? Satu hal yang pasti, gaun pengantin yang seharusnya melambangkan kebahagiaan kini malah membawa petaka yang tak berkesudahan.

Lalu, apakah Anna akan menemukan jalan keluar? Ataukah gaun ini akan terus menyeretnya ke dalam bencana yang lebih besar?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eouny Jeje, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Penolakan tersadis

Angin pantai menerpa wajah Ethan, membawa aroma asin yang mengingatkannya pada masa lalu. Tempat ini, momen ini—semuanya telah ia siapkan dengan detail yang sama seperti sebelumnya. Seperti pengulangan luka.

Meja kayu di tepi pantai, cahaya lilin yang menari tertiup angin, satu botol anggur mahal yang tak akan diminumnya. Dan tentu saja, sebuah kotak kecil berisi cincin berlian. Persis seperti malam itu, saat ia pertama kali melamar seseorang dengan keyakinan naif bahwa cinta lebih kuat dari segalanya.

Dulu aku datang dengan dua kaki dan hati yang penuh harapan. Sekarang aku duduk di kursi roda, dengan hati yang hanya ingin melihat kebohongan yang sama terulang lagi.

Ia menunggu. Susan akan datang. Dan seperti dulu, ia ingin melihat bagaimana cinta yang dijanjikan akan berakhir dengan penghinaan.

Terlihat Ombak bergulung seperti luka-lukanya—datang tanpa henti, menghancurkan, mengingatkan bahwa ia benar-benar sendirian. Tak ada keluarga. Tak ada kekasih. Hanya kesepian yang setia menemaninya di puncak yang dingin.

Matanya jatuh ke layar ponsel. Susan. Wanita bermulut manis yang sebentar lagi akan menunjukkan wajah aslinya.

Ayo, buat aku muak, Susan. Katakan kau tak bisa mencintai pria cacat. Katakan kau lebih memilih kakak tiriku. Aku ingin mendengarnya langsung dari mulut manismu yang menjijikkan itu.

Ethan menyeringai, tapi matanya penuh kebencian. Belaian Susan dulu kini terasa seperti belati berkarat. Munafik. Seperti semua orang.

Lalu ada Anna. Wanita itu berbeda. Tapi kenapa justru dekat dengan Harry—pria miskin yang bahkan tak pantas berdiri di sisinya?

Apa hebatnya dia? Karena dia bisa berjalan? Hah! Kakinya cuma membawanya berkeliaran tanpa tujuan. Aku duduk di kursi roda, tapi dunia ada dalam genggamanku. Kalau dia pikir cinta bisa mengenyangkan, biar kutunggu saat dia menangis karena lapar.

Ethan mendengus. Semua ini hanya permainan. Dan ia yang akan menentukan akhir ceritanya.

Wanita itu akhirnya tiba, melangkah anggun dalam gaun putih sederhana. Susan. Wajahnya masih sama—cantik, lembut, penuh senyum manis yang selama ini memenjarakan banyak pria dalam kebohongan. Tutur katanya sopan, tak pernah ada makian, hanya pujian-pujian manis yang kini Ethan tahu tak lebih dari racun berbalut madu.

Susan duduk dengan elegan, tangannya terulur ringan, menghentikan Ethan yang hendak menarik kursinya.

"Biarkan aku. Kau tak perlu repot-repot melakukan itu. Ini hanya akan menyusahkanmu," ucapnya dengan nada lembut yang nyaris terdengar penuh kasih sayang.

Ethan berpura-pura mengelak, “Ti—” namun kata-katanya mati saat telunjuk Susan menyentuh bibirnya. Gerakan kecil yang seakan penuh perhatian, tapi di baliknya…

Sudah cacat, jangan berlagak seperti pria normal. Tidak ada yang romantis dari tangan yang tak bisa menopang tubuh sendiri.

Susan menarik kursinya sendiri, lalu duduk dengan penuh kelembutan seolah ini adalah malam paling indah dalam hidupnya. Pandangannya berkeliling. Ah, jika saja ini terjadi sebelum kecelakaan itu…

Jika Ethan masih seperti dulu—berdiri tegap, berjalan dengan gagah, berlutut dengan sempurna—mungkin ia akan menjerit bahagia, berpura-pura menangis terharu, membiarkan pria itu mencium tangannya dan menyematkan cincin di jarinya.

Tapi sekarang?

Tentu saja tidak.

Susan akan memainkan perannya, membiarkan drama ini berjalan indah sebelum akhirnya mengucapkan kalimat terakhir yang akan meruntuhkan semuanya.

Ethan menuangkan anggur ke gelas mereka. Lalu, musik mulai mengalun. Ah, lihatlah! Musik lamaran!

Susan tersenyum, nyaris tertawa.

Dilamar pria cacat? Lucu sekali. Aku hampir terharu.

Musik mengalun lebih pelan, ombak pun seakan tahu diri, merendahkan suaranya demi memberi ruang pada momen yang—dulu—seharusnya menjadi kisah indah. Tapi tidak. Malam ini tidak akan menjadi kisah bahagia. Malam ini hanyalah sebuah lelucon kejam yang akan segera meledak dalam bentuk ejekan.

Ethan tahu itu.

Ia tahu Susan akan mengoloknya, menghancurkannya, mengubah momen ini menjadi tamparan yang akan terus terngiang seumur hidupnya. Dan ia menginginkannya. Ia ingin mendengar langsung bagaimana wanita itu mencabik harga dirinya. Ia ingin luka ini nyata, ingin menyimpannya dalam ingatan, agar setiap kali mengingat Susan, ia tidak lagi mengingat cinta—melainkan penghinaan.

Dengan tenang, Ethan memutar arah kursi rodanya. Ia menegakkan tubuhnya, menatap Susan dengan tatapan polos dan sedikit gugup—persis seperti pria yang benar-benar akan melamar wanita yang dicintainya. Betapa menggelikannya.

Susan menahan napas. Ia tahu ini akan terjadi. Ia telah mempersiapkan dirinya, telah menghafal skrip dalam kepalanya, setiap kata yang akan ia gunakan untuk mencampakkan pria ini.

Dan saat itu tiba, ia hanya perlu berpura-pura terkejut. Pura-pura tersentuh. Pura-pura berpikir. Lalu mengucapkan penolakan dengan cara paling halus—atau paling menyakitkan.

Karena sejujurnya, jika ia benar-benar mencintai Ethan, bukankah seharusnya ia terharu? Bukankah seharusnya ia menangis karena pria itu tetap ingin menikahinya meski dalam keadaan seperti ini?

Namun tidak.

Kata-kata Edward kembali terngiang di telinganya, menghantam pikirannya dengan kejam.

"Ethan bukan saja tidak bisa memuaskan birahimu. Tapi dia juga akan membuatmu lelah. Kau harus mengancingkan bajunya, menarik celananya, bahkan memasangkan kaus kakinya setiap hari. Seumur hidup. Kau siap?"

Susan tersenyum tipis, hampir ingin tertawa.

Ah, Ethan… betapa menyedihkan dirimu.

Ethan membuka kotak cincin dengan tenang, matanya tajam menatap Susan. Suara ombak terdengar lebih lembut, seolah ikut menyaksikan sandiwara yang sebentar lagi akan mencapai puncaknya.

"Susan, maukah kau menikah denganku?"

Musik berhenti. Para pengiring musik menahan napas, berharap kisah cinta di depan mereka berakhir bahagia. Beberapa bahkan saling mencuri pandang, bertaruh dalam hati bagaimana reaksi Susan. Namun, ekspresi wanita itu jauh dari harapan mereka.

Datar. Tidak ada keterkejutan, tidak ada kebahagiaan. Hanya sorot mata yang menyimpan sesuatu yang lebih gelap—lebih kejam.

Salah satu musisi adalah seorang wartawan yang sudah siap mencatat setiap detail. Jika ini berakhir buruk, besok akan ada berita besar yang akan mengukir nama Ethan dalam hinaan.

Susan perlahan menutup kotak cincin di tangan Ethan, seakan menutup sebuah cerita yang tidak pernah ingin ia baca.

"Ethan, apa yang kau lakukan? Kau sedang salah orang."

Ethan diam. Matanya tidak berkedip, menatap Susan yang kini bersikap seolah ia adalah orang asing.

Ah, luar biasa. Aktingnya benar-benar sempurna.

"Aku tidak salah orang," Ethan mengulang dengan suara tenang. "Aku melamarmu."

Susan mendongak, menatap langit malam dengan ekspresi pilu yang dibuat-buat. Seolah apa yang akan ia katakan adalah beban yang harus ia pikul dengan berat hati.

Lalu, ia mulai berbicara. Memutar balik kenyataan dengan kefasihan seorang aktris ulung.

"Ethan… mungkin kau mengira kedekatan kita adalah sesuatu yang lebih dari sekadar persahabatan. Tapi tidak, Ethan. Kita hanya teman baik."

Ethan tetap diam. Ia ingin melihat seberapa jauh Susan akan bermain.

Susan tersenyum kecil, nyaris terdengar getir, lalu melanjutkan, "Dulu aku pernah mengutarakan perasaanku padamu. Tapi kau bersikap dingin. Aku menunggu, Ethan… aku menunggu."

"Menunggu?" Ethan mengangkat alis, suaranya penuh sarkasme. "Menunggu atau mencari yang lebih baik?"

Susan terdiam sejenak, lalu menghela napas panjang, seolah mencoba mengontrol emosinya.

"Aku sudah terlalu lama hidup dalam bayang-bayang perasaan yang kau sendiri tidak pernah hargai. Aku lelah menunggu sesuatu yang tidak pasti, Ethan. Hingga akhirnya…"

"Hingga akhirnya kau mencintai pria lain?" Ethan menyela, suaranya tetap tenang.

Susan menggigit bibirnya, lalu mengangguk. Begitu lembut. Begitu menyayat. Begitu menjatuhkan.

Ethan menatapnya lama, membiarkan keheningan menggantung. Matanya merah, tapi ia masih menahan diri.

Namun, ia belum selesai.

"Ijinkan aku mengetahui siapa pria beruntung itu."

Susan terlihat menimbang-nimbang. Ia tersenyum tipis, menikmati detik-detik ini sebelum akhirnya menjatuhkan bom terakhirnya.

Lalu, dengan suara lembut yang mengandung ribuan belati, ia menyebutkan nama itu.

"Edward Ruan. Kakakmu."

Ethan menahan napas. Darahnya terasa membeku.

Dan di saat itu juga, ia tahu ia telah kalah dalam permainan ini. Akting Susan sangat bagus.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

1
Taris
bagus
Taris
bacanya sambil deg2an, tarik nafas, tegang n ngos2an /Gosh/
Serenarara
Susan, yg kamu lakukan ke Ethan itu...jahattt! /Panic/
IamEsthe
jangan birahi dong. seolah seperti hewan. bisa diganti katanya /Sweat/.
IamEsthe
Saran, ini di font Bold aja.
IamEsthe
kata 'Fashion House' dan 'clover clothes' gunakan font italic sebagai bahasa asing/daerah.


Fashion House bukan sama dengan Rumah Mode dalam bahasa?
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!