Apa pun itu, perihal patah hati selalu menjadi bagian kehidupan yang paling rumit untuk diselesaikan.
Tentang kehilangan yang sulit menemukan pengganti, tentang perasaan yang masih tertinggal pada tubuh seseorang yang sudah lama beranjak, tentang berusaha mengumpulkan rasa percaya yang sudah hancur berkeping-keping, tentang bertahan dari rindu-rindu yang menyerang setiap malam, serta tentang berjuang menemukan keikhlasan yang paling dalam.
Kamu akan tetap kebasahan bila kamu tak menghindar dari derasnya hujan dan mencari tempat berteduh. Kamu akan tetap kedinginan bila kamu tak berpindah dari bawah langit malam dan menghangatkan diri di dekat perapian. Demikian pun luka, kamu akan tetap merasa kesakitan bila kamu tak pernah meneteskan obat dan membalutnya perlahan.
Jangan menunggu orang lain datang membawakanmu penawar, tapi raciklah penawarmu sendiri, Jangan menunggu orang lain datang membawakanmu kebahagiaan, tapi jemputlah kebahagiaanmu sendiri.
Kamu tak boleh terpuruk selamanya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hawa zaza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 2
Hari Senin, selalu menjadi rutinitas yang paling menguras emosi Laras. Bagaimana tidak, Kaluna selalu menguji kesabarannya. Setelah sekolah libur di hari minggu, Kaluna yang sudah duduk di bangku kelas enam SD itu selalu mogok tidak mau masuk sekolah. Padahal sebentar lagi akan ada ujian. Meskipun Kaluna masuk di jalur khusus, yaitu inklusi. Tetap saja, dia wajib masuk tiap hari untuk mendapatkan nilai.
"Luna, ayo mandi nak. Ini sudah jam enam lewat, kamu harus sekolah biar tidak telat masuknya." Entah sudah berapa kali Laras menyuruh anak perempuannya untuk segera mandi, namun tak dihiraukan sama sekali oleh Kaluna yang asik nonton film kartun.
"Kaluna, jangan buat ibu marah ya, nak!" Tekan Laras dengan menekan emosinya, berusaha untuk tetap sabar menghadapi sikap Kaluna yang keras kepala.
"Berisik, aku gak mau sekolah Bu. Besok saja, nanti aku mau masuk les saja. Belajar sama pak Adam lebih enak, gak dimarahi." Ketus Kaluna dengan tatapan yang tak beralih dari layar datar berukuran tiga puluh inci itu.
"Sebentar lagi kamu ujian, nak. Apa gak mau bisa masuk sekolah SMP negeri nak?" Laras masih berusaha untuk membujuk putrinya yang istimewa itu. Laras paham betul bagaimana karakter anaknya itu, Kaluna tidak bisa ditekan apalagi di kerasi. Karena dia akan semakin tantrum dan berujung menyakiti dirinya sendiri.
"Kan ujiannya masih satu Minggu lagi, besok juga aku masuk sekolah kok. Hari ini pokoknya aku mau libur, capek aku Bu." Sahut Kaluna yang tak mau mendengarkan ucapan ibunya. Dengan menghirup udara sebanyak mungkin, Laras berusaha untuk tetap bersabar dan mencoba untuk mengerti anak perempuannya.
"Baiklah, tapi janji ya besok harus masuk sekolah." Akhirnya Laras mengalah dan membiarkan sang anak dengan dunianya yang sangat betah mengurung diri di dalam kamarnya. Meskipun kamar Kaluna tidaklah besar, namun sangat nyaman bagi Kaluna. Bagaimana tidak, Laras sudah menyediakan kebutuhan anak istimewanya di dalam kamar lumayan lengkap. Kasur empuk dan nyaman, telivisi, air galon, dan rak khusus yang di isi beraneka cemilan dan lemari baju juga kipas angin. Tak lupa juga ada laptop yang biasa untuk bermain game Kaluna dan handphone android. Meskipun bapaknya tak pernah mau tau dan perduli dengan anak perempuannya, Laras berusaha keras untuk tetap memenuhi dan mencukupi kebutuhan Kaluna dengan baik.
Dengan perasaan gak enak dan malu, Laras menghubungi guru pendamping Kaluna di sekolah, meminta ijin jika putrinya tidak mau masuk sekolah. Dan juga tak lupa menghubungi wali kelas Kaluna. Dan karena memang Kaluna masuk jalur khusus, semua guru memaklumi sikap Kaluna.
"Hari ini aku ada pesanan beberapa bunga dan harus mengantarkan ke pembelinya, sekalian harus belanja buat pesanan nasi kotak untuk besok. Apa Kaluna akan nurut dirumah saja kalau aku tinggal nanti?" Laras termenung di dapur sambil melanjutkan acara memasaknya yang tengah menggoreng tahu telur. Dengan menarik nafas dalam-dalam, Laras berusaha untuk yakin jika hari ini akan berjalan dengan baik tanpa harus ada drama anak istimewanya. Setelah selesai memasak, Laras langsung mengambil nasi dan lauk pauknya ke piring lalu pergi ke kamar putrinya untuk menyuapi belahan jiwanya.
"Luna, nanti ibu akan pergi buat ngantar pesanan bunga dan belanja buat pesanan nasi kotak. Kamu gak papakan ibu tinggal sendirian di rumah? Berani?" Tanya Laras dengan tatapan iba pada putrinya, antara tega dan gak tega.
"Berani kok Bu, nanti pintunya aku kunci dari dalam. Aku mau nonton tivi sama main game." Sahut Luna dengan wajah sumringah.
"Janji sama ibu ya, gak boleh kemana mana. Harus tetap di rumah saja. Ibu juga sudah belikan kamu jajan yang banyak, jadi gak usah pergi keluar rumah buat beli jajan. Ibu janji gak akan lama. Nanti ibu akan telpon buat mastiin anak ibu nurut sama omongan ibu, paham nak?" Balas Laras dengan tatapan teduh, hatinya bergejolak. Antara sedih dan bangga dengan kemandirian putrinya yang di mata orang lain selalu di tatap remeh itu, padahal Kaluna adalah anak yang tegar dan mandiri juga baik.
"Iya ibu, ibu tenang saja. Aku gak akan kemana mana, tapi nanti pulangnya belikan aku es susu maktam ya?" Sahut Kaluna dengan antusias, matanya berbinar membayangkan susu murni dari sapi perah yang di padu dengan pasrah coklat dan Boba kesukaannya.
"Iya sayang, pasti. Tapi Luna harus nurut sama kata kata ibu ya nak. Ibu keluar bukan main, tapi cari uang buat Luna, anak kesayangan ibu." Balas Laras lembut sambil mengusap pelan pipi putih putrinya yang cantik.
"Bu, ayah kok gak pernah pulang, apa ayah sudah gak sayang sama kita lagi?" Deg, dada Laras berdegup kencang mendengar ucapan putrinya yang tidak biasa, karena selama ini Kaluna hampir tidak pernah menanyakan ayahnya sama sekali. Bahkan saat ayahnya pulang pun, Kaluna terkesan enggan mendekat bahkan di di dekati ayahnya tidak pernah mau. Ya, Kaluna begitu membenci ayahnya.
diihh .. khayalan nya terlalu tinggi pake segala ingin ibu nya tinggal disitu .. hadeuuhh .. dasar ga tau malu .. semoga aja Laras bisa melindungi diri nya dan Luna ..