Nadira Ghautiah hanyalah seorang gadis berhijab yang kesehariannya bekerja sebagai akuntan. Ia tak menyangka hidupnya akan berubah 180 derajat saat bertemu seorang pria yang dikejar-kejar pembunuh.
Situasi itu membawanya pada posisi rumit nan mencekam. Kejadian demi kejadian yang berbahaya terus mengikutinya. Demi keselamatan hidupnya, ia terjebak dalam pernikahan paksa dengan Arsenio Harrington, Sang Pewaris tunggal kerajaan bisnis Harrington.
Mampukah Nadira menerima kenyataan pernikahan yang jauh dari bayangannya dan menerima fakta bahwa suaminya adalah seorang pewaris yang dingin dengan masa lalu kelam.
Bagaimana kisah selanjutnya? Nantikan hanya di novel Cinta Sejati Sang Pewaris.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hernn Khrnsa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CSSP Ep. 02
"Kamu pernah belajar menembak?" tanya Arsen kemudian, Nadira menggeleng keras. Ia tak pernah berurusan dengan pistol, tembak menembak atau apapun itu, kecuali pistol air yang sering ia mainkan saat kecil.
"Bela diri?" Nadira kembali menggeleng. Arsen tampak pasrah. "Tapi saya bisa pukul-pukulan, kok. Apalagi soal tendang-menendang, saya jago banget," kata Nadira kemudian. Ia harap pria di hadapannya mau membawanya.
"Aish, ya sudahlah. Ingat saja untuk menjaga diri sendiri, jangan membuat susah!" ucap Arsen pada akhirnya, tak memiliki pilihan.
Nadira mencebik. "Yang bikin orang susah sebenarnya siapa?" Arsen mengabaikannya, lalu segera berjalan pergi.
Arsen tampak menarik napasnya kasar. Mungkin melibatkan gadis ini adalah sebuah kesalahan besar yang pernah ia lakukan.
"Kamu boleh ikut. Tapi ingat, jangan jauh-jauh dari saya, jangan menimbulkan suara, berteriak ataupun melakukan sesuatu yang dapat membahayakan kita. Kamu mengerti?" Nadira mengangguk-angguk paham.
"Saya janji! Walaupun mobil saya jadi korban" ucapnya sambil mengangkat tangannya. "Demi Tuhan, yang jiwa saya berada dalam genggaman-Nya"
Arsen merogoh pistol yang ia simpan di dalam jaket kulit hitamnya. "Pegang ini untuk berjaga-jaga" ia memberikan pistol model terbaru itu kepada Nadira.
Dengan gemetar Nadira memegang pistol di tangannya, "I-Ini untuk apa?" tanyanya, alih-alih menjawab, Arsen menatapnya tajam membuat Nadira kian getar. Jantungnya berdetak tak karuan.
Arsen mulai melangkah dengan sangat hati-hati, matanya waspada menatap sekitar. Di belakangnya, Nadira mengekor bagai kucing yang takut kehilangan Ibunya. "Ya ampun, Pak, ini tempat apa sih? Seram amat!" celetuk Nadira asal.
"Menunduk!"
Dor! Dor! Dor! Tembakan dilesatkan ke arah semak-semak.
"Astaghfirullah! Astaghfirullah! Allahu Akbar!" teriak Nadira yang berjongkok takut.
Arsen menatap perempuan itu dengan tatapan yang tak terbaca. "Ayo jalan cepat" ujarnya lalu meninggalkan Nadira yang masih bertanya-tanya. Yang tadi ditembak Arsen itu manusia atau setan?
"Eh, tu-tunggu! Aduh!" sialnya, di saat-saat genting seperti ini kakinya malah tersandung akar tanaman rambat. Melihat itu, Arsen berdecak kesal. "Ck, jalannya yang benar!"
Arsen berjongkok untuk membantu Nadira, namun, tiba-tiba dari belakangnya seorang datang menyerang. Nadira berteriak keras, "Awas!" dengan cepat Arsen menangkisnya. Keduanya terlibat aksi saling pukul.
"Cepat pergi!" perintahnya pada Nadira yang tengah menonton perkelahian sengit itu. Arsen terus memintanya pergi dari sana, namun mana mungkin ia bisa meninggalkan Arsen sendirian?
Dengan akal cerdiknya, Nadira mengambil sebongkah kayu, di film yang sering ia tonton juga ada kejadian seperti ini. Sang protagonist perempuan akan memukul penjahat dan membantu sang tokoh laki-laki.
Namun sayang, sebelum ia sempat membantu, penjahatnya sudah lebih dulu kalah.
Arsen menatap Nadira yang sudah mengangkat kayu tinggi-tinggi. "Terima kasih, tapi tidak perlu. Ayo cepat!" Nadira urung jadi pahlawan perempuan. Ia membanting kayu itu ke tanah lalu menyusul Arsen.
Keduanya memasuki gudang tua yang terbengkalai selama bertahun-tahun. Mata Arsen bagai Elang, begitu waspada. "Hati-hati, perhatikan langkahmu"
"Tempat apa ini, seram banget!" komentar Nadira. Baru saja Arsen mengatakan untuk berhati-hati, namun bukan Nadira namanya jika tidak ceroboh. Ia tersandung dan menubruk punggung Arsen, hingga laki-laki itu terjatuh ke depan.
"Pak, maaf, kesenggol" ia mengulurkan tangannya untuk membantu, namun ditepis oleh Arsen. "Cih, masih mending mau bantu"
"Ssst, dengar suara tidak? Sembunyi, cepat!" Arsen menarik Nadira ke balik lemari tua yang tak terpakai dan mendesaknya ke ujung. Membuat gadis itu terjepit, "Ak--" ucapannya tertahan karena mulutnya dibekap kuat oleh tangan Arsen.
Matanya melotot, Arsen belum menyadari posisi mereka. Matanya sibuk memerhatikan gerak-gerik segerombol orang yang lewat. "Mereka keluar dari arah sana, kemungkinan besar barangnya disimpan di dalam sana" ucapnya bermonolog.
Lalu, ia beralih pada Nadira yang sudah pias. Arsen refleks melepaskan tangannya. Nadira langsung menghirup napas kuat. Dadanya kembang kempis karena kurangnya pasokan oksigen. "Pak bisa gak kasih aba-aba dulu? Ini kalau pun saya selamat dari tembakan, saya pasti mati karena kehabisan napas!"
Arsen tak memedulikan protes Nadira. "Tunggu di sini dan tetap bersembunyi." Ucapnya langsung berlari ke arah pintu, ia menendang pintu tersebut hingga menimbulkan bunyi berdebam yang kuat. Ia lalu mengambil kunci dan chip yang tergeletak di meja usang tersebut.
Baru saja ia berbalik, tujuh orang berbadan kekar sudah mengelilinginya. "Sial! Ternyata jebakan" Arsen memasang kuda-kuda, bersiap menyerang.
salam kenal untuk author nya