"Saya tidak akan pernah memaksa kamu untuk mencintai saya. Tapi yang harus kamu ketahui, cinta datang karena terbiasa bersama. Saya harap semoga kamu bisa merasakan cinta yang telah saya rasakan sejak tiga tahun yang lalu sampai saat ini Dik"
Satu kejadian yang tak pernah terduga yang saat ini sedang dialami oleh seorang gadis yang tidak percaya yang namanya cinta, gadis itu ialah Green Abreena.
Suatu hari, Abreena dinikahkan dengan seorang ustadz yang sama sekali tidak pernah ia kenal sebelumnya. Sebuah pernikahan yang terpaksa tanpa adanya cinta yang tak bisa dihindari oleh seorang gadis cantik.
Apakah kehidupan pernikahan yang dijalani oleh Abreena dan seorang Ustadz akan berjalan dengan mulus tanpa adanya ujian dipernikahan mereka?
Dan bagaimana cara mereka melalui ujian yang datang menerpa rumah tangga mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MamaRizky, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2. SAH
Setelah selesai membersihkan tubuhnya, Abreena langsung menuju keruang makan yang ternyata sudah ada ayah dan ibunya yang sudah duduk dikursi mereka masing masing.
"Ayo kita makan dulu nak. Setelah ini ada yang ingin Ayah katakan padamu nak" ucap Ayahnya. Lalu mereka memulai makan malamnya dengan seusana hening. Hanya dentingan sendok dan garpu yang terdengar disana.
Beberapa menit berlalu, akhirnya mereka telah menyelesaikan makan malamnya.
Saat ini mereka tengah berkumpul diruang keluarga. Abreena diminta duduk ditengah tengah kedua orang tuanya.
"Bagaimana kuliah kamu nak?" tanya Ayahnya memulai pembicaraan dengan pertanyaan basa basi.
"Alhamdulillah lancar Ayah" jawab Breena.
"Breena tadi ada tamu yanh datang kerumah kita" ucap sang Ayah menjeda ucapannya.
"Lalu Ayah?" tanya Breena karena ayahnya terdiam cukup lama.
"Dia seorang lelaki yang baik, sopan, pintar agamanya. Ayah sudah mengenalnya. Dan dia ingin mengkhitbahmu nak untuk menjadi istrinya" lanjut sang Ayah.
Mendengar itu Abreena langsung menatap kearah Ayahnya. Ia tak mengenal siapa lelaki yang dimaksud ayahnya itu. Tapi mengapa lelaki itu malah memintanya untuk menjadi istrinya? Batin Abreena.
Abreena pun hanya bisa diam menanti ucapan ayahnya lagi. Lama terdiam dan tak ada satu pun yang membuka suara. Akhirnya Abreena pun memulai lagi pembicaraan yang terhenti.
"Jadi apa jawaban Ayah? Ayah pasti menolaknyakan?" tanya Abreena yang berharap kalau Ayahnya menolak permintaan lelaki aneh yang tak dikenalnya itu.
"Tidak nak. Ayah menerima lamarannya. Karena ayah tau kalau lelaki itu pilihan yang terbaik untukmu. Dia lelaki yang bisa membimbingmu menjadi lebih baik lagi nak" ujar sang Ayah sambil menggenggam tangan anaknya.
"Tapi ayah, Abreena tidak mengenalnya yah. Abreena juga tidak mencintainya Ayah" tolak Abreena yang tak ingin meneriman lamaran tersebut.
"Percayalah nak pada Ayah. Dia adalah jodoh yang terbaik yang sudah ditemtukan oleh Allah kepadamu sayang" ujar Ayahnya yang sedang berusaha meyakinkan anaknya.
"Tapi Ayaaahhhh..."
"Dan Ayah minta kamu mau meneriman lamarannya sayang" ucap sang Ayah yang tak ditanggapi oleh anaknya.
"Pernikahan kalian sudah diputuskan dan akan dilaksanakan minggu depan nak. Ayah ingin kamu ikhlas meneriman keputusan ayah ini nak. Ayah sangat berharap kalai dia bisa membuat kamu kembali tersenyum lagi. Ketahuilah nak, kalai Ayah sangat merindukan wajah bahagia putri ayah dan senyuman manis dari putri ayah setiap ayah pulang kerja nak" potong Ayahnya menghentikan protes Abreena.
Abreena yang tak tahan mlihat Ayahmya yang bersedih pun hanya bisa terdiam. Ia juga bingung setelah mendengar permintaan Ayahnya. Dan ia memutuskan beranjak dari ruang keluarga kembali kekamarnya.
Didalam kamar Abreena menumpahkan tangisnya. Ia tak sanggup melihat wajah sedih kedua orang tuanya. Ia pun tertidur karena lelah menangis.
......................
Satu minggu kemudian.
Tak terasa waktu berlalu begitu cepat. Setelah pembahasan tentang lamaran seseorang kepadanya, Abreena tidak pernah lagi menanyakan hal itu kepada orang tuanya. Ia hamya bisa pasrah meneriman keputusan yang telah diambil oleh Ayahnya.
Saat ini rumah orang tua Abreena sudah dihias oleh pihak WO yang sudah dipesan oleh Ibunya. Dan Abreena pun saat ini sedang di Make Up didalam kamarnya. Wajahnya yang sudah cantik dari bawaan lahir pun hanya perlua dipoleskan sedikit saja sentuhan bedak. Ia pun ditemani oleh Ibunya yang sedari yadi terus memandanginya lewat pantulan cermin hiasnya.
"Sayangg.." panggil sang Ayah yang tiba tiba masuk kedalam kamar anaknya setelah tim MUA sudah keluar.
"Ayahhh.." Abreena langsung memeluk Ayahnya.
"Jangan menangis sayang. Hari ini Ayah ingin melihat anak ayah tersenyum" ujar sang Ayah sambil menghapus air mata anaknya yang sudah mengalir dipipinya.
"Ingatlah nak, Ayah sayang padamu. Kamu satu satunya permata hati Ayah. Percayalah pada Ayah nak, kalau suamimu nantinya pasti akan membuatmu bahagia sayang" lanjutnya yang hanya dibalas dengan anggukan kepala oleh Abreena.
"Iya sudah kalau begitu Ayah kedepan dulu. Ayah hanya ingin memberitahu kalau keluarga calon suamimu sudah datang sayang. Dan kita akan segera memulai acaranya" kata sang Ayah lalu mencium kening anaknya cukup lama dan berlalu dari hadapan anaknya.
Diruang keluarga Ayah Doni, Ustadz Dayyan, penghulu dan saksi sudah duduk dikursinya masing masing.
"Apa acaranya sudah bisa dimulai Pak?" tanya sang penghulu kepada Ayah Doni.
"Sudah Pak" jawab Ayah Doni singkat.
"Bagaimana calon pengantin, apakah sudah siap?" tanya Pak penghulu lagi.
"Insya Allah saya siap Pak" jawab Ustadz Dayyan dengan mantap tanpa adanya kegugupan yang melanda.
"Kalau begitu silakan jabat tangan Ayah dari mempelai wanitanya Ustadz" pinta sang penghulu.
Ustadz Dayyan pun langsung menjabat tangan Ayah Doni.
"****Ankahtuka wajawwajtuka makhtubataka binti Aurellia Abreena allal mahri**** seperangkat alat sholat dan emas 30 gram hallan"
"Qobiltu nikahaha wa tazwijaka allal mahril madzkuur wa radhiitu bihi wallahu walliyut taufiq"
"Bagaimana para saksi?"
"SAH"
"SAH"
"SAH"
"Alhamdulillah"
Setelah mengucapkan kalimat sakral tersebut, semua tamu bersorak ria. Lalu dilanjutkan dengan doa yang dipimpin oleh penghulu.
"Allahummajah hadzal 'aqda 'aqdan mubarakan ma'shuman wa alqi bainahuma ulfatan wa qararan daiman wa la taj'al bainahuma firqatan wa firaran wa khishaman wakfihima mu'natad dunya walakhirah"
"Artinya : Ya Allah, jadikanlah akad ini sebagai ikatan yang diberkahi dan dilindungi, tanamkan diantara keduanya kerukunan dan ketetapan yang langgeng, jangan engkau jadikan diantara keduanya perpecahan, perpisahan, dan permusuhan, dan cukupi keduanya bekal hidup didunia dan diakhirat"
Lantunan doa yang dipimpin oleh penghulu diiringi tangis bahagia dari kedua keluarga yang telah disatukan dengan adanya akad nikah ini.
Namun berbeda dengan seorang gadis yang sedang bedada didalam kamarnya. Sedari tadi sebelum akad dilangsungkan, ia sudah menahan tangisnya. Ia berusaha agar air matanya tak mengalir dari kedua mata indahnya.
Tetapi tetap saja, gadis cantik yang berbalut gaun syar'i itu tak bisa mempertahankan air matanya. Ia pun juga menangis ketika suaminya yang baru saja sah melafalkan ijab kobul tadi.
"Abreena.. Sayang.." panggil Ibunya.
"Ibu..." Abreena langsung memeluk Ibunya. Ibu dan anak itu sama sam menangis.
"Selamat atas pernikahanmu sayang. Ibu harap kamu ikhlas menjalankan pernikahan ini nak. Dan yang paling penting, berbahagialah nak" ujar sang Ibu. Sedangkan Abreena hanya bisa menangis dan menjawab ucapan Ibunya dengan menganggukkan kepalanya pelan.
"Iya sudah kalau begitu kita keluar yuk. Suamimu sudah menunggu kedatangmu sayang" lanjutnya yang kemudian menghapus air mata Abreena.
Keduanya berjalan keluar kamar menuju ketempat acara dengan bergandengan tangan. Sepanjang perjalanan menuju ketempat suaminya, Abreena terus menundukkan kepalanya.
Abreena langsung menyalami suaminya. Dan seketika itu pula tangan kiri suaminya memegang ubun ubun kepalanya sambil membacakan doa.
"Allahumma inni as'aluka min khoirihaa wa khoirimaa jabaltahaa 'alaih. Wa a'udzubika min syarrihaa wa syariimaa jabaltaha 'alaih"
Artinya : Ya Allah sesungguhnya aku mohon kepada-Mu kebaikan dirinya dan kebaikan yang Engkau tentukan atas dirinya. Dan aku berlindung kepada-Mu dari kejelekannya dan kejelekan yang Engkau tetapkan atas dirinya.
Setelah selesai membacakan doa untuk sang istri, Ustadz Dayyan langsung mencium kening istrinya untuk pertama kalinya.
Abreena yang dicium suaminya pun langsung meneteskan air matanya. Ia mulai merasakan kenyamanan dari sentuhan Ustadz Dayyan. Tetapi cepat cepat ia tepis perasaan itu.
maaf 🙏 Thor aku kritik tulisanmu banyak salah, nulisnya ngantuk ta gmn thor