Setelah bercerai, lalu mengundurkan diri sebagai seorang Ajudan pribadi. Akhirnya pria yang akrab disapa 'Jo' itu kembali menerima sebuah tawaran pekerjaan dari Denis yang tak lain adalah temannya saat sejak masih SMA.
Dia yang biasanya mengawal wanita-wanita paruh baya, seorang istri dari beberapa petinggi. Kini dia di hadapkan dengan seorang gadis keras kepala berusia 20 tahun, Jasmine Kiana Danuarta. Sosok anak pembangkang, dengan segala tingkah laku yang membuat kedua orang tuanya angkat tangan. Hampir setiap Minggu terkena razia, entah itu berkendara ugal-ugalan, membawa mobil di bawah pengaruh alkohol, ataupun melakukan balapan liar. Namun itu tak membuatnya jera.
Perlahan sifat Kiana berubah, saat Jo mendidiknya dengan begitu keras, membuat sang Ayah Danuarta meminta sang Bodyguard pribadi untuk menikahi putrinya dengan penuh permohonan, selain merasa mempunyai hutang budi, Danu pun percaya bahwa pria itu mampu menjaga putri semata wayangnya dengan baik.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anggika15, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tawaran pekerjaan.
Ting tung!
Suara bel pintu apartemen berbunyi nyaring.
Ting tung!
Bel itu berbunyi kembali, membuat pria yang baru saja selesai membersihkan diri, berlari ke luar kamar, seraya memakai kaos rumahannya sambil terus berjalan cukup tergesa-gesa.
Klek!
Dia segera membuka, dan betapa kesalnya saat dia mendapati sosok yang sangat dia kenali.
"Astaga! Ku kira siapa, nyatanya kau." Dia membukakan pintu Apartemen nya lebar-lebar, mempersilahkan Denis masuk.
"Ada tawaran besar." Temannya berbicara tanpa basa-basi, melenggang masuk melewatinya begitu saja.
Setelah temannya benar-benar masuk, dia segera menutup pintu apartemennya rapat-rapat, dan berjalan ke arah sofa sedang yang berada di ruang tengah apartemen tersebut. Denis duduk, dia terus mengangkat pandangan, menatap temannya, dengan senyum seringai yang begitu terlihat mencurigakan.
"Tawaran apa?" Tanyanya tanpa basa-basi busuk.
"Tadi Pak Danu menghubungiku, dia meminta satu orang, anak buah terbaik untuknya." Denis tersenyum.
"Terus?" Keningnya berkerut.
"Aku menunjukmu, Jovian Alton!" Denis berujar, menatap temannya yang kini tengah duduk di sofa lain, yang berada tidak jauh darinya.
"Aku?" Pria yang akrab disapa Jovian itu menunjuk dirinya sendiri.
"Ya."
"Tapi aku bukan anak buahmu!" Dia terkekeh kencang.
"Maka dari itu. Aku menunjukmu, … bukan karena kau ada dibawah naungan ku, melainkan aku lebih percaya kepadamu. Dengan kemampuanmu!" Ucap Denis sedikit serius. "Yang harus dijaga seorang anak gadis berusia 20 tahun, aku tidak mau sembarangan menunjuk orang." Katanya lagi.
Jovian menyandarkan punggung, menatap Denis yang tak lain adalah teman dekatnya, lalu menumpangkan satu kaki, pada kaki yang lain.
"Pak Danu akan membayarmu dengan gaji yang cukup besar."
"Apa kamu tidak cukup? Apa keadaannya sangat berbahaya sampai dia butuh tambahan Bodyguard?"
"Sudah ku jelaskan, bukan untuknya, Jo!" Jelas Denis.
"Lalu?" Kening Jovian berkerut, dan itu membuatnya terlihat semakin mengeluarkan aura ketampanannya.
Jelas jika Denis adalah wanita, sudah pasti dia memuja pria itu dengan sejuta pesona yang Jovian miliki.
"Dia butuh Bodyguard untuk putrinya. Nona Kiana, gadis cantik, tapi kelakuannya sedikit membuat orang-orang di sekitarnya pusing, … bayangkan! Dia keluar masuk kantor polisi bahkan hampir setiap Minggu." Denis menghela nafas.
"Kasus apa?" Jovian mengubah posisi duduknya, dia mulai penasaran dengan sosok gadis, yang temannya ceritakan.
"Banyak." Denis melipat kedua tangannya diatas dada.
"Beri aku contoh, untuk mempertimbangkan." Jovian sedikit memaksa.
"Berkendara dibawah pengaruh minuman ber-Alkohol, berbuat onar, kebut-kebutan di jalanan, terkena razia saat berada di Clubbing karena masih di bawah umur, dan semalam karena hendak melakukan balapan liar, dengan jaminan uang untuk pemenangnya." Denis membeberkan.
Jovia bungkam, dia melongo, lalu menggeleng-gelengkan kepala sambil bertepuk tangan.
"Gadis yang luar biasa."
"Ini tantangan untukmu, Jo! Biasanya kau hanya menjaga wanita tua, istri dari konglomerat yang butuh pengawasan lebih. Tapi sekarang kau akan menjaga gadis yang baru saja beranjak dewasa dengan sejuta pesonanya." Denis sediki menggoda, berbicara berlebihan agar temannya itu mau dia ajak bekerja.
Jovian tampak berpikir.
"Tapi sepertinya akan sangat sulit, aku harus mengikuti kemanapun gadis itu, … siapa tadi namanya?"
"Kiana."
"Ya, aku harus membuntuti kemana pun Kiana pergi, seperti Kaka yang sedang melindungi adiknya?" Jovian tertawa kencang.
"Tidak, tidak. Bukan Kaka, tapi paman. Dia tujuh belas tahun lebih muda dariku."
Jovian mengangguk, tersenyum mirip dengan satu alis terangkat.
"Bagaimana? Selain upah yang lumayan, kau juga dapat setiap hari menatap wajah cantik Kiana."
Jovian diam, dia tampak berpikir.
"Mau tidak? Kalau mau cepat siap-siap, ganti pakaianmu."
"Kisaran berapa gajiku?" Matanya memicing, seolah bersiap dengan tawaran yang luar biasa. Tentu saja, dia tahu siapa sosok Danuarta, seorang yang selalu Denis agung-agungkan karena kebaikannya.
"Sekitar 20jt, tapi jika kinerja mu bagus,apalagi dapat merubah kebiasaan buruk Kiana menjadi lebih baik, mungkin kau bisa meraup 35jt sama sebulan."
"Wow."
Jovia bertepuk tangan lagi.
"Jadi tunggu apa lagi? Cepat bersiap dan kita berangkat bersama."
"Memangnya siapa, Pak Danuarta itu?" Katanya sambil bercanda.
"Bos baru bara. Tambangnya sangat besar di Kalimantan sana!" Jelas Denis.
Mereka berdua tertawa.
"Ya, bos yang sangat kau kagumi!" Jovia menunjuk temannya.
Pria itu segera bangkit, lalu melenggang ke arah luar, membuat Jovian mengerutkan keningnya.
"Cepat! Aku tunggu di basement." Tukas Denis sebelum dia benar-benar keluar dari apartemen mewah milik temannya itu.
***
"Pak Denis? Tumben pagi-pagi sekali sudah datang." Seorang wanita dengan kisaran usia 50 tahun menyapa.
Denis tersenyum manis, seraya menghampiri wanita yang sedang menyiram tanaman-tanaman cantik, yang berjejer rapih di teras depan rumah.
"Mbok, Pak Danu ada?" Denis membuka kacamata hitam miliknya.
"Ada, baru saja selesai sarapan, ada di taman belakang rumah, duduk di dekat kolam koi seperti biasa. Masuk saja!" Katanya, dengan pandangan tertuju ke arah belakang, dimana Jovian berdiri.
Pria itu terlihat lebih tinggi dari pria dihadapannya, postur tubuh yang ideal, mata elang yang tajam, bulu mata yang sangat lentik, juga alis yang tebal, membuat Jovian terlihat sempurna di mata para perempuan, termasuk wanita tua di hadapannya.
"Ini Jovian, Mbok. Calon Bodyguard nya Non Kiana." Denis menjawab rasa penasaran asisten rumah tersebut, yang sudah mengabdi bahkan sebelum Denis bekerja disana.
Mbok mengangguk, dia tersenyum kepada Jovian. Sementara Jovian tampak sedikit risih saat setiap kali perempuan menatapnya dengan pandangan seperti tadi.
Entah itu dengan perempuan tua atau muda, rasanya sama-sama membuat tidak nyaman.
"Cepatlah astaga!" Jovian menggeram pelan, membuat Denis sedikit menoleh saat menyadarinya.
"Mbok, kami permisi dulu." Denis berpamitan.
"Iya, Pak."
Dua pria berparas tampan itu berjalan memasuki rumah besar milik Danu, berjalan tegap penuh wibawa dengan sorot mata tajam.
"Pak? Selamat pagi!" Denis menyapa terlebih dulu.
Danu yang tengah duduk di tepi kolam ikan koi pun menoleh, menatap dua pria dengan pakaian serba hitam.
"Kalian sudah tiba?" Dia bangkit.
Denis mengangguk.
"Duduklah dulu, mau saya panggilkan Bibi untuk membuatkan minuman?"
"Terimakasih, Pak. Tapi tidak usah, kami sudah sarapan di jalan tadi sebelum sampai kesini."
Danu pun mengangguk, dia ikut duduk setelah dua pria yang jauh lebih muda darinya duduk terlebih dulu. Matanya menatap Jovian lekat-lekat, memperhatikan calon Bodyguard untuk putrinya dengan sangat teliti, dari ujung kepala sampai ujung kaki.
"Siapa namamu?" Danu menatap Jovian.
"Jovian Alton." Jawabnya tenang.
"Kamu siap menjaga Kiana?"
Jovian mengangguk.
"Menjaga dia 24 jam, dan menjauhkan dia dari hal-hal buruk?"
Jovian mengangguk lagi, karena memang itulah pekerjaan para penjaga, menjauhkan sang tuan dari hal dan kemungkinan terburuk.
Tentu saja aku tahu!
Kata Jovian dalam hati.
"Bela diri apa yang kamu kuasai?" Danu bertanya, tanpa mengalihkan pandangannya sedikitpun.
"Hanya jujitsu dan taekwondo." Jovian merendah.
Seketika Danu membulatkan matanya, dengan ekspresi penuh kekaguman.
"Dia lebih baik darimu?" Danu tertawa pelan saat menatap Bodyguardnya, Denis.
Pria yang dia maksud pun mengangguk, sambil tersenyum samar.
"Baiklah, kalau begitu kamu saya terima. Sekarang jemput dia di kantor polisi, bawa pulang!"
Jovian dan Denis mengangguk bersamaan. Kemudian bangkit saat Danu mulai berdiri, dan berjalan beriringan meninggalkan kolam ikan koi yang terletak di bagian belakang rumah tersebut.