Menginjak usia 32 tahun, Zayyan Alexander belum juga memiliki keinginan untuk menikah. Berbagai cara sudah dilakukan kedua orang tuanya, namun hasilnya tetap saja nihil. Tanpa mereka ketahui jika pria itu justru mencintai adiknya sendiri, Azoya Roseva. Sejak Azoya masuk ke dalam keluarga besar Alexander, Zayyan adalah kakak paling peduli meski caranya menunjukkan kasih sayang sedikit berbeda.
Hingga ketika menjelang dewasa, Azoya menyadari jika ada yang berbeda dari cara Zayyan memperlakukannya. Over posesif bahkan melebihi sang papa, usianya sudah genap 21 tahun tapi masih terkekang kekuasaan Zayyan dengan alasan kasih sayang sebagai kakak. Dia menuntut kebebasan dan menginginkan hidup sebagaimana manusia normal lainnya, sayangnya yang Azoya dapat justru sebaliknya.
“Kebebasan apa yang ingin kamu rasakan? Lakukan bersamaku karena kamu hanya milikku, Azoya.” – Zayyan Alexander
“Kita saudara, Kakak jangan lupakan itu … atau Kakak mau orangtua kita murka?” - Azoya Roseva.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desy Puspita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 02 - Aku Membencinya
"Kebebasan bagaimana yang ingin kamu rasakan? Lakukan bersamaku karena kamu hanya milikku, Azoya," ucap Zayyan terdengar pelan namun menakutkan bagi Azoya.
Semakin tidak bisa diterima, perlakuan Zayyan lama-lama membuat Azoya terganggu. Pria itu bahkan menghimpit tubuhnya hingga keduanya tidak lagi berjarak, aroma maskulin pria itu menembus indera penciumannya.
Azoya masih berusaha untuk tidak panik dan menghadapi Zayyan dengan caranya. Akan tetapi malam ini memang dia sedikit berbeda bahkan berani mencengkram dagunya dengan sedikit tenaga.
"Mobil pria itu berhenti lebih dari sepuluh menit, katakan apa yang kalian lakukan sebelum turun? Hm?"
Pertanyaan jebakan yang membuat Azoya harus benar-benar berpikir untuk menjawabnya. Sudah dipastikan Zayyan berada di kamarnya sejak lama dan sengaja menunggu dirinya pulang hingga dengan sengaja memantau dari atas.
Wajah Azoya mendadak pucat ketika Zayyan menekannya untuk bicara. Padahal, sama sekali tidak ada hal menyimpang yang mereka lakukan, akan tetapi kenapa justru dia setakut ini untuk bicara, pikir Azoya.
"Katakan? Bagian mana yang dia sentuh?" tanya Zayyan sembari melepas cengkramannya di dagu Azoya.
Zayyan sangat paham watak pria, mau bagaimanapun tidak ada yang namanya benar-benar menjaga. Ya, begitulah fakta yang dia ketahui selama hidupnya. Lingkungan Zayyan memang berbeda dari Azoya, dan jelas saja cara pandang keduanya terhadap dunia sangat jauh berbeda bahkan bisa dikatakan bertentangan.
"Tidak ada!! Mahen hanya mengantarku pulang, kami makan malam di pesta ulang tahun Aneth tapi setelah itu pulang."
"Makan malam?"
Dia berdecih, jawaban Azoya terdengar lucu di telinganya. Pria itu menelusuri wajah sang adik dengan jemarinya, begitu lembut hingga kemudian dia tepuk pelan beberapa kali wajah Azoya, bukan tamparan akan tetapi ini teramat menakutkan.
"Makan malam katamu? Makan malam apa pulang selarut ini, Zoya. Kamu kira aku bodoh, otak laki-laki di dunia ini sama." Zayyan menekan setiap kalimatnya, semua pria di mata Zayyan memang seburuk itu dan tidak ada baiknya sama sekali.
"Dia yang memakanmu mungkin," lanjut Zayyan dengan tatapan penuh kekecewaan pada adiknya, pria itu meghela napas kasar kemudian melangkah mundur demi membuat Azoya tidak setakut itu.
"Maksudmu apa? Aku bukan wanita murahhan, jangan samakan aku dengan wanita yang Kakak kenal," tegas Azoya menatap tajam Zayyan yang hingga saat ini berusaha menahan emosinya.
"Mulutmu mungkin bisa berkata begitu, tapi yang terjadi sebenarnya belum tentu."
Sakit sekali, Zayyan benar-benar meganggapnya sebagai wanita tidak punya pendirian dan harga diri. Azoya yang kesal memilih tidak peduli dan naik ke tempat tidur tanpa peduli dia belum membersihkan diri.
"Azoya."
Zayyan memejamkan matanya, pria itu tidak terima kala belum selesai bicara dan Azoya memilih bersembunyi dibalik selimut.
"Zoya," panggilnya untuk kedua kali dengan suara yang sedikit lebih lembut.
"ZOYA!!"
Sudah digunakan cara baik-baik Azoya tidak juga mendengar sontak pria itu berteriak hingga Azoya mengalah dan kini duduk di tepian ranjang. Kakaknya memang tidak pernah main-main, Azoya yang khawatir kericuhan di kamarnya sampai ke telinga orang lain memilih mengalah meski hatinya seakan tersayat akibat ucapan Zayyan.
"Apalagi? Kakak tidak malu berteriak begitu? Di rumah ini bukan hanya kita berdua," celetuk Azoya sebal karena benar-benar tidak habis pikir kenapa bisa Zayyan sesantai itu dalam bertindak.
"I don't care," jawabnya singkat dengan tatapan yang masih sama seperti sebelumnya.
Belum selesai kemarahan Zayyan lantaran Mahen begitu lama berhenti di depan rumahnya, kini pria itu kembali dibuat naik darah kala menyadari kalung yang dia berikan untuk Zoya beberapa waktu lalu sudah tergantikan dengan kalung yang berbeda.
"Dimana kalung pemberianku?"
"Aku simpan, Kak ... tidak mungkin aku pakai dua kalung sekaligus," jawab Azoya sedikit berbohong, alasan sebenarnya jelas karena Mahen yang meminta.
"Memang tidak, dan yang boleh ada di lehermu hanya kalung pemberianku, Azoya."
Tanpa pikir panjang, sama sekali dia tidak peduli bagaimana dampaknya pada hubungan mereka. Zayyan menarik paksa kalung itu hingga putus dan berhasil membuat Azoya menganga.
"Kakak gila ya? Kalau Mahen tahu bagaimana denganku?" tanya Azoya dengan mata yang kini mengembun, hal-hal tidak disangka begini kerap kali dia dapatkan dari Zayyan yang memang semena-mena.
"Aku bisa belikan yang lebih baik da mahal dari ini, tidak perlu menangis, Zoya."
Zayyan menyeka air mata adiknya penuh kelembutan, suaranya juga terdengar berbeda dan tidak lagi ada kemarahan di sana. Pria itu menarik sudut bibir kala Azoya mendongak dan menatap matanya.
"Tidurlah, hari sudah larut," ucapnya kemudian mengecup bibir Azoya tanpa aba-aba sebagai ucapan selamat malam, wanita itu mendorong dada sang kakak dan hanya mendapat senyum tipis dari Zayyan.
"Mama, aku benar-benar membencinya." Azoya mengepalkan telapak tangan dan mengusap kasar bibirnya berkali-kali, niat hati segera tidur kini terganti hingga wanita itu memilih mandi karena merasa dirinya sekotor itu tiba-tiba.
- To Be Continue -
perjuangkan kebahagiaan memang perlu jika Zoya janda ,tapi ini masih istri orang
begoni.....ok lah gas ken