Demi menyelamatkan nama baik keluarganya, Audrey dipaksa menggantikan adik tirinya untuk menikahi Asher, seorang tuan muda yang dikenal cacat dan miskin. Audrey yang selama ini dianggap anak tiri yang tidak berharga, harus menanggung beban yang tak diinginkan siapa pun.
Namun, hidup Audrey berubah setelah memasuki dunia Asher. Di balik kekurangan fisiknya, Asher menyimpan rahasia besar yang bahkan keluarganya sendiri tak pernah tahu. Perlahan, Audrey mulai menyadari bahwa suaminya bukan pria biasa. Ada kekuatan, kekayaan, dan misteri yang tersembunyi di balik sosok pria yang diabaikan itu.
Ketika rahasia demi rahasia terungkap, Audrey mendapati dirinya terjebak di antara cinta, intrik, dan bahaya yang tak pernah ia bayangkan. Siapkah Audrey menghadapi kenyataan tentang Asher? Dan apakah takdir yang mempertemukan mereka adalah kutukan atau justru anugerah terbesar dalam hidupnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Qaeiy Gemilang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pink Berenda-Renda
“Acara?” gumam Audrey membaca pesan Bella.
Dengan cepat, Audrey menekan tombol panggil dan terdengar nada bunyi penghubung panggilan.
“Oh... Tuhan, Audrey, bagaimana keadaanmu? Apakah kamu baik-baik saja?” tanya Bella dengan nada penuh kekhawatiran di seberang telepon.
“Aku sangat baik. Maafkan aku, beberapa hari kemarin, aku tidak memegang ponselku. Jadi, aku baru baca pesan yang kamu kirimkan,” ucap Audrey memberikan alasan.
“Syukurlah jika kamu tidak apa-apa. Aku begitu khawatir tentangmu. Aku takut jika ibu dan adik tirimu yang gila itu mencari masalah lagi denganmu.”
“Tidak, mereka tentu akan ditendang oleh suamiku.”
“Ehem... Sepertinya, kamu dan suamimu sudah semakin dekat, ya?”.
“E... Tidak terlalu dekat. Tapi, akhir-akhir ini, Dia sungguh manis!”
Marta hanya dapat menggelengkan kepalanya saat mendengar Audrey sedang melakukan panggilan telepon yang entah dari siapa, hingga membuat nyonya-nya itu terlihat begitu bahagia. Sampai-sampai, kehadiran Marta seperti tak terlihat keberadaannya.
“Oh... So sweet sekali! Pasti kalian berdua sudah ehem-ehem, kan? Ayo, mengaku!” desak Bella menggoda dari seberang telepon.
“Ih... Apaan, sih? Tidak ada hal yang seperti itu! Karena belum terjadi-“
“Jadi kamu berharap kalian segera ha hu ha, ya?”
“Dih, apalagi itu. Tidak demikian juga! Terus, masalah acara. Memangnya kamu mau mengajak ku ke acara apa, Bel?”
“Oh... Iya, aku sampai lupa pada tujuan utama. Itu, anak-anak ingin mengadakan reunian sekolah. Kamu ikut?”
Audrey tampak berpikir sejenak, Audrey mempertimbangkan ajakan Bella. Reunian sekolah memang selalu menjadi momen yang menarik untuk berkumpul kembali dengan kenangan-kenangan masa lalu. Namun, setelah melihat Marta yang masih berdiri di dekatnya dengan pandangan penuh selidik, Audrey ragu untuk mengiyakan.
“Kamu tahu, Bella, aku belum yakin apakah aku akan ikut. Ada sedikit permasalahan yang harus aku selesaikan terlebih dahulu,” jawab Audrey hati-hati.
Bella terdiam sejenak, kemudian mengungkapkan kekecewaannya. “Penting, Audrey. Reunian ini akan sangat seru. Ayo, kita bisa mengenang masa-masa indah bersama teman-teman yang dulu. Kita bisa berkumpul lagi setelah sekian lama.”
Audrey menelan ludah. Memang benar bahwa reunian sekolah adalah kesempatan langka untuk berkumpul dengan teman-teman masa lalu, namun dia merasa terikat dengan Marta yang sedang menatapnya dengan curiga.
“Hmm... Nanti aku tanyakan dulu ke suamiku, ya. Jika dia setuju, aku akan memberikan kabar kepadamu.”
“Oke, jangan lupa segera memberi kabar, Audrey. Aku sangat ingin melihatmu lagi.”
“Baik, aku akan segera memberitahumu,” jawab Audrey sambil tersenyum.
Setelah berbincang sebentar, Audrey dan Bella akhirnya menutup panggilan mereka.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Dalam perjalanan menuju perusahaan Eadric, Asher merenung dalam hati. Dia berharap pertemuan dengan keluarga Flavio dapat mengakhiri konflik yang terjadi antara kedua keluarga agar kedepannya, Audrey selalu aman.
Ketika Asher tiba di perusahaan Eadric dia disambut oleh kepala keluarga Flavio dan beberapa bawahan Flavio yang tampak marah dan tidak puas. Mereka berbicara di ruang pertemuan yang tenang, tetapi suasana tegang terasa di udara.
“Aku harap Anda mengerti, Mr. Eadric, bahwa keluarga kami tidak bisa menerima perlakuanmu yang telah menganiaya anakku hingga mengalami luka serius di seluruh wajahnya.” Hardik keluarga Flavio dengan murka. Memperlihatkan otoriternya kepada Asher.
Di atas kursi roda, Asher menatap ke arah pria paruh baya itu dengan sinis disertai senyum menyeringai. “Tuan Flavio, bisakah jika kamu berbicara tidak menggunakan urat? Umurmu sudah tua. Aku takut jika nanti, kamu tiba-tiba stroke,” cibir Asher.
Flavio menjadi semakin marah. “ Kamu memang pria lumpuh yang tidak sopan, Mr. Eadric. Apa kamu pikir perusahaan Eadric adalah perusahaan nomor satu, hah? Di kota ini, Flavio yang memiliki kekuatan!”
Asher mengangkat alisnya. “Lalu? Aku harus menyembahmu? Kau sudah tahu aku ini tidak sopan. Jika aku mau, bukan wajah anakmu yang aku buat babak belur. Lain kali, akan aku kirimkan potongan tubuh anakmu jika dia berani menyentuh istriku.” Hardik Asher dengan tatapan membunuh.
Keluarga Flavio tampak terkejut dengan ancaman Asher. Wajah mereka berubah pucat, dan suasana di ruangan itu menjadi semakin tegang.
“Kamu... kamu tidak berhak mengancam kami, Mr. Eadric!” balas kepala keluarga Flavio dengan suara gemetar.
Asher hanya tertawa sinis. “Oh, aku berhak. Karena aku adalah Nathan Eadric. Dan aku tidak takut pada siapa pun. Jadi, jika kamu tidak ingin anakmu mendapatkan ‘hadiah’ dari aku, sebaiknya kamu mengendalikan anakmu. Jika dia berani mencari masalah denganku lagi...” Asher melemparkan sebuah plakat ke arah Ayahnya Devan yang menjadi kepala keluarga Flavio.
Pria paruh baya itu tercengang melihat lambang di dalam plakat tersebut. Tubuhnya seketika menegang pria paruh baya itu sontak bersimpuh di depan Asher.
“Ketua, tolong maafkan aku. Aku tidak menyangka jika aku telah mengancam orang yang sangat berpengaruh sepertimu,” ucap Tuan Flavio dengan suara gemetar.
Asher hanya tersenyum puas melihat Tuan Flavio bersimpuh di depannya. “Baiklah, kali ini akan ku memaafkan tapi tidak untuk lain kali. Kau tahu, aku ini tidak pernah mencari masalah dengan orang lain. Orang bodoh mana yang memukul orang lain tanpa ada alasan?”
Kepala keluarga Flavio mengangguk tunduk, “aku minta maaf atas kelakuan anakku, ketua. Tolong, jangan memperkarakan masalah ini lagi,”
Asher menghela nafas dalam-dalam.”Baik, aku akan mempertimbangkan untuk tidak memperkarakan masalah ini lagi.”
Keluarga Flavio mengangguk tunduk, dan suasana di ruangan itu akhirnya menjadi sedikit lebih tenang.
Setelah pertemuan selesai, Asher meninggalkan perusahaan Eadric dengan perasaan lega. Konflik dengan keluarga Flavio sudah diselesaikan dengan baik, dan Asher berharap tidak akan ada lagi masalah di masa depan.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Asher tiba di kediaman setelah urusan dengan Keluarga Flavio telah teratasi.
Saat melangkah melewati pintu kamar Audrey, langkah kakinya terhenti. “Apakah dia sudah tidur?” Gumam Asher bertanya pada dirinya sendiri.
Karena penasaran dengan apa yang dilakukan oleh Audrey di dalam sana, pelan-pelan Asher meraih gagang pintu kamar tersebut. “Krek!” Pintu itu terbuka, “ tidak dikunci?” Asher mendorong daun pintu tersebut dengan sepelan mungkin agar tidak menimbulkan suara.
Saat Asher mengintip, ternyata Audrey telah tidur dengan sebuah buku novel yang tergeletak di samping kepala wanita itu. “ Dasar pemalas, jika mau tidur, setidaknya matikan dulu lampunya.” Gerutu Asher sambil melangkah masuk ke dalam kamar untuk mematikan lampu dan memakaikan selimut untuk Audrey.
Asher meraih buku yang tergeletak di samping kepala Audrey. Lalu memindahkan buku itu ke atas nakas di samping tempat tidur. Setelah itu, Asher meraih selimut untuk menutupi tubuh Audrey yang terbujur lelah. Sebelum menutup tubuh Audrey, Asher menatap wajah Audrey dengan lekat.
“Manis sekali jika wajahnya polos seperti ini,” gumam Asher mengagumi wajah istrinya.
Asher merasa lega melihat Audrey tidur dengan begitu nyenyak. Asher hendak menutupi tubuh Audrey. Namun tiba-tiba, wanita itu membalikkan tubuhnya ke samping hingga piyama dress yang digunakan oleh Audrey pun tersibak dan naik ke atas paha, hingga memperlihatkan dalaman yang dikenakan oleh Audrey.
Deg!
Tubuh Asher seketika membatu. Saat melihat penampakan celana dalam Audrey, yang terpampang jelas dengan posisi tidur Audrey yang tampak begitu menantang dan menggoda syahwat.
Asher menutup mulutnya dengan satu tangan, disusul kedua pipi yang terasa panas hingga pipi Asher berwarna kemerah-merahan.
“Owh... Ternyata Audrey menggunakan dalaman pink renda-renda,” Gumam Asher sambil menggigit bibir bawahnya.
Salam kenal
Jangan lupa mampir ya 💜