" Menikah dengan siapa?! om pamungkas?!!" suara Ratih meninggi, di tatapnya semua anggota keluarganya dengan rasa tak percaya.
" Pamungkas adalah pilihan terbaik untukmu nduk.." suara papanya penuh keyakinan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Om mau kemana?
Tiga hari sudah ia lewati, masih belum menemukan rumah yang tepat,
Pamungkas tak ingin membeli sebuah rumah yang mewah, cukup rumah yang kecil namun berhalaman luas, karena ia suka rumah dengan banyak tanaman di sekitarnya.
Pamungkas baru saja pulang dari rumah teman lamanya untuk mencari informasi tentang rumah yang di inginkan nya.
" Om.." sapa Ratih yang duduk di ayunan taman depan.
" Oh.. Ratih.." sahut Pamungkas seadanya lalu berjalan masuk.
" Sudah dapat?" tanya ibu Ratih saat Pamungkas berjalan naik ke tangga,
" belum mbak.. harga rumah disini membuat saya geleng geleng kepala.. padahal tidak punya halaman.." sahut Pamungkas menghentikan langkahnya.
" Kita sudah berada di daerah kota, kalau kau ingin halaman yang luas dan terjangkau cari saja di pinggiran kota.." nasehat kakak iparnya.
" Iya ya mbak.. toh, ini rumah untuk jaga jaga kalau saya pensiun nanti.." Pamungkas melempar senyum,
" walah.. pensiun masih lama kok sudah di pikir tho Pam..?" ujar kakak iparnya yang usianya juga jauh sekali dengannya.
" Lho, ya harus di pikir sekarang tho mbak.. saya sudah tiga puluh lima..
saya juga tidak mungkin ikut mbak sama mas terus.."
" Memangnya kenapa kalau kau disini, kelak.. kau dan istrimu tinggal disini pun tidak masalah..
mas mu sudah menegaskan itu berkali kali kan?"
" Istri opo tho mbak mbak.. tidak ada perempuan yang mau denganku.." Pamungkas tertawa, tawa yang mahal itu sungguh membuat ibu Ratih itu tersenyum lega.
Ibu Ratih tau benar Pamungkas belum bisa membuka hatinya untuk siapapun, dan ia menjadi semakin tertutup setelah ibunya meninggal.
" Mau mbak carikan? mau yang bagaimana?" tawar perempuan yang berusia empat puluh limaan itu.
" Mau tidur mbak, capek.." jawab Pamungkas tertawa, ia berbalik dan melanjutkan langkahnya, tak menghiraukan kakak iparnya yang masih ingin membujuknya.
" Mau kemana nduk?!" tanya sang ayah dengan raut cemas,
" Ke sarangan pa.. kalau tidak capek lanjut ke solo, kalau capek ya langsung pulang.." jawab Ratih merapikan tasnya.
" Ya ampun ndukk, kok mendadak??"
" saya memang sudah lama ingin main lagi ke sarangan pa..
dan sekalian saya mencari udara segar,
saya bosan mas Arga terus terusan datang kesini.."
" tapi nduk??" suami istri itu saling memandang, sama sama cemas dan tak mau melepaskan putrinya bepergian sendiri.
" Setelah dari sarangan saya akan mengajukan cerai ke kantor.."
mendengar itu Adi dan istrinya terdiam, keduanya bimbang.
" Perkara cerai itu terserah padamu saja..
tapi, kami tidak tenang kau pergi dengan kondisi yang seperti ini nduk??" si ibu memegang erat tangan putrinya.
" Ratih bukan anak kecil, Ratih akan menjaga diri dengan baik.."
" Tidak nduk, mama tidak mengijinkan.." ibunya benar benar cemas, pikirannya kemana mana, bagaimana kalau terjadi sesuatu, bagaimana kalau ia banyak melamun di jalan lalu di rugikan orang, bagaimana kalau melihat telaga sarangan lalu dia melompat ke dalamnya karena putus asa?.
" Aduhh! pokoknya tidak boleh!" keluh ibunya takut dengan bayangan bayangan di pikirannya.
" Ratih sudah memesan mobil ma.. satu jam lagi mobil itu menjemput kemari..
tolonglah mama jangan seperti ini.."
Lagi lagi Adi dan istrinya saling memandang.
" Baiklah kalau ingin pergi, tapi tidak boleh sendirian..?!" tegas Adi pada putrinya.
" Mama papa mau ikut?? boleh.. mobilnya masih luas kok.. hanya Ratih dan drivernya saja.."
" aduhh..! apalagi hanya berdua?! tidak boleh sendirian!" tegas papanya lagi lalu terburu buru keluar.
Adi mengetuk pintu kamar adiknya, tak juga mendapat sahutan, Adi nekat masuk ke dalam kamar.
Ia melihat Pamungkas sedang terlelap dengan buku terbuka di dadanya.
" Pam, Pamungkas.. tangi (bangun)..?!"
Adi menggoyang goyangkan bahu Pamungkas, hingga laki laki bertubuh tinggi itu membuka matanya.
" Apa mas?" tanya Pamungkas bangun, ekspresinya kaget dan matanya terlihat memerah karena masih ngantuk.
" Mas sepurane yoo ( mas minta maaf yaa).. tapi mas butuh bantuanmu iki.." Adi duduk di samping tempat tidur.
" Hemm.. apa mas.." Pamungkas menggosok wajahnya demi mengusir kantuknya.
" Ratih itu tiba tiba mau ke sarangan, ndak ada angin ndak ada hujan.. mas takut dia putus asa dan berpikir yang tidak tidak..?"
" ke sarangan? dengan siapa?" tanya Pamungkas dengan ujung depan rambutnya yang berantakan.
" Sewa mobil, berdua saja dengan sopir sewaan??"
" bahaya mas, takutnya linglung.. biar ku nasehati.." Pamungkas bangkit dari tempat tidurnya.
" Kalau di cegah nanti makin frustasi.. mungkin dia memang butuh udara segar Pam?"
" lalu?" Pamungkas bingung apa sebenarnya mau kakaknya ini.
" Kau ikuti saja dia ya? untuk mencegah hal hal tertentu, dan.. anggap saja sekalian liburan.. mumpung kau cuti juga??" raut wajah Adi penuh harap.
" Aku? mengikuti Ratih??" tanya Pamungkas tak percaya dengan apa yang ia dengar,
kalau dulu saat Ratih masih kecil hal ini masih masuk akal,
namun Ratih yang sekarang sudah cukup dewasa untuk di ikuti,
" Tolong mas mu ya??" Pinta Adi benar benar memohon.
Terdengar suara mobil dari luar membunyikan klakson,
" Nah.. itu mobil sewaan Ratih sudah datang ma? pa?" ucap Ratih sembari tersenyum, ia mencium kedua tangan orang tuanya bergantian.
" Kalau begitu.. Ratih berangkat ya ma? paling lama tiga hari.. setelah itu Ratih langsung pulang.." perempuan berambut panjang dan berkulit kuning langsat itu mengambil menurunkan koper kecilnya dari atas kursi ke lantai.
" Tunggu sebentar.." terdengar suara Pamungkas dari arah tangga,
" Oh iya, aku belum pamit pada om..?" Ratih berjalan mendekat, namun melihat Pamungkas yang rapi dan membawa tas kecil di pinggangnya Ratih sedikit mengernyit.
" Om mau kemana?" tanya Ratih, jarang jarang ia bertanya pada Pamungkas.
" Mau kemana? tentu saja ikut denganmu.." jawab Pamungkas tenang, ia melangkah mendekat ke arah Ratih.
emang kamu pikir si ratih itu ga punya hati apa.....
luka karna dikhianati sama org terdekat itu susah sembuhnya, kamu malah ngerecokin si ratih mulu
slading online juga nih
istri rasa ponakan itu perlu pemahaman yang besar 😆😆