Monika (23), seorang aktris multitalenta dengan karier gemilang, harus menghadapi akhir hidupnya secara tragis, kepleset di kamar mandi! Namun, bukannya menuju alam baka, ia justru terbangun di tubuh seorang wanita asing, dalam satu ranjang dengan pria tampan yang tidak dikenalnya.
Saat matanya menyapu ruangan, ia segera menyadari bahwa dunia di sekitarnya bukanlah era modern yang penuh teknologi. Ia terjebak di masa lalu, tepatnya tahun 1990! Sebelum sempat memahami situasinya, penduduk desa menerobos masuk dan menuduhnya melakukan dosa besar: kumpul kebo!
Lebih parahnya lagi, tunangan asli pemilik tubuh ini datang dengan amarah membara, menuntut pertanggungjawaban. Monika yang dikenal mulut tajam dan suka tawuran harus mencari cara untuk keluar dari kekacauan ini. Bagaimana ia bisa bertahan di masa lalu? Dan siapa sebenarnya pria tampan yang terbangun bersamanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lily Dekranasda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Masakan Pertama Lin Momo
Di seberang jalan, di dalam mobil yang diparkir rapi, duduk seorang pria dengan ekspresi datar namun sorot matanya tajam mengamati kejadian di pasar.
Yan Zhi, yang baru saja selesai mengunjungi lokasi proyek, kebetulan melewati area pasar ini. Namun, perhatiannya langsung tertuju pada sosok yang tidak asing, istrinya, Lin Momo.
Di depannya, asisten pribadinya, Zhou Qi, ikut mengamati. "Tuan, itu Nyonya."
Yan Zhi tidak menjawab, tapi matanya tidak lepas dari Lin Momo. Ia menyaksikan dengan jelas bagaimana Wu Yuan dan Xie Wen mencoba merendahkan istrinya.
Zhou Qi melirik bosnya, lalu berkomentar hati-hati, "Kelihatannya mereka mencoba menekan Nyonya, Tuan."
Yan Zhi tetap diam, tapi sudut bibirnya sedikit melengkung ketika melihat bagaimana Lin Momo membalas mereka dengan kata-kata tajam dan penuh percaya diri.
Saat Wu Yuan berkata ingin memecatnya jika diangkat menjadi direktur, Yan Zhi mengangkat alis. Ia bahkan ingin tertawa mendengar ancaman konyol itu.
"Memecatku?" Yan Zhi bergumam pelan, suara rendahnya penuh ejekan.
Zhou Qi, yang mendengarnya, tidak bisa menahan senyum kecil. "Tuan, sepertinya pria itu tidak tahu siapa Anda."
Yan Zhi hanya mendengus. Tentu saja Wu Yuan tidak tahu. Ia memang sengaja tidak banyak mengumbar identitasnya, dan di mata kebanyakan orang, dirinya hanyalah seorang pegawai di pabrik sepatu miliknya sendiri.
Namun, melihat bagaimana Lin Momo menanggapi ancaman itu dengan tenang.
Wanita itu… benar-benar menarik.
Zhou Qi, yang sudah lama bekerja untuk Yan Zhi, bisa melihat sedikit perubahan di wajah bosnya. "Tuan, apakah Anda ingin turun?"
Setelah beberapa detik, ia berkata, "Tidak perlu. Aku ingin tahu sejauh mana dia bisa bertahan sendiri."
Zhou Qi hanya mengangguk, walaupun dalam hatinya ia tahu bahwa jika Istri tuannya benar-benar mengalami masalah, bosnya pasti akan turun tangan.
Ketika mendengar Lin Momo dengan santai menghina Wu Yuan dengan mengatakan bahwa pria itu jelek, pemalas, dan tidak sebanding dengan suaminya yang tampan serta pekerja keras, Yan Zhi yang sedang duduk di dalam mobil tak bisa menahan ekspresi terkejutnya.
Sudut bibirnya terangkat sedikit, hampir seperti ingin tersenyum. Zhou Qi, yang duduk di kursi pengemudi, melirik bosnya melalui kaca spion dan mendapati ekspresi langka itu.
"Tuan, sepertinya Nyonya Lin cukup lihai memuji Anda." Zhou Qi berkomentar dengan nada bercanda.
Yan Zhi menghela napas pelan, tapi tatapannya masih tertuju pada sosok Lin Momo yang berdiri dengan penuh percaya diri di hadapan Wu Yuan.
"Hmph. Setidaknya dia punya mata yang bagus," gumamnya rendah, tapi ada sedikit rasa puas dalam suaranya.
Zhou Qi hampir tertawa, karena ini pertama kalinya ia melihat bosnya sedikit tersanjung oleh pujian seseorang. Namun, tentu saja ia menahan diri agar tidak membuat Yan Zhi berubah pikiran dan kembali memasang ekspresi datarnya.
Yan Zhi sendiri merasa aneh. Biasanya, ia tidak peduli dengan omongan orang lain, tapi mendengar istrinya dengan tegas mengatakan bahwa dirinya lebih baik daripada pria lain, entah kenapa membuat suasana hatinya sedikit lebih baik.
Untuk pertama kalinya sejak pernikahan mendadak mereka, Yan Zhi mulai berpikir bahwa mungkin… hidup dengan Lin Momo tidak akan seburuk yang ia bayangkan.
Yan Zhi kembali melihat ke arah Lin Momo yang kini sudah berbalik dan pergi dari pasar dengan langkah santai.
"Jalan." perintah Yan Zhi.
Mobil pun perlahan melaju, meninggalkan pasar.
Sementara itu, Lin Momo telah sampai di rumah. Lin Momo segera membawa kantong belanjaannya ke dapur. Ia menaruh sayuran segar, daging, dan bahan makanan lainnya di atas meja, lalu mulai mengaturnya dengan rapi.
"Baiklah, pertama-tama aku harus menyimpan semua ini agar tidak cepat rusak," gumamnya sambil mulai memilah-milah belanjaannya.
Ia memasukkan sayuran ke dalam wadah bambu yang ada di sudut dapur, lalu menaruh daging di dalam lemari penyimpanan yang tersedia. Setelah itu, ia merapikan bumbu dapur dan bahan-bahan lainnya agar mudah ditemukan saat memasak nanti.
"Sudah selesai di dapur, sekarang saatnya ke kamar."
Lin Momo membawa kantong belanjaannya yang berisi pakaian, kosmetik, dan beberapa barang perawatan tubuh ke dalam kamar.
Saat membuka lemarinya, ia hanya bisa menghela napas pelan. Pakaian lama yang ada di dalamnya benar-benar terasa kuno. Baju dengan motif bunga besar dan warna mencolok hampir memenuhi lemari. Ia sempat terkikik melihat koleksi pakaian ini.
"Tidak heran orang-orang tadi memuji penampilanku setelah aku mengganti baju. Sepertinya, aku memang harus memperbarui isi lemariku sedikit demi sedikit," pikirnya sambil menggantung pakaian baru yang dibelinya.
Setelah pakaian selesai ia susun, ia beralih ke meja rias. Ia duduk di depan cermin dan mengeluarkan kosmetik serta produk perawatan yang baru dibelinya.
"Akhirnya aku bisa mulai merawat kulitku lagi," ujarnya dengan senyum kecil.
Ia mengambil salah satu produk perawatan kulit dan membaca instruksinya. "Harus rutin menggunakannya kalau ingin hasilnya cepat terlihat. Tidak bisa instan, tapi aku yakin dalam beberapa minggu wajahku akan jauh lebih baik."
Ia menyusun kosmetiknya dengan hati-hati di atas meja rias, memastikan semuanya teratur dan mudah dijangkau. Setelah itu, ia membuka salah satu bedak yang dibelinya dan mengusap sedikit ke punggung tangannya.
"Hmm, warnanya lumayan cocok. Bisa kupakai saat keluar nanti."
Setelah selesai merapikan barang-barangnya, ia berdiri dan meregangkan tubuhnya sedikit.
"Oke, semuanya sudah beres. Sekarang saatnya memasak makan malam," katanya sambil melangkah ke dapur dengan semangat.
Lin Momo bergegas ke dapur dan menggulung lengan bajunya. Hari ini, ia akan memasak sesuatu yang berbeda. Meskipun makanan tahun 1990-an masih sederhana, tapi ia memiliki ide untuk memasak hidangan yang belum begitu populer di zaman ini.
"Aku kan pernah belajar memasak selama lima bulan untuk peran di film dulu. Harusnya aku bisa membuat sesuatu yang spesial," katanya penuh semangat.
Ia mengambil bahan-bahan yang dibelinya tadi dan mulai memikirkan menu. Setelah berpikir sejenak, ia tersenyum. "Baiklah, aku akan membuat ayam goreng renyah dengan saus asam manis, sup jagung, dan tumis sayur."
Tanpa membuang waktu, ia mulai menyiapkan bahan-bahan.
Saat sedang memotong ayam, ia berbicara pada dirinya sendiri. "Dulu aku tidak terlalu suka memasak. Tapi setelah syuting film jadi koki, aku jadi terbiasa. Sialnya, sutradara selalu menyuruhku mengulang adegan memotong bahan berkali-kali, sampai aku hampir menangis. Tapi lihat sekarang, keahlian itu ternyata berguna juga di sini."
Setelah ayam dipotong, ia merendamnya dengan bumbu sederhana lalu menyiapkan adonan tepung. "Aku yakin suamiku pasti belum pernah mencoba ayam goreng seenak ini."
Setelah itu, ia mulai memasak saus asam manis. Bau wangi segera memenuhi dapur.
"Hmm… Harumnya menggoda sekali! Ini pasti enak."
Saat menunggu ayamnya matang, ia mulai memasak sup jagung. Ia mengingat cara membuatnya dari pengalaman masa lalunya.
"Kalau aku bisa memasak makanan enak setiap hari, mungkin suamiku akan semakin betah di rumah," ujarnya dengan senyum kecil.
Tidak butuh waktu lama, semua hidangan sudah siap di meja makan. Lin Momo tersenyum puas melihat hasil masakannya.
"Bagus! Sekarang aku hanya perlu menunggu suamiku pulang."
Ia melirik jam di dinding. "Hm… kira-kira kapan dia akan pulang ya? Aku lupa menanyakan jadwal kerjanya."
Sambil menunggu, ia membersihkan dapur dan mencuci tangan.
menantu idaman bangettt... 😁