( Zona Cinta Manis )
Midea Lestari harus menelan pil pahit ketika difitnah sudah menabrak seorang wanita yang tengah hamil besar hingga tewas. untuk menebus kesalahan yang bukan karena perbuatannya, ia harus mendekam di balik jeruji besi dan merelakan masa depannya.
Satu bulan mendekam dipenjara, akhirnya Dea dibebaskan karena keluarga korban membayar jaminan untuknya. sebagai gantinya Dea terpaksa menikah dengan Shady Hutama, duda tampan yang istrinya tewas dalam kecelakaan itu. Dea menjadi ibu pengganti untuk putri Shady yang bernama Naura.
Bagaimana lika liku kehidupan rumah tangga Shady dan Dea? Apakah Dea bisa meruntuhkan kerasnya hati Shady yang selalu menaruh dendam padanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon pinkanmiliar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
02 - Masa Depan Berakhir
Dea membuka matanya dan mendapati dirinya berada di sebuah ruangan yang serba putih. Ia ingat jika dirinya baru saja mengalami kecelakaan bersama sahabatnya, Shezi.
Dea mengerjapkan matanya. Ia menatap sekelilingnya. Seorang perawat datang menghampirinya.
"Nona, kau sudah sadar?" Tanya perawat itu yang diangguki oleh Dea.
"Saya akan panggilkan dokter!" Perawat itu pergi dari ruangan itu dan memanggil seorang dokter.
Tak lama seorang dokter datang dan memeriksa kondisi Dea. Lukanya tidak begitu parah. Hanya sebuah luka benturan di pelipis sebelah kiri.
"Jika kau sudah merasa lebih baik, kau bisa bangun, Nona." Dokter itu kemudian meninggalkan Dea.
Dea yang masih terlihat lemah seketika terbangun kala mengingat tentang apa yang terjadi dengannya tadi. Ia ingin menemui Shezi dan mencari tahu bagaimana kabar sahabatnya itu. Lalu, bagaimana juga dengan korban yang ada di mobil yang di tabrak oleh Shezi?
Semua hal itu membangkitkan rasa keingintahuan Dea yang berjalan dengan tertatih. Dea keluar dari ruang IGD dan melihat beberapa petugas polisi berdiri tak jauh dari sana.
Dea masih berdiri mematung ketika semua orang kini menatapnya.
"Itu dia yang sudah membunuh istri saya!" Seorang pria berpakaian jas rapi menunjuk Dea dengan suara lantangnya.
Dea yang kebingungan hanya bisa menggelengkan kepalanya. Seorang petugas polisi menghampiri Dea.
"Apa benar Anda yang bernama Midea Lestari?"
"I-iya." Dea amat gugup karena pria berjas itu terus menatapnya.
"Maaf jika kami harus memberitahu Anda akan hal ini mengingat kondisi Anda baru saja sadarkan diri."
"Ti-tidak apa, Pak. Se-sebenarnya ada apa ya, Pak?" Akhirnya Dea memberanikan diri bertanya.
"Apa Nona ingat telah mengalami kecelakaan?"
"I-ingat. Teman saya yang mengemudi. Dia menabrak sebuah mobil. Lalu, bagaimana dengan kondisi orang yang ada di mobil itu, Pak?"
Petugas polisi itu hanya bisa menghela napas karena sepertinya Dea masih bingung dengan yang terjadi.
"Mobi yang Anda tabrak adalah milik Nyonya Nola Hutama. Dan mereka adalah keluarganya."
Dea melirik kearah pria berjas tadi dan seorang wanita paruh baya yang sedang menangis.
"Nyonya Nola meninggal dunia dalam perjalanan ke rumah sakit."
Dea menutup mulutnya tidak percaya. Ia menggeleng kuat dan ikut menangis. Ia ikut merasakan apa yang sedang dirasakan oleh keluarga korban.
"Nona Midea, Anda harus ikut kami ke kantor. Anda ditahan atas tuduhan kelalaian yang menyebabkan kematian. Anda sudah menyetir tanpa mengindahkan rambu-rambu lalu lintas. Dan menyetir dalam kecepatan yang cukup tinggi. Silakan ikut kami!"
"Tidak! Bukan saya yang menyetir mobil itu! Teman saya yang mengemudi, Pak!" Dea mencoba membela diri.
"Silakan jelaskan di kantor saja, Nona. Kami hanya melaksanakan perintah. Mari!"
Dea masih tak percaya dengan apa yang terjadi saat ini. Ia berharap jika semua ini adalah mimpi dan ia akan segera bangun.
Dea menatap kedua orang yang masih berdiri disana dan menatapnya tajam.
"Bawa dia dan hukum seberat-beratnya!" Ucap pria itu dingin kepada Dea.
"Dia sudah membuat putriku kehilangan ibunya. Maka dia juga harus kehilangan masa depannya," lanjut pria itu.
Dea yang akan melangkah bersama dengan petugas polisi tiba-tiba berbalik badan dan menghampiri kedua orang itu.
"Bukan aku pelakunya! Bukan aku yang menabrak mobil istrimu!" Dea memegangi tangan pria itu dan memohon.
"Tolong percaya padaku! Aku tidak melakukannya! Aku bahkan tidak bisa menyetir. Tolong percaya padaku, Tuan!" Dea memohon dengan mata yang sudah digenangi oleh air mata.
Pria bernama Shady Hutama itu menepis tangan Dea. "Bawa dia, Pak! Kau harus menanggung semua akibat dari perbuatanmu. Bersiaplah!"
Dea menggeleng kuat. Kedua petugas polisi memegangi lengan Dea dan membawanya keluar.
Shady menatap dengan penuh amarah kepergian Dea.
"Shady..." Suara lembut ibunda Shady membuatnya menoleh.
"Iya, Ibu"
"Ibu rasa gadis itu bukanlah pelakunya," ucap wanita paruh baya bernama Nilam.
Shady tertawa sinis. "Mana ada maling yang mengaku. Kita lihat saja nanti apakah benar dia pelakunya atau bukan!"
#
#
#
Sudah tiga hari Dea berada di kantor polisi. Sejak itu pula Dea tidak pernah bicara apapun selain pembelaan dirinya yang tidak bersalah.
Dea sudah menjelaskan semuanya jika yang menyetir mobil itu adalah Shezi, sahabatnya. Namun ternyata pihak kepolisian memiliki jawaban lain.
"Sahabat Anda bernama Shezi Kalendra? Beliau sudah memberikan keterangan kepada pihak penyidik. Beliau bilang Anda yang memaksa untuk meminjam mobil terbaru miliknya."
Bahkan ketika Dea meminta untuk bertemu dengan Shezi, sebuah fakta mengejutkan kembali ia dapatkan.
"Nona Shezi tidak berada di Indonesia. Saat kecelakaan itu terjadi, beliau sedang bersiap untuk berangkat ke luar negeri. Semua hal terkait keberangkatannya sudah kami konfirmasi, dan itu memang benar."
Tubuh Dea melemas ketika mendengar semua hal mengenai Shezi.
"Apa ini Shezi? Apa kau yang melakukan semua ini? Tega sekali kau membuatku harus kehilangan masa depanku. Aku harus mengubur dalam-dalam impianku!" Batin Dea menangis menjerit dengan tangan terkepal.
"Nona, sebaiknya Anda mengaku saja. Dengan begitu, hukuman Anda bisa lebih ringan."
Dea menatap seorang petugas yang memintanya mengaku.
"Saya tidak akan mengakui hal yang tidak saya lakukan! Sampai kapanpun saya tidak akan mengakuinya karena saya bukan pelakunya!" teriak Dea dengan kemarahan yang terlihat jelas di matanya.
Sementara itu di ruangan berbeda, ternyata Shady mendengar teriakan Dea. Shady menggertakkan giginya mendengar teriakan Dea.
"Bagaimana ini, Tuan?" tanya seorang petugas kepada Shady.
"Tetap proses seperti yang seharusnya. Aku yakin dia pasti akan mengaku suatu saat nanti. Jika dia tidak mau mengaku pun, semua bukti tetap mengarah padanya, dan hanya dia saja pelaku utamanya!" ucap Shady dengan sorot mata tajamnya.
#
#
#
Satu bulan telah berlalu, putri Shady dan Nola yang selamat dari kecelakaan maut itu kini di rawat oleh sang nenek, Nilam. Sejak lahir Naura sebenarnya bukanlah seorang bayi yang rewel dan suka menangis. Namun entah kenapa akhir-akhir ini Naura sering menangis hingga Nilam tidak bisa lagi menenangkan bayi mungil itu.
"Ada apa denganmu, Nak? Apa kau merindukan ibumu?" ucap Nilam sambil menggendong cucunya.
Hingga Shady kembali dari kantor, Naura masih terus menangis.
"Ada apa, Bu? Kenapa Naura menangis?" tanya Shady yang ikut khawatir.
"Ibu juga tidak tahu, Bang. Ibu sudah memberinya susu tapi dia tidak mau. Ibu menyerahkannya kepada perawat, tapi malah tangisnya makin kencang."
Shady nampak berpikir. "Kemarikan, Bu! Biar Shady gendong."
Shady menengadahkan tangannya dan bersiap menerima baby Naura. Dan benar saja, tangis bayi mungil itu langsung terhenti ketika mendapat dekapan hangat dari sang ayah.
"Sepertinya dia merindukan papanya," gumam Nilam.
"Kau harus banyak menghabiskan waktu dengan putrimu, Bang. Kasihan Naura. Dia sudah kehilangan mamanya, apa dia juga harus kehilangan papanya?"
Kalimat Nilam membuat Shady terhenyak. Ia sadar jika sejak kelahiran Naura, ia makin menyibukkan diri dengan pekerjaan agar bisa melupakan rasa sakitnya karena ditinggal sang istri.
"Bang, apa tidak sebaiknya kamu menikah lagi? Berikan seorang ibu untuk Naura. Kasihan putrimu jika dia harus tumbuh tanpa kasih sayang seorang ibu."
"Tidak ada yang bisa menggantikan Nola, Bu."
"Ibu tahu. Tidak ada yang seperti Nola. Tapi pikirkan masa depan Naura."
Shady nampak berpikir sejenak. "Jika ada yang harus bertanggung jawab untuk semua yang terjadi terhadap Naura, maka ... hanya ada satu orang yang harus menebusnya."
"Eh? Siapa maksudmu, Bang?" Nilam tampak mengernyitkan dahinya.
"Gadis itu! Dia yang harus bertanggung jawab atas apa yang terjadi dengan Naura!"
dan yg mengirim bunga ke makam nola adalah rasya.
ceritanya bagus