Gagal menikah dengan calon tunangannya tidak membuatnya putus asa dan tetap kuat menghadapi kenyataan.
Kegagalan pertunangannya disebabkan karena calon suaminya ternyata hanya memanfaatkan kebaikannya dan menganggap Erina sebagai wanita perawan tua yang tidak mungkin bisa hamil.
Tetapi suatu kejadian tak terduga membuatnya harus menikahi pemuda yang berusia 19 tahun.
Akankah Erina mampu hidup bahagia dengan pria yang lebih muda darinya??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fania Mikaila AzZahrah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 8
Perjalanan mereka lanjutkan menuju salah satu butik ternama yang menjadi langganan kelurganya selama ini.
“Apa Mbak nggak menyesal telah menyetujui permintaan orang-orang di kampung?” Tanyanya Akmal.
Laju kendaraannya Akmal cukup pelan karena dia ingin berbincang-bincang dengan Erina.
Erina memajukan tubuhnya agar bisa mendengar dengan jelas apa yang dikatakan oleh Akmal.
“Menyesal mengiyakan permintaan mereka untuk menikah denganmu?” Tanyanya balik Erina.
Akmal mengangguk,” iya. Secara Mbak itu cantik, wanita karir dan anak jendral pula. Masa mau nikah dengan pria begajulan, urakan dan berandalan kayak gue?”
Erina tanpa berfikir panjang langsung menjawab pertanyaan dari Akmal,” karena feeling gue kalau gue bakal bahagia bersamamu dan satu hal yang gue suka dari kamu yaitu rela menolong orang lain tanpa pandang siapa orang itu dan paling penting Lo itu ganteng.”
Akmal terkekeh mendengar kejujuran Erina,” dimana-mana semua perempuan itu mengutamakan wajah calon suaminya yang wajib ganteng. Gue kira Mbak punya kriteria lain mungkin.”
“Gue pasti lihat dari masa depan pria itu juga, gak munafik gue cari pria yang punya pekerjaan tetap tapi gak meski kerjaannya yang mentereng banyak duit yang terpenting tiap bulan bisa nikmatin uang suami,” Erina berbicara sambil memperhatikan jalan yang dilaluinya.
“Berarti gue kudu nih cari kerjaan, kalau enggak gue bakal ditembak dor,” candanya Akmal.
“Nggak mungkin lah gue menembak suami gue, bisa-bisa jadi janda gue nantinya,” Erina pun bercanda.
Berselang beberapa menit kemudian…
Mereka sudah berada di dalam ruangan butik dan sudah bertemu dengan pemiliknya.
“Masya Allah nak kamu cantik banget memakai gaunnya,” pujinya Bu Laudya sang pemilik butik.
Erina tersenyum tipis,” Tante terlalu memuji padahal aku belum makeup.”
“Kamu tanpa makeup sekalipun tetap cantik Nak, betapa beruntungnya calon suamimu mendapatkan wanita kayak kamu sudah cantik, karir bagus, terpelajar, baik hati dari keluarga terpandang lagi intinya bibit bebet bobot sudah terpenuhi semuanya,” pujinya panjang lebar Bu Laudya.
Erina hanya tersenyum simpul mendengar perkataan dari Bu Laudya. Erina berjalan ke arah Akmal yang duduk di ruang tunggu sambil memainkan ponselnya.
“Sayang, gue cocok nggak pake gaun pengantin yang ini?” Tanyanya Erina sambil berlenggak lenggok di depan Akmal layaknya peragawati.
Akmal mendongak menatap Erina tanpa berkedip sedikitpun,” subhanallah cantiknya,” ceplos Akmal tanpa disengaja.
Erina tertawa mendengar perkataan bernada pujian dari calon suami brondongnya,” thanks ayangku.” Erina mengerlingkan matanya.
Akmal malahan yang jadi salah tingkah karena ucapan spontannya yang tanpa disadarinya meluncur begitu saja dari bibirnya.
“Hemph! Pilih itu saja,” ucapnya Akmal yang sok cool padahal tersipu malu-malu.
“Kalau gitu, gue temenin kamu ke dalam untuk cobain jasnya apa sudah cocok atau perlu dipermak lagi,” Erina tak segan-segan merangkul pinggangnya Akmal.
Erina lebih agresif dan tidak jaim-jaim kalau berduaan dengan Akmal padahal dengan mantan tunangannya dulu tidak seperti ini. Erina lebih menjaga jarak dengan Dzaky padahal mereka itu pacaran.
Karena rasa nyaman yang dirasakannya bersama dengan Akmal sehingga sikapnya Erina terhadapnya terkesan natural, alami tanpa dibuat-buat.
Memang kenyataannya belum ada rasa cinta yang tumbuh di dalam hati mereka, tetapi tidak pernah terang-terangan menunjukkan rasa itu di depan orang lain.
Sehingga orang-orang menganggap hubungan mereka bukan hanya sekedar pernikahan paksa yang akan mereka jalani, tapi karena dasar cinta yang telah berakar di dalam sanubari mereka.
Akmal berputar-putar berulang kali di depan cermin besar untuk memastikan penampilannya tidak mengecewakan memakai pakaian pengantinnya.
“Semoga penampilanku gak kelihatan aneh, sejujurnya baru kali ini gue pakai pakaian resmi gini,” gumamnya yang tidak percaya diri dengan penampilannya.
Akmal berjalan ke arah luar sambil sesekali memperbaiki kancing jas tuxedo warna putih yang dipakainya. Dia insecure dengan penampilannya sendiri padahal Akmal ini cakep dan memiliki tubuh yang atletis.
Erina yang membaca sebuah majalah male edisi khusus itu mendongak setelah menyadari Akmal sudah berdiri di depannya tanpa berani bersuara.
Erina terpesona melihat penampilan Akmal yang selalu berubah-ubah sesuai dengan pakaian yang dipakainya. Bunglon kali yah Bu polwan hehehe.
“Masya Allah gantengnya calon imam masa depan gue, calon papa dari anak-anak gue,” pujinya Erina sontak berdiri dari duduknya sambil berjalan ke Akmal.
“Gue sudah insecure duluan loh Mbak, gue kirain kelihatan aneh make baju ginian,” Akmal menggaruk kepalanya yang tidak ketombean apalagi kutuan.
Raut wajahnya memerah, telinganya pun ikut memerah mendapatkan pujian dari calon istrinya.
Erina selalu menyukai reaksinya Akmal,” unyu-unyu banget calon suamiku. Gue demen lihat kamu seperti ini.” Erina reflek mengecup pipinya Akmal yang putih mulus layaknya pemuda yang rajin perawatan.
Akmal semakin grogi dan nervous karena ucapannya Erina yang selalu terkesan frontal dan blak-blakan.
“Masa sih gue ganteng? Nggak percaya,” elaknya Akmal.
Erina meraih ponselnya Akmal kemudian mengarahkan kameranya ke arah wajah mereka berdua.
“Kita ambil foto yah, supaya Lo lihat langsung buktinya,” Erina membidik kamera ponselnya terarah ke wajah mereka.
Jepret!!
“Senyum dong hubby,” Erina mendempetkan pipinya Akmal.
Erina mengambil beberapa gambar yang menurutnya menarik dan bagus. Akmal manut saja, ketika diarahkan untuk bergaya seperti yang diinginkan oleh Erina tanpa protes sedikitpun.
Erina pun mengecup pipinya Akmal kemudian langsung mengabadikan momen tersebut dengan menggunakan kameranya.
Akmal sampai-sampai melototkan matanya karena tanpa permisi Erina langsung mencium pipinya untuk kedua kalinya.
“Hahaha! Baru cium pipi reaksinya seperti itu gimana kalau gue langsung cium bibirnya,” candanya Erina.
Akmal mengalihkan pandangannya ke arah lain karena benar-benar dalam posisi yang sungguh membuatnya tidak pede dan canggung.
Akmal berjalan ke arah dalam ruang ganti, Bu Laudya senyum-senyum melihat kedekatan keduanya yang sama-sama jaim-jaim tapi terkadang agresif juga.
Bu Laudya tergeleng-geleng, “Anak muda jaman sekarang,”
Erina memainkan ponselnya Akmal dan iseng memposting foto mereka berdua di sosial medianya Akmal.
Caption,”Cakepnya calon imamku.”
Sedangkan di tempat lain yang jaraknya cukup jauh dari hiruk pikuk kota Jakarta.
“Bunda!” Teriak seorang perempuan muda sambil berlari ke arah belakang rumahnya dimana terdapat kebun buah dan sayuran.
Perempuan paruh baya yang dipanggil bunda itu segera berdiri ketika melihat putrinya berteriak-teriak sambil berlari ke arahnya.
“Astaghfirullahaladzim apa yang terjadi padamu Nak?” Tanyanya Bu Ulfa sambil melepas kaos tangannya.
Perempuan itu berhenti berlari ketika sudah berada di depan bundanya sambil mengatur nafasnya yang ngos-ngosan.
“Coba lihat bunda,” pintanya Arsyila yang tidak lain adalah kakaknya Akmal.
Bu Ulfa langsung mengambil hp putrinya kemudian memperhatikan layar ponselnya.
“Apa dia calon istrinya adikmu?” Tanyanya.
Arsyila mengangguk,” benar banget Bunda, cantik yah calon adik ipar. Tapi, katanya Shaka calon istrinya sudah tua usianya 33 tahun kan, tapi kalau dilihat di sini wajahnya seumuran dengan Shaka masih kayak remaja pula, malahan lebih tuaan wajahku,”
Arsyila malu-malu membandingkan wajahnya dengan calon adik iparnya.
“Kamu juga cantik sayang gak kalah dengan calon mantunya Bunda kok,”
“Aku nanti bertanya langsung dia pakai apa kok wajahnya awet muda banget dibandingkan dengan usianya,”
“Mungkin dia bukan calon istrinya yang kebetulan berfoto dengan adikmu,” sanggahnya karena tidak mengenali Erina yang wajahnya polosan tanpa polesan make up apapun.
“Kalau bukan calon istrinya yang bernama Erina terus siapa dong? Apalagi mereka memakai gaun pengantin, bukannya bunda sudah pernah lihat langsung waktu lamaran,” Arsyila masih memandangi dengan lamat wajah Erina.
Bu Ulfa mengingat-ingat wajahnya Erina,”mereka sama-sama cantik cuman waktu acara lamaran calon iparmu itu di-make up sedangkan yang ini ga pakai apapun lebih natural,” jelasnya Bu Ulfa.
“Adikku beruntung banget dapet cewek secantik ini, kerjaan dan karir bagus cantik tetangga sono lewat,” ujarnya Arsyila.
Bu Ulfa melanjutkan pekerjaannya memetik sayuran tetapi kedatangan beberapa orang di rumahnya kembali menghentikan kegiatannya.
“Apa maksud kalian sebenarnya!? Bukannya Akmal Amelio Arshaka putra kalian sudah dijodohkan dengan putriku Nafisah kenapa malah akan menikah dengan perempuan lain yang ada di kota!” ucap seorang pria dengan nada membentak.