Kinara yang menjadikan Geffie sang suami sebagai panutan lantas harus di hadapkan dengan kenyataan terpahit yang menuntun dirinya membuka tabir kepalsuan yang di sembunyikan oleh suaminya selama ini.
Hati perempuan mana yang tak runtuh ketika melihat suami yang begitu penyayang dan penuh kehangatan, ternyata berselingkuh dengan sahabat dekatnya sendiri tanpa rasa bersalah sedikitpun.
Ketika rasa terjatuh karena perselingkuhan suaminya semakin menusuk hatinya, Kinara dipertemukan dengan seseorang yang mempunyai luka yang sama dengannya.
Mampukah seorang Kinara memperbaiki segalanya? akankah segala hal yang mereka lalui berakhir dengan kandas? atau malah berlabuh ke lain hati?
Ikuti terus kisahnya hanya di sini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon senja liana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menggali luka sendiri
Di sebuah mansion milik pengusaha batu bara terkenal di negara Indonesia maupun mancanegara.
"Pagi" sapa Nabila sambil menuruni satu persatu anak tangga.
Mendengar suara istri tercintanya Kafeel Hafizhan Adhitama atau yang akrab di panggil Kaf tersenyum menanggapi sapaan istrinya. Nabila melangkah cepat menuju ke arah Kafeel berada lalu mencium pipinya dengan manja.
"Apakah sarapannya enak sayang?" tanya Nabila sambil mengambil duduk di sebelah Kafeel.
"Ya tentu, lebih enak kalau kamu yang masak." ucapnya dengan nada yang memohon.
"Nanti ya sayang kapan kapan aku akan masak khusus untuk kamu." ucap Nabila sambil tersenyum. "Oh ya sayang aku hari ini akan ada jadwal pemotretan di luar kota mungkin esok baru pulang." ucapnya sambil memakan roti lapis yang tersedia di meja makan.
Mendengar ucapan istrinya, ekspresi wajahnya perlahan berubah menjadi tak terbaca, tak ada tanggapan apapun yang keluar dari mulut Kafeel membuat Nabila lantas menatap ke arahnya.
"Ayolah sayang ini hanya pekerjaan, apa kamu akan melarang ku? kamu kan sudah janji kalau kita menikah kamu tidak akan pernah mencampuri urusan pekerjaan ku." ucap Nabila dengan nada yang merajuk.
Melihat hal itu lagi lagi hati Kafeel luluh, ia lantas menghela nafasnya panjang kemudian mengangguk sekilas tanda setuju.
"Pergilah" ucap Kafeel pada akhirnya.
"Yei love you sayang aku jalan dulu ya." ucap Nabila bangkit dan langsung memeluk Kafeel dari arah samping kemudian menciumnya setelah itu melangkahkan kakinya pergi untuk bekerja.
Kafeel menatap punggung istrinya hingga menghilang dari pandangannya, ia kemudian mengambil ponselnya dan mendial nomor Rendi di sana.
"Halo bos, ada yang bisa saya bantu?" tanya Rendi.
"Ikuti kemana Nabila pergi kali ini." ucapnya dengan nada yang dingin.
"Baik bos"
******
Sementara itu di kediaman Geffie dan juga Kinara.
Geffie mengeratkan pelukannya pada Kinara, seakan tidak ingin lepas dari istrinya. Kinara diam sama sekali tidak merespon sentuhan Geffie dan berpura pura tidur.
"Apa kamu tidak mau bangun sayang? Delisha pasti akan mencari mu nanti." ucapnya kemudian mengecup rambut Kinara lalu bangkit dan melangkah pergi ke kamar mandi.
Setetes air mata kembali lolos dari sudut mata Kinara, bagaimana bisa suaminya berakting dengan begitu sempurna seperti ini? apa selama ini Geffie selalu menganggap Kinara seorang penonton yang bodoh? ya mungkin kata bodoh tepat untuk seorang Kinara yang selalu saja diam walau mengetahui perselingkuhan suaminya.
Kinara bangkit dan menatap ke arah pintu kamar mandi dengan tatapan yang sendu, ditatapnya sekeliling kamarnya, bayang bayang kenangan indah terukir di sana di setiap sudut kamar, di saat Kinara membayangkan hal hal tentang kenangan indah pandangannya terhenti pada jas suaminya yang tergeletak di sofa. Kinara bangkit dan melangkah mendekat ke arah jas tersebut.
Dirogohnya saku jas suaminya mencari apakah ada sesuatu di sana, ketika ia merogoh saku jas sebelah kiri ia menemukan sebuah struk belanjaan, awalnya ia hanya mengira struk belanjaan biasa namun ketika melihat kata kata yang tertera dalam struk itu lagi lagi hati Kinara mencelos.
"Bukankah ini merk sebuah ******?" ucapnya secara spontan hingga tak sengaja menjatuhkan jas dan struk belanjaan yang dipegangnya barusan karena mendengar suara pintu kamar mandi terbuka.
Dengan gerakan yang cepat Kinara lantas berjongkok sambil meremas struk itu dan mengambil jas milik Geffie.
"Kamu sudah bangun?" ucap Geffie dari arah kamar mandi dengan hanya memakai handuk sepinggang saja.
"Ya mas, semalam pulang jam berapa?" tanyanya dengan nada yang sedikit bergetar.
"Tengah malam" jawabnya sambil berjalan ke arah walk in closet untuk mengambil pakaian.
"Kenapa tidak membangunkan Ara mas?" tanyanya sambil berjalan mendekat ke arah suaminya untuk membantu memilih pakaian.
"Kamu tertidur dengan nyenyak, aku tidak tega membangunkan mu."
Baru beberapa langkah ketika jarak semakin dekat Kinara lagi lagi dibuat terkejut dengan bekas merah di punggung suaminya yang tentu saja Kinara tahu apa arti bekas itu.
"Kamu beli parfum baru mas? kenapa aku tidak pernah tahu?" pancing Kinara.
Geffie yang tengah melihat ke arah cermin lantas terdiam kala mendapat serangan mendadak dari istrinya.
"Mati aku! ini pasti aroma parfum dia." ucapnya dalam hati. "Ya aku baru membelinya, namun tertinggal di kantor kemarin, nanti aku akan membawanya pulang aku yakin kamu pasti juga akan suka wanginya." ucap Geffie beralasan.
"Boleh" ucap Kinara namun masih sambil terus menatap ke arah bekas merah di punggung suaminya.
Geffie yang memang sedang menatap ke arah cermin lantas mengerutkan keningnya bingung karena menatap ekspresi wajah Kinara dari cermin.
"Ada apa?" tanyanya dengan penasaran. "Ra? Kinara?" panggilnya lagi karena tidak mendapat jawaban apapun dari Kinara.
"Eh iya mas?"
"Aku tanya ada apa kamu menatap ke arah ku hingga seperti itu?"
Kinara lantas mendekat kemudian menyentuh pelan punggung Geffie yang terdapat bekas merah.
"Kenapa dengan punggung mu?" ucap Kinara kemudian.
Mendengar hal itu Geffie lantas berbalik untuk melihat punggungnya di cermin.
"Apa apaan dia? bukankah aku sudah memintanya untuk tidak meninggalkan bekas?" ucapnya dalam hati sambil berpikir dan mencari alasan agar Kinara tak curiga. "Oh ini kemarin punggungku terbentur meja sedikit ketika aku mengambil pulpen yang jatuh." ucapnya kemudian.
"Apa kamu yakin?"
"Iya"
"Kamu pikir aku bodoh mas, tidak bisa membedakan mana luka benturan dan mana bekas bercinta." ucapnya dalam hati.
******
Sementara itu di sebuah ruang kerja milik Kafeel, terlihat Kafeel tengah duduk di kursi kebesarannya sambil menyesap rokok menunggu kabar dari Rendi. Tidak berapa lama sebuah notifikasi chat nampak terdengar dari ponsel milik Kafeel.
Dengan raut wajah yang datar perlahan Kafeel membuka isi chat tersebut, ia lantas tersenyum miring kala melihat berbagai foto Nabila dengan seorang laki laki masuk ke sebuah kamar hotel dengan langkah yang mesra, tidak hanya itu Rendi juga melaporkan bahwa pemotretan yang di katakan Nabila tadi pagi hanyalah sebuah kebohongan semata.
"Wah wah wah kelakuanmu benar benar tidak berubah sama sekali ya... dan bodohnya aku selalu saja diam meski tahu kebusukan mu itu. Cinta ya... persetan dengan cinta! nyatanya hanya cintaku yang tetap sama." ucap Kafeel dengan sesekali tertawa seperti tengah menertawakan kebodohannya sendiri.
Ia kemudian melempar ponselnya hingga jatuh dan tak lagi berbentuk, ini bahkan sudah ponsel ke sekian kalinya yang ia rusak karena kesal dan muak melihat bukti perselingkuhan istrinya.
Bukankah Kafeel sedikit aneh? ia yang menggali sendiri namun ia juga yang menutup lukanya sendiri? jika sama sama pura pura buta, lalu apa bedanya dengan diam saja agar tidak mengetahui kebenaran? Bukankah Kafeel dan Kinara sama sama mencari lukanya sendiri? mungkinkah jika mereka tidak mengetahui perselingkuhan itu semua akan menjadi lebih baik?
Bersambung