NovelToon NovelToon
Cinta Di Ujung Perceraian

Cinta Di Ujung Perceraian

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Nikah Kontrak / Angst
Popularitas:34.5k
Nilai: 5
Nama Author: ainuncepenis

Terpaksa menggantikan sang kakak untuk menikahi pria yang tidak diinginkan kakaknya. Menjalani pernikahan lebih dari 3 tahun, pernikahan yang terasa hambar, tidak pernah disentuh dan selalu mendapatkan perlakuan yang sangat dingin.
Bagaimana mungkin pasangan suami istri yang hidup satu atap dan tidak pernah berkomunikasi satu sama lain. Berbicara hanya sekedar saja dan bahkan tidak saling menyapa
Pada akhirnya Vanisa menyerah dalam pernikahannya yang merasa diabaikan yang membuatnya mengajukan permohonan perceraian.
Tetapi justru menjelang perceraian, keduanya malah semakin dekat.
Apakah setelah bertahun-tahun menikah dan pada akhirnya pasangan itu memutuskan untuk berpisah atau justru saling memperbaiki satu sama lain?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 18 Semakin Dekat.

Vanisa yang merasa cukup pegal berada di atas tempat tidur. Dia bolak-balik melihat jam di ponselnya yang terus bergerak. Namun pintu kamarnya belum dibuka oleh Suster yang biasanya sudah membantu dirinya dalam persiapan banyak hal.

Vanisa yang menggerakkan tubuhnya yang mencoba untuk duduk dan akhirnya bisa dengan dia bersandar di kepala ranjang. Hanya melakukan hal seperti itu saja sudah membuat dia ngos-ngosan.

Tiba-tiba saja pintu kamar itu terbuka yang membuat Vanisa lega. Tetapi seketika dahinya mengkerutkan yang awalnya dia mengira bahwa itu adalah Suster dan ternyata Arvin.

"Hari ini Suster tidak bisa datang. Ada insiden tiba-tiba," ucap Arvin.

"Lalu aku bagaimana?" tanyanya dalam hati.

"Aku akan membantumu," ucap Arvin seolah tahu apa yang dipikirkan istrinya.

Arvin melangkah mendekati ranjang.

"Kau ingin ke atas kursi roda?" tanya Arvin.

Vanisa mengambil ponselnya dan seperti biasa dia akan mengetik untuk bisa berkomunikasi dengan Arvin.

..."Aku ingin ke toilet, banyak hal yang harus aku lakukan. Aku harus mandi, sarapan, berlatih untuk menggerakkan tubuh dan yang lain-lain. Jika tidak ada Suster aku tidak mungkin bisa melakukan semua itu," tulisnya dan memperlihatkan kepada Arvin....

"Aku tahu itu. Tetapi seperti apa yang aku katakan. Jika Suster memiliki kendala untuk tidak bisa datang dan mana mungkin juga aku memaksakannya. Untuk waktu yang sangat mendesak seperti ini. Aku juga tidak bisa langsung mencari Suster pengganti. Jadi biar aku membantumu," jelas Arvin.

Arvin mengambil kursi roda Vanisa yang berada di sudut kamar.

"Kau ingin langsung ke kamar mandi?" tanya Arvin yang membuat Vanisa menganggukkan kepala.

"Aku akan membawamu langsung," ucap Arvin yang menggendong Vanisa ala bridal style. Lagi-lagi gebrakan itu membuat Vanisa kaget. Tetapi apa yang bisa dia lakukan selain menurut saja.

Arvin membawa Vanisa ke kamar mandi dengan mendudukkan di atas kloset. Arvin yang terlihat mengecek air terlebih dahulu.

"Kamu ingin mandi di mana, di bathup?" tanya Arvin.

Vanisa menganggukkan kepala yang memang lebih nyaman untuk berendam, karena dia juga mengalami kesulitan untuk mandi menggunakan shower.

"Aku akan siapkan airnya," ucap Arvin.

Vanisa tidak merespon apapun yang membiarkan Arvin melakukan apapun yang dia mau. Sampai akhirnya air mandi itu selesai juga.

Arvin kembali menghampiri Vanisa dan memindahkan tubuh itu yang pendudukan di pinggir bathtub.

"Kamu bisa masuk sendiri?" tanya Arvin.

Vanisa menganggukkan kepala yang memang hanya tinggal menggerakkan kakinya langsung bisa terjatuh ke dalam bathtub.

"Kalau begitu mandilah! Aku akan menunggu di luar. Kamu bisa melempar pasta gigi ke pintu dan itu tandanya kamu sudah selesai mandi," ucap Arvin yang pasti tahu jika Vanisa akan mengalami kesulitan saat nanti sudah selesai mandi karena dia tidak bisa berbicara dan bagaimana memanggil Arvin.

Saat Arvin ingin pergi tiba-tiba tangan Vanisa menghentikan Arvin dengan memegang lengan itu yang membuat Arvin menoleh kembali ke arah Vanisa.

"Ada apa?" tanyanya.

Vanisa mengangkat mengarahkan pandangannya pada pakaiannya, membuka pakaiannya pasti mengalami kesulitan yang terlalu banyak menggerakkan tangan sampai ke belakang yang pasti Vanisa belum bisa melakukan semua itu.

"Kau ingin aku membantumu membukanya?" tebak Arvin.

Vanisa menelan salivanya, dia juga tidak mungkin mengatakan iya dan padahal memang itu yang dia butuhkan. Tetapi sangat tidak mungkin juga Arvin melakukan hal itu.

Arvin menghela nafas yang tiba-tiba saja membungkuk dan yang benar saja dia membantu Vanisa melepaskan pakaian itu tetapi hanya membuka bagian res yang terdapat di pakaian itu.

Arvin menurunkan lengan baju itu sedikit sampai bahu agar mempermudahkan Vanisa untuk melanjutkan.

"Apa begini sudah cukup?" tanya Arvin. Vanisa mengangguk cepat di tengah kegugupannya.

"Baiklah! Kalau begitu kamu lanjutkan. Karena tidak mungkin aku menanggalkan semua pakaianmu," ucap Arvin.

Vanisa tidak merespon dan Arvin juga tidak mengatakan apa-apa lagi yang langsung keluar dari kamar mandi.

Huhhhh

Vanisa yang terlihat menghela nafas panjang dengan memejamkan mata, jantungnya sejak tadi berdebar dengan kencang yang tidak percaya dengan tindakan Arvin.

"Astaga jadi mau sampai kapan akan seperti ini. Ternyata dengan tidak adanya Suster membuatku mengalami kesulitan," batinnya yang rasanya ingin melambaikan tangan yang sudah tidak tahan dengan situasi itu.

****

Akhirnya proses mandi Vanisa selesai juga dia juga sudah kembali ke kamar yang sekarang duduk di pinggir ranjang menggunakan jubah mandi berwarna putih.

Arvin yang membantunya Vanisa mengambilkan pakaian ganti. Vanisa tampak was-was yang melihat pergerakan tangan Arvin.

"Apa dia juga akan mengambil pakaian dalam ku," batin Vanisa dengan jantungnya berdebar semakin kencang.

Sangat tidak lucu jika saja Arvin sampai mengambilkan hal itu dan memang Vanisa harus menggantinya.

"Kamu ingin pakaian yang mana?" tanya Arvin yang menoleh ke belakang.

Vanisa mengambil ponselnya dan terlihat mengetik.

^^^"Biarkan aku melakukan sendiri, aku masih bisa mengambil pakaian ku. Kamu keluarlah dan nanti jika aku membutuhkan bantuan, aku akan memanggil kamu," tulis Vanisa.^^^

"Kamu yakin bisa melakukan sendiri?" tanya Arvin ragu yang membuat Vanisa menganggukkan kepala

"Baiklah kalau begitu," sahut Arvin yang tidak ingin memaksakan apa-apa dan langsung keluar dari kamar Vanisa.

"Kenapa dia terus berada di rumah? apa dia tidak bekerja dan apa dia akan terus membantuku sampai suster ada?" batin Vanisa dengan penuh kebingungan.

Bukan apa-apa. Dia hanya merasa canggung jika benar-benar Arvin terus saja membantunya. Jantungnya tidak akan berhenti berdetak dan mungkin akan mendapatkan permasalahan pada jantungnya jika terus dekat-dekat dengan Arvin. Vanisa juga tidak mengerti kenapa tiba-tiba saja seperti itu.

Ternyata kali ini Vanisa benar-benar bisa melakukan sendiri dan mungkin karena dia sudah banyak menggerakkan tangannya tadi pagi saat berada di kamar mandi yang sekalian mengambil waktu untuk berolahraga.

Vanisa yang sudah mengganti pakaiannya dan Arvin juga sudah kembali ke kamar itu yang membawa Vanisa dengan mendorong kursi roda Vanisa.

Arvin yang membawa ke meja makan yang ternyata sudah ada makanan di sana. Vanisa bertanya-tanya siapa yang menyiapkan makanan itu, karena di rumah itu tidak ada orang sama sekali selain mereka berdua.

"Kamu sarapanlah!" titah Arvin yang meletakkan makanan tepat di depan Vanisa.

Vanisa yang memang sudah sangat lapar menggerakkan tangannya perlahan yang mulai untuk menyendokkan makanan tersebut. Arvin memperhatikan sembari menuang air putih ke dalam gelas.

Sangat terlihat usaha Vanisa melakukan semua itu yang memang mengalami kesulitan untuk makan. Vanisa memang seperti anak yang baru saja mengalami pertumbuhan.

Arvin pasti ingin sekali membantu, tapi jika dibantu maka Vanisa tidak akan bisa melakukan sendiri dan dia tidak akan pernah bisa sembuh. Jadi tetap saja Arvin hanya memperhatikan Vanisa dan di saat Vanisa melihat ke arahnya dengan cepat Arvin mengalihkan pandangannya.

Vanisa menghela nafas berkali-kali yang begitu sangat lelah sekali.

Tingnong.

Suara bel Apartement yang berbunyi membuat mata Arvin melihat ke arah pintu. Arvin tidak mengatakan apa-apa yang langsung berjalan menuju pintu dan membuka pintu.

Tidak lama Arvin kembali dan terlihat membawa benda yang cukup berat.

"Suster kemarin memberitahu kepadaku, katanya kamu membutuhkan alat untuk berdiri. Jadi ini aku rasa paling cocok," ucap Arvin yang ternyata membelikan Vanisa tongkat.

Bersambung....

1
Teh Euis Tea
semoga mereka bisa membebaskan ayahnya vanisa dan kakek daniel
Teh Euis Tea
aku jd deg degan
Teh Euis Tea
manusia serakah menghalalkan segala cara
Bivendra
apa sih sm nek lampir nih tkt miskin? atau apa
Herman Lim
Mitha kamu bisa kerja sama dgn Angela tuh hentikan niat jahat Lala utk selama nya
Bunda HB
bilang aja nikah Sama suami mu bu Lara Saya mau, dri pda nikah Sama morgan ...,coba skt hati gk suami nya nikah lgi,
Teh Euis Tea
bu lala stressssssssssss
Teh Euis Tea
arvin mertuamu di rmhmu, ibu sambungmu yg menculiknya
Teh Euis Tea
tuhkan bu lala ternyata yg menculik bpknya vanisa dasar stres, cepat angela tol9ngin bpknya vanisa kasian dia
Teh Euis Tea
bu lala udah stress, suruh aj suamimu yg nikah lg sm angela km maukan merestui
Herman Lim
Lala apa kamu ingin dgn Angela jadi mantu mu dan utk apa kamu ambil ayah vanisa buat acaman yg ada kamu akan di penjara
mbok Darmi
ternyata dalang penculikan ayah vanisa adalah lara, kok aku penasaran banget tujuan lara ngotot pengen angela jadi menantu nya
Naufal Affiq
mitha jangan kau pikirkan omongan mertua mu itu,dia sudah gila.jadu kamu berdua saling percaya dan saling menguatkan.jadi kamu mitha harus tegas sama mertuamu itu
Bivendra
gw suka cwe model bgni tegas gx suka d manfaatkan org ayo angela bongkar kebusukan bara api itu
Herman Lim
ada dgn Lala yg begitu obsesi dgn Angela jadi mantu dia
Naufal Affiq
sudah gila ini orang,masak anak sudah menikah dan juga mempunyai anak,tetap disuruh menikah lagi,benar-benar gila
Naufal Affiq
bagus arvin kamu harus ada disamping vanisa sampai kapan pun,kamu berdua harus mendukung satu sama lainnya sebagai suami istri
Teh Euis Tea
bu lala udah stres kali ya nyuruh mohan nikah lg, menghalalkan segala cara, dasar gila
Bivendra
mertua gila harta gila kedudukan n pamor ya gini tkt x miskin, ud kaya tp masih aja merasa krg
Bunda HB
suruh nikah aja sama suami mu bu lara, dri pda nyuruh suami org nikah .
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!