"Ibumu pembunuh!"teriak Amanda.Dadanya bergemuruh.Emosinya berkobar-kobar melihat sang putri kecilnya kini meregang nyawa karena ulah mertuanya.
"Kamu mengatakan ibuku seorang pembunuh?Dia itu mertuamu!Yang berarti ibumu juga Amanda!"teriak Richard tak mau kalah.Ia tak mau ibunya dituduh sebagai pelenyap nyawa putrinya.
Amanda,seorang istri yang harus mencari nafkah karena suaminya , Richard tak mau bekerja setelah dipecat dari tempatnya bekerja.Ia harus mengasuh putrinya yang masih berusia dua bulan,namun tanpa sepengetahuan Amanda,ibu mertuanya memberikan makanan yang belum boleh dikonsumsi oleh bayi , hingga sang anak meninggal dunia.
Bagaimana kelanjutan kisahnya?Ikuti terus yuk kisah mereka🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Diandra Deanova, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
EPISODE 30
"A-aku... tidak tahu apa yang kamu bicarakan," Ibu berusaha berbohong, tapi wajahnya sudah memucat.
Perempuan itu mendekati Ibu, matanya berapi-api. "Jangan berbohong! Aku tahu semua tentang apa yang kamu lakukan.Kamu telah menghancurkan rumah tangga anakku!"
Aku terkejut, tidak mengerti apa yang terjadi. "Siapa kamu? Apa hubunganmu dengan Ibu?" tanyaku.
Perempuan itu berpaling kepadaku, wajahnya masih marah. "Aku Bu Iren . Aku tahu semua tentang apa yang kamu dan ibumu lakukan. Kamu telah membuat anakku menderita!"
Ibu berusaha berlari, tapi perempuan itu terlalu cepat. Dia menangkap Ibu dan menariknya kembali. "Kamu tidak akan bisa lari dari konsekuensi perbuatanmu!"
Aku merasa takut, tidak tahu apa yang harus kulakukan. Aku hanya bisa berdiri di sana, menyaksikan kejadian yang tidak terduga ini.
"Tolong... tolong aku," Ibu berusaha berteriak, tapi suaranya tidak terlalu keras.
Perempuan itu melepaskan Ibu, tapi tidak sebelum memberinya sebuah pandangan yang penuh dendam. "Aku akan membuat kamu membayar untuk apa yang kamu lakukan. Kamu tidak akan bisa hidup tenang lagi!"
"Apa maksudmu?Ibuku menggoda suamimu?"tanyaku.
"Bukan ibumu,tapi saudara perempuanmu."jawab Bu Iren lagi.Aku pun terkejut."Itu fitnah Bu.Aku satu rumah dengan saudaraku.Dan aku tidak pernah melihatnya bersama lelaki."jawabku.
"Fitnah katamu?Bahkan sekarang saja saudaramu itu sedang bersama menantuku!Kamu pikir aku sembarang menuduh orang!"teriak Bu Iren.
Aku benar-benar terkejut mendengar hal itu.
"Bu,coba jelaskan apa maksud dari semua ini.Tolong katakan bahwa hal itu tidak benar Bu."ucapku sambil menatapnya.Ibu terus memegang keningnya yang berdarah.
"Kamu jangan langsung percaya sama dia.Kalau saja anaknya benar,menantunya tidak akan selingkuh.Toh sekarang menantunya mau sama Arin,berarti anakku jauh lebih baik daripada anakmu"ucap ibu.
Bugh..
Sebuah telur melayang lagi tepat mengenai rambut Ibu.Bau amis menyeruak di seluruh ruangan.
"Cukup.Atau aku akan membawa kasus pelemparan ini ke ranah hukum!"teriakku ketika melihat mereka yang baru datang lagi.
"Bawa saja.Kita lihat siapa yang akan masuk penjara!"teriak salah seorang perempuan muda yang baru saja turun dari mobil.Aku menatap mereka satu per satu.
"Pergi kalian dari sini!Aku tidak menerima kehadiran kalian di sini!"usirku.Ibu meringis kesakitan.
"Aku tidak peduli sama kamu."ujar perempuan muda tersebut sambil maju dan langsung menarik tangan Ibu."Lepaskan Ibuku!"aku melangkah ke hadapan perempuan tersebut.
Plakkk..
Plakkk..
Aku mendapatkan dua tamparan di kedua pipiku.
"Kamu berteriak padaku saat ibumu bersalah?Anak sepertimu ini memang harus dikasari."tukas Bu Iren.Wajahku terasa panas.Rasanya emosiku tak dapat ku tahan lagi.
"Pantas saja suami anak ibu selingkuh,mertuanya saja seperti ini."ucapku dengan nada mengejek.Bu Iren tertawa kecil.
"Menantuku dan orang-orang seperti kalian ini memang wajib dikasari dan dikasih pelajaran."
"Oh ya,aku dengar saudaramu berhasil mendapatkan rumah dari menantuku ya."tanya Bu Iren.Aku bingung mau menjawab apa.Karena sama sekali tidak tahu menahu apa yang ditanyakan oleh ibu ini.
"Jelaslah anakku yang pantas mendapatkannya."jawab Ibu."Jadi ibu tahu semua ini?".Aku tidak habis pikir dengan jalan pikiran Ibu.Setelah Lisa,kini ia melakukannya kembali pada Mbak Arin.
"Iya sih pantas.Pantas untuk dipermalukan.Hahaha"Bu Iren tertawa lebar.
"Apa mau kalian?"tanyaku.
Bersambung..