Azura adalah gadis cantik tapi menyebalkan dan sedikit bar-bar. Dia mendapatkan misi untuk menaklukkan seorang dokter tampan namun galak. Demi tujuannya tercapai, Azura bahkan sampai melakukan hal gila-gilaan sampai akhirnya mereka terpaksa terikat dalam satu hubungan pernikahan. Hingga akhirnya satu per satu rahasia kehidupan sang dokter tampan namun galak itu terkuak. Akankah benih-benih cinta itu tumbuh seiring kebersamaan mereka?
Cover by @putri_graphic
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon D'wie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DGGM 2. Awal pertemuan
Hiruk pikuk memang sudah biasa terjadi di rumah sakit. Namun hiruk pikuk hari ini, lebih gencar dari biasanya sebab subuh tadi telah terjadi kecelakaan beruntun di sebuah jalan tol yang menyebabkan banyak korban jiwa. Akhirnya, Radika pun yang seharusnya libur hari itu, terpaksa diminta datang ke rumah sakit untuk membantu para dokter lainnya menangani para pasien yang jumlahnya tidak sedikit. Biarpun ia seorang obgyn, tetapi ia kerap diperbantukan untuk kasus dadakan seperti ini. Hari yang seharusnya Radika manfaatkan untuk bersantai ria sambil bermanja-manja dengan sang istri pun harus tersita dan tergantikan dengan melakukan banyak pemeriksaan dan pengobatan pasien korban kecelakaan.
Begitulah tugas seorang dokter, tak peduli apapun, ia harus mengutamakan tugasnya bilamana tenaganya dibutuhkan. Jadi jangan heran terkadang seorang dokter sampai abai dengan kesehatan diri sendiri akibat terlalu fokus pada tugas dan tanggung jawabnya. Alhasil, tanpa mereka sadari, tubuh mereka telah digerogoti berbagai macam penyakit. Orang awam kadang hanya bisa mencibir, dokter kok sakit padahal dokter juga manusia. Mereka tidak kebal terhadap penyakit jadi bila otak dan tenaga mereka telah terlalu diforsir, akibatnya penyakit dengan mudah berkembang.
Belum lagi mereka kerap abai dengan lelah di tubuh mereka sendiri. Jadwal tidur berkurang, makan tak tepat waktu, semua mereka lakukan demi menepati sumpah mereka, yang salah satunya membaktikan diri mereka guna perikemanusiaan. Jadi mulai sekarang hargailah para dokter.
Radika baru saja menyelesaikan tugasnya membantu rekannya mengoperasi korban tabrakan. Lalu ia segera melepas handscoon dan membuangnya di tempat sampah. Sebelum keluar ruang UGD, ia menyempatkan diri mencuci tangannya, barulah ia keluar dan menjelaskan sedikit mengenai kondisi pasien pada pihak keluarga yang telah menunggu di depan ruangan.
Setelah itu, ia pun bergegas menuju ruangannya. Tetapi baru beberapa langkah ia menjejakkan kakinya di koridor, ia berpapasan dengan seorang dokter yang sebenarnya sangat tampan bahkan paling tampan di rumah sakit itu mengalahkan dirinya, tapi sayang sifat galaknya membuat semua orang takut menyapanya kecuali dirinya yang memang sudah mengenalnya sejak zaman putih biru.
"Hai, bro! What's up man?" tanya Radika seraya menepuk pelan pundak sang dokter.
"Biasa, lagi-lagi dokter Bekti membuat emosiku rasanya naik hingga ke ubun-ubun." tukasnya penuh kegeraman.
"Lagi?" tanya Radika memastikan.
Dokter spesialis bedah bernama Arkandra itupun mengangguk.
Radika hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. Tak habis pikir dengan dokter satu itu. Dia selalu bersikap perfeksionis tapi saat pasiennya kritis, ia malah lempar tangan dan selalu berakhir di tangan Arkandra. Arkandra kadang dijuluki tangan malaikat sebab semua operasi yang ia lakukan selalu berakhir sukses padahal ia hanya melakukan sesuai prosedur dan yang paling utama ketelitian juga kehati-hatian. Dan tak kalah penting sebelum memulai segala hal harus mengucapkan bismillah.
Setelah sedikit berbincang, Radika pun masuk ke ruangannya, begitu pula dokter Arkandra. Belum sempurna pintu tertutup, tiba-tiba ada seorang gadis masuk begitu saja ke ruangan dokter Arkandra dan menutup pintunya dengan nafas tersengal. Dokter Arkandra menyipitkan matanya saat melihat gadis yang tak ia kenali itu masuk ke ruangannya seenaknya.
"Siapa kamu dan mau apa kamu di ruanganku?" bentak dokter Arkandra pada seorang gadis tak dikenalnya yang tengah bersembunyi di ruangannya dengan sorot mata tajam dan kedua tangan bersedekap di depan dada.
"Astaga dok, galak amat. Amat aja nggak segalak dokter deh." ujar gadis itu cengengesan. Lalu matanya beralih ke pintu dan mengintip ke arah luar melalui kaca.
"Kalau kamu tidak ada urusan, cepat keluar!" usirnya sambil berusaha ingin membuka pintu tapi gadis itu justru menghalanginya dengan menempelkan tubuhnya di depan pintu.
"Please dok, tolong saya, tolong selamatkan hidup saya atau saya akan mati sekarang. Dokter kan manusia paling baik hati, pasti nggak mau melihat seseorang mati apalagi karena ketidakpeduliannya terhadap sesama ya kan ya kan! tolong ya! Ya ya ya, please!" mohon gadis itu dengan kedua tangan tertangkup di depan dada.
Duk Duk Duk ...
Tiba-tiba pintu digedor dari luar. Diam-diam gadis itu mengintip ke arah luar tepatnya di depan pintu. Ia pun membelalakkan matanya saat melihat siapa orang-orang itu.
"Zura ... Azura, kami tau kamu pasti bersembunyi di dalam kan! Cepat keluar atau kau akan habis di tangan kami." pekik seseorang dari luar membuat nyali gadis itu ciut.
"Mampus aku!" umpatnya dengan mata melotot.
Sebelum pintu benar-benar terbuka, ia segera melompat ke arah dokter Arkandra. Lalu ia membelikan kedua kakinya di pinggang sang dokter , kemudian tangan kirinya ia rangkulan di pundak, sedangkan tangan kanannya ia letakkan di belakang tengkuk sang dokter lalu tanpa pikir panjang ia menarik tengkuk dokter Arkandra hingga bibir mereka menyatu bersamaan dengan pintu yang terbuka. Karena tubuhnya yang mungil dan posisi dokter Arkandra yang membelakangi pintu membuatnya tidak terlihat orang-orang.
Arkandra mencoba melepaskan ciuman itu, tetapi Azura justru makin mengeratkan rangkulannya membuat Arkandra akhirnya membiarkan saja gadis itu mengeksplor mulut dengan rakus.
Melihat adegan 18+ itu, membuat orang-orang yang memaksa meringsek masuk tadi tak enak hati. Apalagi saat dokter Arkandra melirik tajam ke arah mereka membuat nyali mereka ciut bagai kerupuk tersiram air. Mereka pun meminta maaf dan segera berlalu dari situ.
Saat mengetahui orang-orang yang mengejarnya tadi telah menjauh, gadis itu pun bernafas lega. Sadar posisinya sangat tidak mengenakkan untuk dilihat, gadis itu pun hendak melepaskan diri. Tapi belum sempat ia melepaskan diri, dokter Arkandra justru lebih dahulu menjatuhkannya hingga bokongnya bersinggungan dengan lantai.
Bugh ...
"Awh ... " ringis gadis itu. "Jahat amat sih dok jadi orang. Untung tampan kalau nggak ... "
"Kalau nggak apa?" potong dokter Arkandra cepat.
"Kalau nggak, rugi dong aku kasi ciuman pertama aku ke dokter." ujarnya cengengesan sambil mengusap bokongnya yang sakit.
"Ciuman pertama? Cih, bulshit! Keluar sekarang!" usirnya sambil menunjuk ke arah pintu.
"Ya ampuuun, tampannya! Jadi pingin cium lagi deh!" ujar gadis bernama Azura itu sambil terkekeh. "By the way, makasih bantuannya dok. Kau telah menyelamatkan hidupku. Dok, mau jadi pacar aku nggak?" imbuhnya lagi dengan mata mengerjap-ngerjap. Bagi orang normal pasti ekspresi Azura sungguh menggemaskan, tapi bagi dokter Arkandra yang galaknya na'udzubillah hal itu sungguh menyebalkan.
"Dasar gadis gila!" desisnya dengan mata melotot tajam.
"Ukh, makin gemes deh sama dokter!"
Cup ...
"Bye dokter galak tapi sayangnya tampan." ucap Azura cengengesan sambil melambaikan tangan seperti Miss universe yang melambaikan tangan pada penggemarnya.
Mata dokter Arkandra membulat sempurna dengan tangan mengusap kasar pipinya yang baru saja dicium Azura.
"Benar-benar gadis gila. Jangan-jangan dia kabur dari rumah sakit jiwa." omel dokter Arkandra bersungut-sungut.
Sedangkan Azura, kini ia tengah berlarian sambil mengendap-endap untuk menghindari orang-orang yang tadi mengejarnya. Setelah ia berada di luar, segera ia menaiki taksi yang kebetulan sedang berhenti di sana. Saat taksi telah melaju, barulah ia dapat bernafas lega. Lalu ia mengambil ponselnya dan mengetikkan pesan kepada sahabatnya yang tengah dirawat di rumah sakit. Ia mengabarkan kalau ia tidak jadi membesuk karena ada urusan mendadak.
Sebenarnya kedatangan Azura menuju rumah sakit untuk membesuk temannya yang tengah dirawat di rumah sakit. Siapa lagi kalau bukan sahabat lucknutnya, Leon. Tetapi saat baru saja memasuki taksi, ternyata ada anak buah bandot tua, julukan yang Azura berikan kepada para penagih hutang orang tuanya. Ia benar-benar tidak menyangka, orang-orang itu mengejarnya sampai ke rumah sakit. Padahal ia jatuh tempo pembayaran masih beberapa hari lagi.
"Semua itu gara-gara anak buah si bandot sialan. Huh, ya ampun, my first kiss! Kenapa gue bisa senekat itu sih? Untung cakep, klo jelek, rugi dong gue." gumamnya sambil mengusap lembut bibirnya. Ia tersenyum geli mengingat aksi nekatnya mencium seorang dokter muda yang tampan tapi sayangnya galaknya overload. Ia juga mengingat kecupan singkat yang ia berikan di pipi sang dokter sebagai kenang-kenangan. Ia pikir, pasti ia takkan pernah berjumpa lagi dengan sang dokter, tapi ia lupa , apapun bisa saja terjadi di kemudian hari. 'Semoga gue nggak ketemu lagi sama si dokter. Mau disimpan dimana muka gue kalau ketemu lagi.' batin Azura bermonolog.
...***...
...Happy reading 🥰🥰🥰...
Cerita yang lucu dan menggemaskan karakter tokoh utamanya Azura Arkan 😊😊😊