Di saat seorang pria tampan yang sedang tulus mencintai seseorang,tapi tiba-tiba saja pria tersebut di campakkan dan juga di hina oleh sang kekasih karena dirinya yang hidup serba kekurangan.
Dari situlah,dirinya memutuskan untuk tidak akan mau mencintai wanita lagi dan menutup hatinya untuk wanita manapun.Tapi belum sempat luka di hatinya sepenuhnya pulih,di saat itu juga,seorang wanita yang derajatnya sangat berbeda jauh dari dirinya yang jauh dari kata mewah,malah selalu terlibat di dalam kehidupannya dan perlahan-lahan berhasil membuka hatinya kembali.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon M.eliane, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 2
"Kalau begitu,ayo kita pulang sekarang.Dan sebentar lagi,aku pasti akan membuat kita melewati malam tahun baru ini dengan sangat romantis,sayang" ucap Erik dengan wajah yang tersenyum puas,ia sengaja ingin memanas-manaskan Sebastian yang masih sedang kesal itu.
Sedangkan Sebastian,lagi-lagi ia hanya mampu mendengkus kesal saja,karena malas mau berdebat dengan Erik.Elvan yang baru saja selesai mengelap gelas bersih itu,hanya tetap berwajah santai saja dan sedikit tersenyum karena ia sudah terbiasa melihat permandangan seperti ini.
"Sampai jumpa lagi,sobat.Ayo..."lanjut Erik lagi,sambil merengkuh pinggulnya Elisa dengan pelan.
"Tunggu dulu,sayang.Aku belum mengucapkan selamat malam tahun baru pada mereka berdua" ucap Elisa,sambil menahan langkah kakinya Erik dengan cepat.
"Selamat malam tahun baru untuk kalian berdua ya,semoga kalian berdua semakin sukses dan sehat selalu ya.Dan terutama kamu,semoga cepat mendapatkan wanita,jangan suka memilih" lanjut Elisa lagi dengan cepat,saat ia melihat Erik yang kembali ingin memanas-manaskan Sebastian lagi.
"Terima kasih Elis" jawab Sebastian dan Elvan secara bersamaan,dengan wajah yang tersenyum ke arah Elisa.
"Oke.Bye-bye,sampai jumpa besok lagi ya.Ayo,sayang" ucap Elisa lagi,dengan wajah yang tersenyum kesal,sambil menarik tubuh tingginya Erik dengan cepat,sebelum kekasihnya itu sempat berkata apa-apa.
"Hey,sayang...Apa kamu tidak bisa berjalan sedikit pelan?" tanya Erik dengan wajah yang tersenyum lucu saat ia melihat kekasihnya yang sedang menariknya dan melangkah dengan cepat,dan ia tahu betul apa penyebab kekasihnya menjadi seperti itu.
"Sobat,selamat malam tahun baru ya.Semoga malam kalian berdua lebih menyenangkan dari tahun-tahun sebelumnya" lanjut Erik lagi,dengan sedikit berteriak saat ia sudah hampir mencapai ambang pintu keluar Restoran tersebut.
Sedangkan para karyawan yang sedang berkerja dan chef dan juga rekan yang lainnya,hanya tetap mengerjakan perkerjaan mereka saja,sambil tersenyum lucu.Karena mereka semua sama seperti Elvan,sudah terbiasa melihat permandangan yang mampu membuat mereka semua terhibur seperti ini.
"Dasar.Jika saja,dia tidak aku anggap sahabat.Pasti dia sudah aku pecat,dari setahun yang lalu" ucap Sebastian dengan nada kesalnya,sambil menatap punggung lebarnya Erik dan juga punggung langsingnya Elisa.
"Kamu ini,seperti baru mengenal dia saja" ucap Elvan dengan wajah yang tertawa kecil,sambil duduk di hadapannya Sebastian.
"Rasanya,aku tidak ingin mengenalnya lagi" ucap Sebastian,masih dengan nada kesalnya tapi ia tidak serius sama perkataannya barusan,dan Elvan tahu itu.
"Kamu sendiri bagaimana? Malam tahun baru ini,kamu akan kemana?" tanya Sebastian dengan wajah santainya kembali,sambil mengalihkan pandangannya ke arah Elvan yang sudah duduk berhadapan dengannya.
"Seperti biasa" jawab Elvan dengan nada santainya,sambil menatap keluar jendela kaca Restoran tersebut.
"Bagaimana kalau malam ini,kamu ikut kami untuk merayakan malam tahun baru saja?" tanya Sebastian dengan nada seriusnya,sambil menatap jam tangannya yang sudah hampir menunjukkan pukul 23.00.
Ia sangat tahu kalau Elvan memiliki status anaknya broken home,ia juga sangat tahu kalau Elvan akan berada di Apartemennya saja malam tahun baru ini.Karena begitulah yang ia lihat selama 3 tahun ini.
"Don't worry, I'm fine.(Jangan khawatir,aku tidak apa-apa.).Lagi pula,aku sudah terbiasa" jawab Elvan dengan wajah yang tersenyum pasrah,saat ia memikirkan nasib dirinya selama ini.
Ia sudah memiliki status anak broken home dari umur 8 tahun hingga umurnya 22 tahun saat ini.Walaupun kedua orang tuanya selalu memberinya uang yang cukup dan tempat kuliah yang bagus di kota ini,tidak seperti Sebastian yang harus kuliah sambil berkerja.
Tapi nyatanya ia tidak hidup dengan bahagia,karena kedua orang tuanya hanya mementingkan diri mereka sendiri hingga dirinya harus kekurangan kasih sayang dan juga perhatian dari orang tuanya.Untung saja,selama ia berkerja di sini,ia mendapatkan beberapa rekan kerja yang baik dan seperti saudara sendiri.
"Baiklah,terserahmu saja.Tapi kamu harus ingat,kalau kamu memerlukan tempat curhat, pintu rumah kecil kami,selalu terbuka untukmu" ucap Sebastian dengan wajah seriusnya,sambil menatap ke arah Elvan.
"Baik,bro" jawab Elvan dengan wajah yang tersenyum senang ke arah Sebastian yang juga langsung tersenyum ke arahnya.
"Tentang kekasihmu......" ucapannya Elvan langsung terhenti,karena langsung di sela oleh Sebastian.
"Jangan ikut-ikutan seperti Erik lagi,dan merusak suasana hatiku lagi" sela Sebastian dengan nada malasnya,karena ia tahu apa yang akan di katakan oleh Elvan.
"Aku akan mengecek yang lainnya dulu" lanjut Sebastian lagi,dengan wajah datarnya kembali,sambil berdiri dari duduknya dan pergi dari hadapannya Elvan begitu saja.
"Aku kan hanya bermaksud baik saja,kenapa dia tidak mau mendengarku" gumam Elvan dengan nada pelan dan wajah pasrahnya yang bercampur kesal,sambil menatap punggung lebarnya Sebastian yang sudah menjauh dari pandangannya.
30 menit kemudian...
"Ayo,kita pulang" ajak Sebastian dengan wajah datarnya setelah ia sudah selesai mengatur dan juga mengecek para karyawan yang sedang sibuk bertukar shift tadi.Ia berbicara,sambil berjalan ke arah Elvan yang baru saja menyelesaikan perkerjaannya.
"Ayo" jawab Elvan dengan wajah yang tersenyum,sambil melepaskan celemek miliknya.Kemudian ia segera mengambil kunci mobilnya dan jaketnya,lalu ia sedikit berlari untuk mengejar langkah lebarnya Sebastian.
Sebenarnya malam ini ia harus lembur,ia memang akan selalu lembur pada saat hari-hari besar seperti ini dan juga pada saat Restoran tersebut di sewa untuk acara-acara tertentu.Tapi karena berkat sedikit bantuan dan belas kasihannya Sebastian,jadi malam ini ia bisa pulang untuk beristirahat lebih awal.
Tapi ia tidak meninggalkan perkerjaanya begitu saja,karena ia sudah mengerjakan dan menyediakan semua minumannya dengan baik,jadi yang lainnya hanya perlu melanjutkan apa yang sudah ia kerjakan tadi.
"Bagaimana dengan Apartemen barumu?" tanya Sebastian dengan nada santainya sambil terus berjalan ke arah motornya, dengan Elvan yang sedang merangkul pundaknya.
"Lebih nyaman,dari pada di rumah" jawab Elvan dengan wajah yang tersenyum lepas,sambil terus berjalan dan merangkul pundaknya Sebastian.
"Ya,aku rasa juga begitu" ucap Sebastian dengan wajah yang tersenyum,sambil menatap sekilas ke arah wajahnya Elvan yang berada tidak jauh dari wajahnya.
Elvan,rekan kerjanya itu baru-baru ini sudah berhasil membeli sebuah Apartemen yang berharga lebih kurang 300 juta,setelah ia sudah berhasil menjual Apartemen kecilnya yang lama itu.Dan itu semua adalah hasil dari jerih payahnya sendiri selama beberapa tahun ini.Kecuali mobil yang ia pakai tersebut,karena mobil itu hasil dari pemberian uang perbulan dari kedua orang tuanya yang telah ia kumpul selama beberapa tahun ini.
Hidupnya memang terbilang mewah,tidak seperti Sebastin yang harus membanting tulang untuk memenuhi segala kebutuhan.Tapi karena ia kekurangan kasih sayang dan perhatian di dalam rumah besar tersebut,maka dari itu ia lebih memilih untuk keluar dari dalam rumah besar itu.Dan hasil dari keputusannya itu,ia mendapatkan kasih sayang dan perhatian dari para sahabatnya.
Lalu mereka berduapun langsung tertawa kecil,sambil sedikit mengobrol ringan.
"Sampai jumpa lagi" ucap Elvan dengan sedikit menepuk-nepuk pelan pundaknya Sebastian.
"Hm" jawab Sebastiam dengan nada pelan,sambil terus berjalan ke arah motornya tanpa menatap ke arah Elvan yang baru saja melepaskan rangkulan tangannya dan sedikit berlari ke arah mobilnya.
Setelah sampai di parkiran motornya,Sebastianpun langsung menaiki motornya.Lalu iapun segera melajukan motornya dengan berlawanan arah sama Elvan yang baru saja membunyikan klakson yang di tujukan untuknya.
Sebastian melajukan motornya sambil memikirkan kekasihnya yang sampai saat ini tidak juga membalas chat darinya.Ia jadi berpikir untuk mengunjungi Apartemen kekasihnya dulu,saat ini.
Tapi belum sempat ia membelokkan setang motornya,tiba-tiba saja ia harus mengerem mendadak karena matanya menangkap sesuatu di depan jalan sana...
"Ciiittttt" terdengar suara decitan keras dari ban motornya Sebastian karena ia mengerem mendadak di saat laju motornya mencapai 60 km/jam.
"Hey,apa kamu mau mati?" tanya Sebastian dengan wajah emosinya yang bercampur rasa kesal,sambil menahan motornya yang akan tumbang.
Untung saja,ia berhasil mengendalikan dan menahan motornya.Jika saja ia terlambat sedikit saja mengeremnya,ia pasti sudah melindas pria yang sedang tergeletak pasrah di tengah jalan tersebut.
"Uhuk uhuk uhuk....Anak muda,tolong aku" jawab Pria tersebut dengan nada lemahnya dan terbatuk-batuk dengan mulut yang sudah di penuhi darah,sambil memegang dadanya yang sedang terus mengeluarkan darah karena tertembak oleh salah satu musuhnya tadi.
"Apakah kamu sedang mencoba menjebakku?" tanya Sebastian dengan kedua mata yang menatap waspada ke arah pria tersebut,sambil menatap ke sekitar mereka,apakah ada orang lain selain mereka.Lalu ia kembali menelisik ke seluruh tubuh pria tua yang menurut penilaiannya sudah berumur 50 an itu.
Ia takut kalau pria tua tersebut sengaja menjebaknya dan ingin merampoknya,mana tahu saja setelah ia menolong pria tua tersebut,lalu teman-teman sekutunya akan langsung keluar dari pepohonan sana dan menyerangnya.Karena tempat mereka berdua berada saat ini,jalannya memang agak sepi dan tepi-tepi jalannya di penuhi oleh pepohonan.
Tapi kalau di lihat-lihat lagi,pria tua tersebut memang terlihat seperti sedang kesakitan dan darah yang mengalir di sekitar dadanyapun terlihat sangat nyata.
"Apa aku terlihat seperti sedang berbohong? Uhuk uhuk uhuk" tanya pria tua tersebut dengan nada lemah yang bercampur kesal,sambil mencoba untuk berdiri dari terbaring lemahnya.
"Kamu memang tidak terlihat seperti berbohong,tapi wajahmu terlihat seperti seorang penjahat,pak tua" jawab Sebastian dengan jujur,karena memang wajah pria tua tersebut seperti seorang mafia yang ada di film-film yang sering ia nonton itu.
Walaupun begitu,ia tetap turun dari atas motornya,saat ia melihat tubuh lemahnya pria tua tersebut kembali tergeletak ke atas aspal.Iapun jadi merasa tidak tega,lalu ia segera berjalan mendekat ke arah pak tua tersebut dengan pelan dan penuh waspada tehadap pria tua tersebut.
"Uhuk uhuk uhuk" pria tua tersebut hanya mampu menggerutu kesal di dalam hatinya dan kembali terbatuk pelan.Karena darahnya tidak mau berhenti mengalir dari tadi,hingga membuat tubuhnya menjadi semakin lemah.
"Baiklah,kali ini aku pasrah saja kalau akan terjadi apa-apa sama diriku" gumam Sebastian dengan wajah pasrahnya,sambil membantu pria tua tersebut untuk berdiri dan membawanya ke atas motornya.
Tadinya ia jadi serba salah,antara mau pergi saja atau menolong pria tua tersebut Tapi karena ia melihat darah yang terus keluar dari dadanya pria tua tersebut,ia langsung memutuskan untuk menolong pria tua tersebut,walaupun agak ragu-ragu.
Sedangkan pria tua tersebut,ia harus kembali menggerutu kesal di dalam hati.Ia jadi bertanya-tanya di dalam hati,apakah wajahnya memang sangat menakutkan,sampai anak muda tersebut terlihat ragu-ragu dan takut padanya.
"Apa yang telah terjadi denganmu,pak tua?" tanya Sebastian dengan nada penasarannya dan juga sedikit rasa takut,sambil menarik dasinya dan mengikat tubuh lemahnya pria tua tersebut ke tubuhnya dengan menggunakan dasinya tadi,dengan bertujuan supaya tubuh lemah pak tua tersebut tidak akan jatuh ke aspal lagi saat ia melajukan motornya nanti.
Lalu iapun segera melajukan motornya dengan kecepatan sedang dan berbalik arah,karena ia berniat untuk membawa pria tua tersebut ke rumah sakit terdekat.
Ia sempat memerhatikan dada pria tua tersebut yang seperti terkena tembakan,walaupun ia jarang berurusan dengan para penjahat.Tapi berkat Ayahnya,ia bisa tahu bagaimana tubuh yang sedang terkena tembakan.
"Pak tua,apakah kamu sudah mati?" tanya Sebastian dengan wajah khawatirnya saat ia tidak mendengar jawaban apapun dari pria tua tersebut,sambil terus melajukan motornya.
Tapi kedua matanya tidak sengaja melihat kaca spion motornya yang sedang menampilkan beberapa pria yang baru saja sampai di lokasi pak tua tersebut tergeletak lemah tadi,bahkan beberapa pria tersebut membawa senjata di tangan mereka masing-masing dan sedang sibuk mencari-cari sesuatu di kejauhan sana.
"Apa kamu sedang mendoakan,supaya aku cepat mati?" tanya balik pria tua tersebut,dengan nada kesalnya tapi terdengar sangat pelan dan Sebastian masih mampu mendengarnya karena wajah pria tua tersebut hanya berada di atas pundaknya saja.
"Aku tidak bermaksud begitu pak tua,habisnya kamu tidak menjawabku tadi" jawab Sebastian dengan ekspresi bersalah di wajahnya,sambil terus melajukan motornya dan juga fokus ke arah kaca spionnya.
Sepertinya ia sudah bisa menebak,apa yang sedang di cari oleh beberapa pria bersenjata tersebut.
Kemudian ia langsung menghela napas lega,saat ia melihat kalau beberapa pria tersebut tidak menyadari kalau dirinya telah membawa pria tua tersebut dari sana.
"Pak tua,siapa pria-pria bersenjata yang ada di belakang kita itu? Musuhmu atau sahabat-sahabatmu?" lanjut Sebastian lagi dengan beberapa pertanyaan,karena rasa penasarannya.
"Musuh" jawab pria tersebut dengan singkat dan suara lemahnya yang hampir tidak terdengar.Ia langsung mengerti dengan pertanyaannya pria muda tersebut,saat ia mendengar kata bersenjata dari mulutnya pria muda itu.
"Apakah kamu memang selalu berbicara singkat seperti itu,pak tua?" tanya Sebastian dengan nada kesalnya,karena tidak puas sama jawabannya pak tua tersebut yang masih belum mampu menghilangkan rasa penasarannya.
kalau tertarik follow me. Thank you