Maha Rani Larasati rela menikah dengan Daniel Nur Indra seorang duda ber anak satu tapi jauh dari kata bahagia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Trisubarti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 2
Magrib telah tiba, Rani belum di jemput juga. Ia menjalankan ibadah shalat maghrib di Mushola gedung tersebut.
Selesai shalat, Rani menjalankan motornya dengan kecepatan sedang. Karena tadi pagi terburu-buru, Rani tidak memakai jaket, hawa dingin menyelusup pori-pori kulit. Rani berhenti sejenak ambil baju toga di dalam jok motor kemudian memakainya.
Sampai di rumah.
"Assalamu alaikum.."
"Waalaikumsalam."
"Mas Daniel belum pulang mbok?" Tanya Rani pada simbok, ia hendak naik tangga.
"Belum Mbak." Jawab simbok sambil mengunci pintu depan.
"Tapi tadi jemput Icha kan Mbok?" Tanya Rani ia masih berdiri di tengah -tengah anak tangga.
"Nggak Mbak, tadi Non Icha naik Taxi ." Jawab Simbok. Icha saat ini sudah kelas tiga, tidak heran jika dia sudah mandiri. Tapi selama ini Icha belum pernah pulang sendiri. Biasanya Rani yang selalu jemput. Karena tadi malam Rani sudah bilang suaminya agar menjemput Icha, maka Rani tenang meninggalkan Icha. Akan tetapi kenyataannya suaminya tidak mendengar kan dirinya.
Huh! dasar Papa nggak bertanggung jawab! Gerutunya sambil berjalan menuju kamar Icha.
"Assalamu alaikum..."
"Waalaikumsalam."
"Icha belajar apa?" Tanya Rani sambil melongok meja belajar Icha, ingin tau pelajaran apa yang sedang anaknya kerjakan.
"Gampang Umi, hanya PR ppkn kok." Tutur Icha kepada Rani.
"Kamu sudah makan malam belum?" Tanya Rani, tanganya membelai kepala Icha.
"Belum Umi, tapi Icha mau tunggu Papa," ujar Icha melirik Rani kemudian kembali menatap buku di depanya.
Rani menghela nafas panjang, ia berpikir akhir-akhir ini, suaminya semakin sibuk hampir tidak ada waktu untuk dirinya dan juga Icha. Di beri amanat jemput Icha saja tidak di kerjakan.
"Nggak usah tunggu Papa sayang, teruskan belajar ya, Umi mau mandi dulu, nanti selesai mandi kita makan bersama" Tutur Rani kemudian melenggang ke kamar mandi.
"Siap Umi." Jawab Icha memberi tanda hormat, Rani terkekeh.
"Selesai mandi dan ganti baju piama kesayangannya, Rani turun ke bawah, menggandeng tangan Icha menuju meja makan.
"Mbok sudah makan belum?" Tanya Rani sambil menuangkan nasi kedalam piring untuk Icha.
"Sudah tadi sore Mbak," jawab Simbok sambil menyuguhkan minuman untuk kedua majikannya.
Rani mulai menyuap sesendok nasi kedalam mulutnya, tapi belum sampai masuk ke mulut. Rani mencium bau bawang putih bumbu chapcay, biasanya chapcay sayur favorit nya. Tapi sekarang sayur ini terasa mengocok isi perutnya.
Rani hanya minum jus yang di sediakan Simbok, tidak jadi makan malam.
"Umi kok nggak Makan?" Tanya Icha heran, ia mengamati nasi di depan Uminya masih utuh, tidak di sentuh sama sekali.
"Nggak tau nih, Umi kurang ***** makan Cha," Jawab Rani lesu.
"Makan Umi, nanti masuk angin loh." Icha tahu, kalau Uminya sering masuk angin dan sering di kerok sama Simbok.
Selesai makan, Rani dan Icha kembali ke lantai dua.
Mereka masuk ke kamar masing-masing.
Rani merebahkan badanya di kasur. Ia ambil jaket milik suaminya yang digantung di pintu kamar.
Rani mencium jaket masih bau keringat suaminya, ia sangat merindukan, padahal baru tadi pagi mereka bertemu. Akhirnya jaket milik suaminya ia kenakan untuk pengantar tidurnya. Tetapi Rani tetap tidak bisa memejamkan matanya.
Waktu sudah Jam sebelas malam, belum ada tanda-tanda Daniel pulang, bahkan chatting tadi pagi yang Rani kirimkan belum di buka.
*Ya Allah mas, kamu kemana sih? kamu nggak tau apa kalau aku sangat merindukan kamu. Aku ingin tidur dalam pelukanmu. Semoga Mas baik-baik saja di mana pun berada.
Rani bangun dari tidurnya menuju balkon melihat bulan dan bintang. Ia ingat masa-masa romantis di Yogjakarta tujuh bulan yang lalu. Rani menetes kan air matanya.
Ya Allah kenapa sih aku kok akhir -akhir ini menjadi cengeng? oh iya, kalau orang suka berubah sikapnya dan mual -mual ketika mencium bebaunan, kata orang sedang ngidam, apa iya aku sedang hamil?
Rani mengelus perutnya, ia mengingat-ingat kapan ia terakhir menstruasi, dia ingat sudah tiga bulan yang lalu terakhir ia haid. Rani tersenyum lebar. Kemudian Rani kembali kekamar hatinya senang. Besok dia akan langsung periksa kedokter kandungan tidak mau pakai Test pack.
Rani kemudian terlelap melupakan sedikit tentang kesedihannya memikirkan suaminya.
Jam dua belas malam, Daniel baru pulang. Entah apa yang di lakukan Bapak satu anak ini. logikanya mana ada bekerja sampai larut malam. Daniel mandi bersih bersih kemudian masuk kekamar Rani, mengecup bibir istrinya, kemudian kembali kekamar pribadinya.
Keesokan harinya Rani bangun, melihat di sebelahnya tidak ada suaminya. Rani bergegas ke kamar mandi kemudian shalat subuh. Selesai shalat subuh, Rani turun kedapur membantu bibi menyiapkan Sarapan. Rani membuat roti bakar isi daging cincang kesukaan Daniel.
Rani kembali ke lantai atas, ia bertanya - tanya dalam hati. Apakah suaminya tadi malam pulang atau tidak. Kalau ia mengapa suaminya tidak menemani dirinya tidur.
Rani berdiri di depan kamar pribadi suaminya. tidak ada sendal yang biasa suaminya pakai di depan pintu. Itu Artinya suaminya ada didalam kamar.
Selama menikah dengan Daniel, Rani belum pernah di ajak masuk, apa lagi sampai tidur di kamar utama. Rani hanya masuk sekali ketika suaminya sakit waktu dulu itu pun Daniel tidak menyadarinya.
Rani ingin sekali mengetuk pintu, dan memeluk suaminya, tapi ia menarik tanganya kembali.
Akhirnya Rani mengurungkan niatnya, untuk menemui Suaminya.
Rani masuk kekamar Icha berniat mengajaknya sarapan.
"Sudah Rapi sayang?" Tanya Rani mengecek tas sekolah milik Icha. Memang biasa Rani lakukan.
"Sudah Umi." Jawab Icha, ia menggendong tas sekolah miliknya kemudian kebawah. Icha dan Rani sudah duduk di meja makan.
Tidak lama kemudian, Daniel turun sudah lengkap dengan setelah kemeja kerja. Rani mengamati dari meja makan ingin di peluk olehnya. Rasa rindunya sudah ia tahan dari kemarin.
"Sudah siap Cha?" Tanya Daniel kepada anaknya.
"Sedikit lagi nih sarapan nya, Papa makan dulu," Ucap Icha mulutnya penuh dengan roti.
"Papa buru -buru nih" ujar Daniel sambil melirik jam di tangannya.
"Mas!" Kata Rani menatap suaminya matanya mengembun, raut kecewa tampak di wajah pucatnya. Karena memang sedang tidak enak badan.
"Sini Papa bawa saja rotinya." Ujar Daniel minta bibi menyiapkan roti kedalam kotak bekal.
"Mas, aku ingin bicara," Kata Rani berdiri dari duduknya ingin mendekati suaminya.
"Nanti saja yank." Jawab Daniel sambil menggadeng tangan Icha masuk ke dalam mobil dan melesat pergi.
"Papa kemarin kenapa, kok nggak jemput Icha?" Tanya Icha, menatap Papanya cemberut.
"Loh memang Umi kemana?" Daniel balik bertanya.
"Papa ini gemana sih, kan kemarin Umi wisuda, Papa janjikan! mau menjemput Umi? tapi Papa bohong, sama Umi!!"
"Terus Papa juga nggak menghadiri acaranya Umi"
"Papa sih begitu!" Icha protes dengan Papanya.
LIKE
COMMENT
VOTE*
lumayan buat nambah penghasilan tambahan 🙏😭😭😭