Li Wei,programmer jenius yang sinis, percaya bahwa segala sesuatu di alam semesta berjalan seperti sistem yang bisa di debug. Saat nyawanya melayang di dunia modern, kesadarannya tersedot ke dalam "ruang jiwa" yang hancur di dalam Kepala Kaisar Dewa Tai Xuan, yang dikhianati dan dipenggal oleh murid kesayangan dan permaisurinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ilonksrcc, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 1: BLUE SCREEN OF DEATH
Dunia ini punya bug.
Pikiran itu muncul begitu saja, mengambang di kegelapan tanpa bentuk. Sebuah kesimpulan logis, meski Li Wei tak punya data pendukung. Bagaimanapun juga, dia seharusnya tak bisa berpikir.
Ingatan terakhirnya: laboratorium A.I. mutakhir, bau ozon menyengat, sirine meraung-raung, dan cahaya biru menyilaukan dari unit quantum core yang overload. Sebuah eksperimen ambisius menciptakan kesadaran sintetis berakhir dengan kegagalan spektakuler. Lalu, kehampaan.
Dan sekarang… ini.
Dia tidak punya tubuh. Tidak punya tangan untuk disentakkan, kaki untuk diinjakkan. Hanya kesadaran yang mengapung di ruang tanpa koordinat. Tapi anehnya, dia bisa merasakan. Bukan dengan kulit, tapi dengan sesuatu yang lebih primal. Sebuah tekanan dingin di… di mana? Di batas keberadaannya.
System reboot attempt detected.
Corrupted core files found.
Initiating emergency diagnostic…
Insting programmernya terbangun otomatis. Itu bukan suara, tapi lebih seperti prasangka yang terstruktur. Dia memaksa "pikirannya" untuk fokus.
Perintah: Jalankan internal scan.
Tidak terjadi apa-apa. Tentu saja tidak. Dia bukan lagi di depan terminal.
Tapi kemudian, sesuatu bergerak. Sebuah aliran… data? Cahaya? Energi? Rangkaian titik-titik berwarna pucat menyala di kegelapan, membentuk pola yang acak dan kacau. Beberapa titik mati, gelap gulita. Yang lain berkedip-kedip tak menentu, mengirimkan sinyal sakit yang menusuk-nusuk ke kesadarannya.
Error 404: Connection to Divine Meridian Network not found.
Fatal Exception at Core Dantian Sector.
Spiritual Data Corruption at 97.3%.
"Visualisasi sistem?" gumamnya atau berusaha bergumam, tanpa mulut. Pola-pola itu terlalu mirip dengan diagram alur data yang rusak, atau peta sirkuit processor yang terbakar.
Dia mencoba "mengklik" salah satu titik yang masih berkedip lemah.
Seketika, banjir informasi menerpanya.
…rasa pedih… amat sangat…
…angsurannya tidak akan pernah kulunasi…
…Bai Lian… mengapa…
…racun dalam cangkir teh… api di langit-langit istana…
…pisau yang menusuk dari belakang… bukan musuh… keluarga…
Sakit. Bukan sakit fisik, tapi kehancuran jiwa. Pengkhianatan. Keputusasaan. Memori asing yang bukan miliknya merasuk, menggumpal, penuh dengan emosi yang membara.
Li Wei menarik "diri"-nya mundur, terengah-engah secara metaforis. Itu adalah memory dump dari… dari apa? Dari sistem host? Dari kesadaran lain?
Dia mencoba mengakses titik yang berbeda, lebih berhati-hati.
…Hukum Angin Ribut… kode sumber: Metode Badai… kelemahan: node ketiga pada aliran qi sekunder…
…Teknik Pedang Membelah Awan… eksekusi membutuhkan 0.3 detik untuk inisiasi… bug: overload pada meridian lengan jika disambung dengan…
Ini berbeda. Ini informasi terstruktur. Bukan emosi, tapi… manual? Database teknik?
Tiba-tiba, sebuah "jendela" paksa terbuka di kesadarannya, lebih terang dari yang lain.
[WARNING]
Host Divine Consciousness at critical levels: 0.8% and declining.
Soul Fusion Protocol initiated unintentionally.
Foreign consciousness (Designation: [ERROR]) detected. Compatibility: 41.7%.
Proceed with fusion? Y/N
Time until host consciousness dissipation: 00:00:47
Angka itu berkurang. 46… 45…
Li Wei bingung, tapi naluri survivalnya dan naluri problem solver nya menang. Sebuah sistem yang crash. Sebuah kesadaran host yang sekarat. Sebuah "jiwa asing" yang terjebak di dalamnya. Itu adalah skenario kode yang buruk, merger data yang tak direncanakan.
Tapi jika host mati, apa yang terjadi pada "wadah" ini? Apakah dia akan ikut terhapus? Apakah ini hanya limbo sebelum kematian sebenarnya?
Dia tidak punya cukup data. Tapi satu hal yang dia tahu: sistem yang masih berjalan, sekalipun penuh bug, lebih baik daripada sistem yang mati total.
Perintah: Tekan 'Y'.
Tidak ada respons. Tidak ada keyboard.
"Ya!" teriaknya ke dalam kekosongan, memfokuskan seluruh kehendaknya pada pilihan itu. "Lanjutkan fusion!"
Angka penghitung berhenti di 12.
Kemudian, seluruh "ruang" itu meledak dalam kesakitan.
Rasanya seperti disedot melalui pipa yang terlalu sempit, dicairkan, lalu dicetak ulang. Gambar-gambar, suara, sensasi semua milik orang lain membanjiri dirinya. Seorang pria dengan jubah emas dan mahkota cahaya, tersenyum pada seorang murid muda yang tampan. Seorang wanita cantik dengan mata yang dingin menuangkan teh. Rasa logam di lidah. Api. Jeritan. Dan akhirnya… kegelapan, dengan pemandangan aneh: tubuh tak berkepala sendiri, terjatuh dari takhta, di tengah tawa orang-orang yang dulu dipanggil "keluarga".
Saat badai memori mereda, sensasi baru muncul.
Dingin.
Lembab.
Gelap pekat.
Dan satu fakta paling mendasar: dia memiliki orientasi.
Dia bukan lagi mengambang. Dia terletak. Di atas sesuatu yang keras, licin, dan dingin. Batu?
Dia mencoba membuka mata.
Kegelapan.
Panik merayap. Apakah dia buta? Apakah sistem visualnya rusak?
Dia memerintahkan lagi, lebih keras, dengan kesadaran penuh: Akses sensor visual! Jalankan!
Sebuah "proses" yang berat dan sakit berjalan. Seperti mencoba menjalankan software berat di komputer usang.
Klik. Suara metaforis di kepalanya.
Sebuah celah cahaya membuka.
Sangat redup. Kabur. Seperti melihat melalui kaca yang berdebu dan berair.
Tapi dia bisa melihat!
Pemandangannya terbatas. Sangat terbatas. Dia hanya melihat ke atas. Langit-langit batu, dipenuhi akar-akar pucat dan lumut yang bersinar lemah. Dia mencoba melihat ke kiri. Tidak bisa. Ke kanan. Tidak bisa. Memiringkan "kepala"? Tidak bisa.
Perintah: Putar kepala 45 derajat ke kanan.
Tidak ada respons. Tidak ada umpan balik sensorik dari leher, dari bahu.
Sekarang, ketakutan yang sesungguhnya mulai menjalar. Dia memfokuskan "pikiran"-nya ke bawah, mencoba merasakan tubuh. Lengan. Kaki. Dada.
Error: No signal from limbs, torso, or spinal column.
Connection to motor functions: severed.
Connection to primary sensory array (excluding visual node Alpha and Beta): offline.
Diam-diam, dengan kesadaran yang dingin dan analitis yang tersisa, Li Wei menjalankan kesimpulan.
Premis 1: Dia terjebak dalam sebuah sistem biologis (atau bio spiritual) yang berfungsi sebagai host.
Premis 2:Host ini memiliki kerusakan sistemik parah. Hanya dua sensor visual (mata) yang masih merespons, dan itupun dengan performa minimal.
Premis 3:Berdasarkan memori asing yang diakses, host adalah seorang "Kaisar Dewa" yang dikhianati dan dipenggal.
Kesimpulan Logis:Sistem ini adalah kepala yang terpisah dari tubuhnya.
Dia adalah sebuah kepala.
Hanya sebuah kepala.
Sejenak, logikanya goyah. Hampir saja, emosi dari memori Tai Xuan kepahitan, kemarahan, kesedihan yang mendalam mendesak masuk, mengancam membanjiri kesadarannya yang rasional. Dia berjuang menahannya. Tidak. Sekarang tidak. Dia harus tetap terkendali. Dia harus menganalisis.
Langkah pertama dalam debugging: Identifikasi environment.
Matanya, dengan susah payah, memindai apa yang bisa dilihat. Gua. Dia di sebuah gua. Suara tetesan air yang berirama. Udara dingin dan berbau tanah. Tidak ada tanda kehidupan lain.
Langkah kedua: Identifikasi resources yang tersedia.
Apa yang masih berfungsi?
Kesadaran/Pikiran (CPU-nya sendiri, plus memory dump Tai Xuan). Status: Online, though cluttered.
Penglihatan (Kamera 1 & 2). Status: Degraded, low resolution, fixed angle.
Pendengaran? Dia mencoba memfokuskan. Suara tetesan air. Itu bagus. Itu berarti audio receiver masih bekerja, meski mungkin terbatas. Status: Partially online.
Suara? Dia mencoba berbicara, menggerakkan "pita suara" yang mungkin ada. Hanya ada getaran lemah di… di tenggorokannya? Sebuah desis udara yang nyaris tak terdengar keluar. Status: Critically damaged.
Energi/Sistem Kekuatan? Dia merasakan "sistem" yang lebih dalam. Sebuah pusaran yang retak dan hampir padam di… di suatu tempat di bawah kesadarannya. Dantian? Itu sumber energinya. Status: Near depletion, corrupted.
Dia punya sensor terbatas, prosesor, dan database yang kacau. Tidak ada alat gerak. Tidak ada cara untuk berinteraksi dengan dunia fisik.
Ini adalah worst-case scenario.
System reboot completed with 1483 critical errors, pikirnya dengan getir. Welcome to Hell, Version 1.0.
Tiba-tiba, ada suara gesekan di kejauhan. Kecil, hampir tak terdengar.
Li Wei membeku sebisanya membeku. Kesadarannya menajam, memfokuskan semua "resource" pada input audio.
Gesek… gesek… lalu decakan kecil.
Sesuatu sedang mendekat.
Matanya, selaras dengan ketakutannya, berusaha melihat ke arah sumber suara. Tapi sudutnya tetap. Dia hanya bisa menatap langit-langit gua.
Suara itu semakin dekat. Sekarang disertai suara napas kecil, berisik.
Lalu, dari batas bidang pandangnya yang paling kiri, sesuatu muncul.
Bulu. Warna abu-abu dan putih. Dua telinga segitiga yang bergerak-gerak. Dan sepasang mata bulat, berwarna hijau bercahaya seperti batu giok, yang menatap langsung ke arahnya.
Itu adalah seekor makhluk sebesar kucing, mirip perpaduan antara rubah kecil dan panda, dengan ekor yang bergoyang-goyang penuh rasa ingin tahu.
Spirit beast itu mendekat, hidungnya berkedut-kedut. Ia mengendus-endus udara, lalu menatap kepala di hadapannya kepala pria tampan berambut panjang yang tergeletak pucat, dengan mata terbuka dan melihat.
Untuk beberapa saat, mereka hanya saling menatap. Makhluk itu penuh pertanyaan. Li Wei, penuh kewaspadaan dan keputusasaan.
Si makhluk kemudian mendekat lagi, hingga wajahnya memenuhi pandangan Li Wei. Ia mendorong moncongnya yang dingin dan lembap ke pipi kepala itu.
Gesek.
Lalu, suara muncul di dalam kepala Li Wei. Bukan suara telinga, tapi langsung di kesadarannya. Sebuah suara seperti anak kecil, penuh kebingungan dan keheranan.
"Tai… Tai Xuan? Boss? Itu… kamu? Tapi kamu… baunya aneh. Seperti kamu, tapi bukan. Seperti logam dan bintang jatuh. Dan… kenapa kamu cuma kepala?"
Li Wei tidak bisa menjawab. Dia bahkan tidak tahu bagaimana cara menjawab telepati.
Tapi spirit beast itu mengangguk-angguk, seolah memahami.
"Oh. Mereka memotong-motongmu. Aku lihat. Aku sembunyi. Mereka jahat."
Si makhluk duduk, ekornya melingkar di sekelilingnya. Matanya yang hijau bersinar penuh dengan kesedihan kuno, dan… tekad.
"Aku Xiao Qi. Aku janji jaga tempat persembunyianmu. Kamu tidur lama sekali. Tapi sekarang kamu bangun. Meski cuma… sedikit bangun."
Xiao Qi. Nama itu memicu serpihan memori dari database Tai Xuan. Spirit Beast Penjaga Gua. Setia. Satu-satunya yang tidak hadir saat… saat itu terjadi.
Sebuah user interface.
Sebuah koneksi ke dunia luar.
Harapan, kecil dan dingin seperti nyala lilin di gua ini, menyala di dalam "dada" Li Wei yang tidak ada.
Dia memfokuskan pikirannya, mencoba memproyeksikan kata-kata, seperti mengetik di layar pikiran.
Xiao Qi, usahanya. Aku… butuh bantuan.
Spirit beast itu melompat kecil, telinganya tegak.
"Kamu bisa bicara! Di dalam! Tapi suaramu… aneh. Datang dari mana? Dulu suara Boss-ku seperti guntur dan musik. Suaramu seperti… desis angin di bambu. Rapuh."
Li Wei mengabaikan komentarnya. Dia memusatkan pada satu tujuan, satu tugas debugging pertama dalam project barunya yang mengerikan ini.
Xiao Qi. Aku tidak bisa bergerak. Aku perlu… memperbaiki sistem. Apakah di sini ada… energi? Sesuatu yang bisa menyembuhkan?
Xiao Qi mengernyitkan dahi imajinernya.
"Energi? Kamu maksud Spirit Herbs? Atau Spring Water? Ada. Tapi jauh. Dan berbahaya. Kamu mau aku ambilkan?"
Ya. Pikirannya tegas. Ambil yang terdekat. Yang termudah. Aku perlu… menguji koneksi.
Dia harus memulai dari suatu tempat. Dari satu baris kode yang bisa diperbaiki. Satu sirkuit energi yang bisa dinyalakan kembali.
Xiao Qi mengangguk, serius.
"Aku pergi. Jangan kemana-mana, ya, Boss Kepala."
Dengan itu, si spirit beast berbalik dan melesat pergi, lenyap dari pandangan.
Li Wei ditinggal sendiri lagi. Menatap langit-langit gua yang tak berubah. Tapi sekarang, ada perbedaan.
Ada rencana.
Dia melihat ke dalam, ke "sistem" yang rusak parah di dalam kepala dewa ini. Dia mengamati satu titik cahaya yang berkedip-kedip lemah, sebuah "node" di dekat mata kanannya. Mungkin itu terkait dengan otot kelopak mata, atau saraf optik sekunder.
Tugas Debugging #1:
Objective:Pulihkan fungsi motorik minimal pada node orbicularis oculi.
Resource yang dibutuhkan:External energy source (Spirit Herb - pending).
Metode:Inject energy, rewrite corrupted data stream, bypass broken pathways.
Dia bukan lagi Li Wei, programmer yang mati.
Dia juga belum menjadi Tai Xuan,dewa yang bangkit.
Dia adalah sistem yang sedang berjalan, sebuah kepala yang berpikir, memulai reverse engineering pada dirinya sendiri.
Dan di sudut "layar" kesadarannya, seperti baris kode yang tak terhapuskan dari memori Tai Xuan, terpampang satu motivasi yang mulai hidup kembali, dirajut bersama dengan tekadnya sendiri:
OBJECTIVE PRIMARY: SURVIVE.
OBJECTIVE SECONDARY: DEBUG.
OBJECTIVE TERTIARY: REBUILD.
OBJECTIVE FINAL: [ERROR - File Corrupted. Vengeance Protocol Detected.]
Dia menutup mata satu-satunya hal yang bisa dia kendalikan dan menunggu. Proyek terbesar dalam hidupnya, dan setelah hidup baru nya dimulai.