Namanya Elisa, dia terlahir sebagai putri kedua dari keluarga Hanggara, namun hal itu tak membuat nasibnya bagus seperti kakaknya.
Dia bahkan dikenal sebagai perempuan arogan dan sangat jahat di kalangannya, berbeda dengan kakaknya yang sangat lembut dan pandai menjaga sikap.
Marvin Wiratmadja, adalah putra dari Morgan Wiratmadja. Terlahir dengan kehidupan super mewah membuatnya tumbuh menjadi orang yang sedikit arogan dan tak mudah di dekati meski oleh lawan jenisnya.
Namun siapa sangka, ketertarikannya justru tertuju pada seorang gadis yang dikenal berhati busuk dan semena-mena bernama Elisa Hanggara.
Bagaimana takdir akan mempertemukan mereka?
Baca episodenya hanya disini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sujie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Informasi
"Kakak!" seru Luisa setelah membuka pintu ruangan kakaknya.
"Yah, kok nggak ada sih?" gerutunya saat mendapati ruangan itu kosong.
Luisa lalu duduk di kursi kekuasaan kakaknya dan berakting seolah-olah dia adalah Presdir disini.
"Hemm ... hebat juga kak Marvin. Dia pasti keren banget saat memerintah bawahannya."
Luisa memeriksa inci demi inci ruangan tersebut dengan seksama. Selera ayahnya memang bagus, interior di dalam sini sangat membuat siapapun betah berada di dalamnya.
Ia lalu melongok ke jendela dan melihat pemandangan luar. Melihat dimana dia bertemu dengan Lisa tadi.
Tapi karena tempatnya yang sangat tinggi, Luisa tidak nampak apapun. Hanya gerobak dengan payung warna-warni yang terlihat sangat kecil dibawah sana.
"Luisa?"
Suara yang tiba-tiba terdengar itu mengagetkan gadis tersebut, hingga ia terjingkat dari tempatnya.
"Kak Marvin bikin kaget aja ah!" protesnya bersungut-sungut.
"Kamu ngapain disini?" tanya Marvin seraya mendekat pada adik perempuannya.
"Luisa bosan dirumah, jadi kesini deh."
"Ya udah, mau apa sekarang?" tanya Marvin seraya mendudukkan adiknya di sofa.
"Mau bantuin kak Marvin sama kak Ken. Oh ya, Celine ajak kerumah dong kak biar Luisa ada temennya!" pinta gadis itu pada Ken.
Sementara Ken hanya tersenyum menanggapinya.
"Kak Ken nggak asik! Ya udah ah Luisa pamit aja. Luisa tadi dapat teman baru lho, Kak."
"Oh ya? Jangan sembarangan percaya sama orang Luisa. Kau masih baru disini. Kakak tidak ingin kau salah bergaul."
Sudah sering dan sudah bosan mendengar ocehan kakaknya, Luisa melipir begitu saja dan menghilang di balik pintu berwarna hitam.
"Kau lihat, Ken? Adikku itu memang benar-benar susah dinasehati." Marvin mengedihkan bahunya. Sementara Ken hanya tersenyum tipis.
"Tuan, ini adalah informasi tentang gadis itu," kata Ken lalu menyerahkan ponselnya kepada bosnya.
Marvin menerima ponsel itu dan mulai menggeser layarnya seraya memasang raut wajah serius. Ia membaca satu persatu informasi yang baru saja dikirimkan oleh anak buah Ken.
"Jadi dia adalah salah satu putri dari keluarga Hanggara?" tanya Marvin seraya menoleh pada sekertarisnya.
"Benar, Tuan. Nona Elisa adalah putri kedua Tuan Hanggara sementara Nona Stevi adalah putri pertama."
"Ken, informasi ini jelas salah! Elisa tidak mungkin sudah pernah melakukan tindakan ab*rsi apalagi hingga berkali-kali!" Marvin menjadi emosi sendiri dibuatnya.
Bisa-bisanya ada rumor tidak mendasar seperti itu. Sementara jelas-jelas Elisa masih gadis saat tidur bersamanya malam itu.
Matanya tidak mungkin salah lihat. Yang tertinggal di sprei putih itu adalah darah. Ya, darah suci dari Elisa.
"Selidiki semua ini, Ken! Aku tidak peduli Elisa itu orang seperti apa. Tapi kurasa, hatiku tidak mungkin salah menilainya."
Marvin memijat keningnya serta menggertakan giginya karena geram.
"Baik, Tuan."
Ada apa dibalik ini semua?
"Apa Paman Hanggara selaku orangtuanya juga mempercayai rumor yang beredar itu?"
"Benar, Tuan."
"Dasar bodoh! Apa dia tidak bisa mengenali putrinya sendiri?"
Geram sekali rasanya, Marvin tidak habis pikir bagaimana orang-orang kalangan atas bisa mempercayai kabar itu begitu saja.
"Elisa ku pasti sangat menderita sekali selama ini, Ken. Bagaimana aku bisa menolongnya? Dia menghindari ku kemarin. Apa aku menakutinya?"
Marvin tiba-tiba menjadi gusar. Ia sangat takut sekali jika gadis pujaannya itu akan terus menjauhinya dan tidak pernah memberi kesempatan lagi padanya.
"Ken, apa aku boleh berharap sebuah keburukan?"
"Tuan, apa yang anda maksud?" tanya Ken keheranan.
"Aku berharap Lisa hamil karena perbuatan ku malam itu. Apakah itu jahat?" tanyanya antusias, seolah itu adalah ide cemerlang.
Jika aku boleh melanggar sedikit saja peraturan dari Papa. Aku ingin sekali memukul kepala anda, Tuan.
"Tapi itu justru akan berimbas buruk pada reputasi Nona Elisa, Tuan," jawab Ken santai meski hatinya merasa gemas atas pemikiran bosnya.
"Kau benar juga. Tapi jika dia hamil, dia akan datang padaku dan memintaku untuk bertanggung jawab. Aku pasti senang sekali jika dia benar-benar hamil anakku, Ken. Aku tampan, dia cantik. Anak kami pasti lucu. Matanya akan seperti ibunya dan hidungnya akan mancung sepertiku. Rambutnya akan indah seperti ibunya dan giginya akan runcing seperti gigi-gigi ku ...."
Marvin mulai mengkhayal kesana kemari dengan tidak tahu malu.
Sementara ia tidak menyadari jika Ken sudah tidak ada disampingnya. Lelaki itu lebih memilih membuka laptopnya dan mengerjakan pekerjaan-pekerjaan penting dari pada harus mendengarkan ocehan bosnya yang semakin ngawur tidak tahu aturan.
Marvin bahkan tersenyum-senyum sendiri karena bayangan yang dibuatnya sendiri, membuat Ken sampai menghela napas panjang karenanya. Geli sekali mendengar semua itu.
hmm🤔, bisa jdi sih..atau mngkin kembaran stevi kh!!??