Bagaimana perasaanmu jika istri yang sangat kamu cintai malah menjodohkan mu dengan seorang wanita dengan alasan menginginkan seorang anak.
Ya inilah yang dirasakan Bima. Dena, sang istri telah menyiapkan sebuah pernikahan untuknya dengan seorang gadis yang bernama Lily, tanpa sepengetahuan dirinya.
Bima sakit hati, bagaimanapun juga dia sangat mencintai istrinya, meskipun ia tahu sang istri tidak bisa memberikannya keturunan.
Bisakah Lily berharap Bima akan mencintainya? Meskipun Bima sangat dingin padanya, tapi Lily telah berjanji satu hal pada Dena. Sanggupkah Lily menepati janjinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon trias wardani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 1
Bima Satria Mahendra
Marah, mungkin. Kecewa, pasti. Tapi aku tidak bisa mengungkapkannya saat melihat binar mata Dena istriku ketika mengutarakan niatnya padaku. Dan aku tidak habis fikir. Istri yang selama ini aku cintai malah memintaku untuk menikah kembali. Alasannya adalah dia menginginkan seorang anak. Tidak bisakah mengadopsi saja? Jawabannya adalah TIDAK! Karena Dena menginginkan seorang anak yang mempunyai kemiripan denganku.
Aku pernah mengatakan, aku tidak keberatan jika Dena tidak bisa memberikan keturunan padaku. Aku bilang, cukup dia ada di sampingku. Menemani hari-hariku. Memberikan seluruh hidupnya untuk mencintaiku. Memberikan senyuman manisnya hingga aku melupakan amarahku. Dan memberikan pelukannya di saat aku merasa lelah. Tapi Dena dengan segala kasih sayangnya menginginkan seorang anak yang bisa menemaniku hingga masa tua kami. Ralat. Masa tuaku. Seakan Dena akan pergi meninggalkan diriku.
Dan kalian tahu? Yang lebih parah dari semua ini Dena sudah memilih calon istri untukku, untuk menjadi madunya. Permainan apa ini? Bahkan Dena sudah memutuskan waktu kapan aku akan menikah dengan gadis itu. Gadis atau apalah, siapapun dia aku belum tahu. Aku serius!
Aku tidak pernah mau menyetujuinya. Aku bukan tipe lelaki yang bisa membagi perasaanku. Dan aku yakin kalaupun aku bisa memberikannya, perhatian itu akan di rasa tidak adil, karena bagaimanapun juga Dena adalah prioritasku.
Beberapa kali kami berdebat. Hingga aku terpaksa menyanggupinya saat itu. Terpaksa. Karena Dena nekat menyayat pergelangan tangannya.
Di rumah sakit, aku hanya bisa menatap istriku yang terbaring lemah pasca oprasi untuk menyelamatkan nyawanya. Aku tidak habis fikir, kenapa istriku terlalu nekat untuk mengakhiri hidupnya padahal aku tahu dia takut dengan darah.
'Apa yang sebenarnya terjadi? Sebesar itukah keinginanmu untuk memiliki seorang anak, meskipun anak itu bukan dari rahim kamu?'
Dena bangun dari tidurnya, satu tangannya yang tidak sakit terulur ke arahku. Dan dia memintaku berjanji, bahwa aku tidak akan menolak pernikahan ini.
Berat.
Sangat berat.
Jika aku menolak Dena berkata akan membenciku sampai akhir hayatnya.
Aku tertawa saat itu. Aku fikir Dena hanya bercanda. Dena tidak akan pernah bisa membenciku. Dan apa yang dia bilang? Jika Dena ridak bisa membenci ku maka Dena akan membuat aku membencinya.
Tidak mungkin itu terjadi. Aku sangat mencintai Dena, istriku. Dan aku tahu dia juga sangat mencintai aku.
Dena menatap tajam bola mataku. Dia memohon setengah merengek. Tidak pernah sekalipun selama empat tahun membina rumah tangga Dena melakukan ini padaku. Meminta dengan sangat dan merengek seperti itu. Berarti dia sangat serius.
Aku menarik nafasku dan menghembuskannya. Dengan berat hati aku mengangguk, menyetujui permintaannya. Seketika Dena bangun dari tidurnya dan memelukku. Ku dengar isak tangisnya dan berkali-kali mengucapkan terima kasih padaku.
Sekali lagi aku bertanya berharap Dena akan membatalkan niatnya untuk di madu. Bayi tabung. Atau meminjam rahim seorang wanita mungkin tentunya anak hasil pembuahan ku dan istriku. Lagi. Dena menggeleng. Alasannya adalah tidak mudah menemukan seorang wanita untuk bisa menjadi ibu pengganti. Aku menegaskan, mudah jika wanita itu sangat membutuhkan uang, yang penting aku tidak perlu menikah dengannya dan membagi cintaku selain untuk Dena.
Lagi-lagi Dena menggeleng dan menjelaskan. Dalam agama tidak di benarkan adanya ibu pengganti. Kami kembali berdebat. Dan aku kembali kalah. Apalagi kini terselip kata yang tidak ingin aku dengar selama ini. Perceraian. Aku harus menerima keinginan Dena untuk menikah kembali.
Semangat thor 💪💪