Warning!!
Bacaan Area dewasa 21+ , bijaklah dalam memilih bacaan...
Kirana adalah seorang mahasiswa akhir, dia membutuhkan biaya untuk mengerjakan skripsinya. Seorang teman memberinya sebuah pekerjaan sebagai guru les privat dari anak seorang konglomerat.
Kirana pikir anak yang akan di les privat adalah anak usia sekolah dasar, tapi ternyata anak usia tiga tahun. Dan lebih kagetnya lagi, ayah dari anak yang dia les privat adalah seorang duda tampan dan seksi.
Bagaimana Kirana menghadapi anak dan ayah itu? Apakah dia akan terjerat oleh pesona sang duda?
Yuk kita pantau terus perjalanan cinta Kirana dan sang duda..😊😊
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ummi asya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
18. Menggoda Kirana
Sesuai apa yang di katakan Bryan, akhirnya Kirana tinggal di rumahnya. Alasannya untuk menemani anaknya, dan alasan yang masuk akal. Tapi Missel sudah tidak aktif apa lagi banyak maunya, karena dia sangat menurut pada Kirana.
Entah mungkin Missel menemukan sosok seorang ibu pada Kirana, hingga dia merasa nyaman dan bahkan periang sekali. Bryan senang dengan perubahan anaknya itu.
Dia juga sekarang lebih sering menggoda Kirana, bahkan kadang dia memancing keteguhan Kirana untuk tidak memperhatikan dirinya ketika sedang fitnes di ruang olah raganya.
Saat ini Bryan sedang fitnes di ruangan olah raganya, dia hanya memakai celana pendek, sepatu kets juga kaos putih tipis. Sengaja dia memakai itu untuk memancing Kirana.
Dia juga sering sekali menyuruh Kirana untuk mengantarkan minuman ke dalam ruang kerjanya.
Kirana masuk ke dalam ruang fitnes, dia membawa nampan berisi jus mangga yang di minta oleh Bryan. Dia melangkah terus, mencari di mana Bryan melakukan fitnes.
Dan ternyata Bryan sedang menarik beban di pojok ruangan. Tampak jelas sekali bentuk tubuh sixpeknya meski Bryan memakai kaos putih, namun terlihat jelas karena basah terkena keringat.
Kirana berhenti sejenak, dia mengatur nafasnya agar tidak grogi di depan Bryan. Lalu dia melangkah menuju Bryan yang masih menarik beban. Dia berdiri agak jauh di depan Bryan.
Bryan mendongak lalu melepaskan beban yang dia tarik itu. Berdiri dan mengambil handuk untuk mengelap wajahnya yang berkeringat.
"Apakah setiap minggu anda melakukan olah raga tuan?" tanya Kirana.
Bryan berbalik, dia menatap Kirana yang masih menatapnya juga.
"Hemm, ya. Kenapa memangnya? Apa kamu mau aku ajarkan olah raga juga?" tanya Bryan mengambil jus mangga di nampan.
Dia meminum separuhnya dan berjalan menuju kursi, Kirana mengikuti dari belakang. Dia berjalan dengan langkah santai, hingga Bryan berbalik ke arahnya Kirana menabraknya.
Kepala Kirana menabrak dada bidang Bryan, dia kaget kenapa Bryan berhenti tiba-tiba. Dengan cepat dia mundur ke belakang, Bryan tersenyum.
"Kamu kenapa mundur?" tanya Bryan.
"Lalu kenapa anda berhenti mendadak tuan?" dengus Kirana.
"Aku mau mengembalikan gelas ini padamu, tapi sepertinya kamu melamun dan menabrakku. Kamu sengaja ingin menabrakkan diri padaku?" tanya Bryan menenggak habis jus mangganya.
"Heh, siapa yang sengaja? Anda sendiri yang sengaja berbalik dan menabrakkan diri pada saya tuan." kata Kirana.
"Oh ya? Untuk apa aku sengaja menabrak kamu. Jika sengaja menabrak, kamu pasti sudah jatuh karena tubuhku besar dan juga kuat. Sedangkan tubuhmu?" kata Bryan sambil menatap Kirana dari ujung kaki sampai ujung kepala.
Lalu dia tersenyum sinis lalu pergi meninggalkan Kirana yang masih terpaku oleh ucapan Bryan. Dia mengumpat dalam hati, memang benar tubuhnya kecil. Tapi bukan berarti dia bisa di hina seenaknya saja, pikirnya.
"Dia kira tubuhnya seksi? tubuh besar seperti gorila saja bangga." gumam Kirana.
Dia tidak tahu kalau Bryan mendengar ucapannya, lalu tersenyum. Bryan pun berbalik lebih cepat, dia menuju ke arah Kirana dan mendorong tubuh Kirana ke belakang sampai ke treadmill. Dia memepet tubuh Kirana yang kecil sampai Kirana hampir terjungkal.
Bryan menatap Kirana lebih dekat, sedekat dia dulu dia memepet Kirana di dapur. Kali ini dia menatap tajam pada Kirana, menghirup aroma tubuh gadis itu. Bagai candu, dan benar tubuh bagian bawahnya kembali bereaksi. Dia bertahan sampai di mana reaksi benda tumpul nan panjang dan keras itu.
"Tapi kamu suka memandangi tubuh besar seperti gorila ini kan? Hem?" tanya Bryan.
"Eh, kata si ssiiapa?" tanya Kirana gugup.
Ini kedua kalinya Bryan menatapnya lebih dekat, dia semakin gugup tatkala Bryan memainkan rambutnya. Dia tersenyum, lalu menarik tubuhnya dari hadapan Kirana. Kemudian pergi dengan langkah cepat, menyelamatkan diri dari siksaan yang dia buat sendiri.
"Huft, untung saja dia pergi. Kalau tidak, lemas sudah kakiku menahan gemetarnya." kata Kirana.
Dia lalu pergi dari ruang fitnes tersebut menuju dapur. Ingin mengumpat Mimin yang menyuruhnya untuk membawakan minuman jus pada Bryan.
_
Malam hari, ketika Kirana sedang mengerjakan skripsinya. Dia di panggil oleh Bryan, dan yang menyuruh adalah Mimin.
"Mbak, di panggil tuan Bryan." kata Mimin.
"Mau apa?" tanya Kirana tanpa mengalihkannya pada laptopnya.
"Saya ngga tahu mbak." jawab Mimin.
"Iya sebentar, lagi tanggung ini." jawab Kirana.
"Tapi kata tuan Bryan harus cepat mbak." kata Mimin lagi.
Kirana menghentikan mengetiknya lalu menatap Mimin, kesal juga dia sama Bryan. Tidak pagi, siang dan sekarang malam selalu saja mengganggunya.
"Ya sudah, nanti aku kesana." ucap Kirana.
"Beneran ya mbak?" tanya Mimin memastikan.
"Iya."
"Kalau mbak Kiran lama, saya lho yang di marahin."
"Ngga akan, mbak Mimin tenang aja."
Masih sibuk dengan mengetiknya. Mimin memandang Kirana, lalu pergi keluar dari kamar Kirana. Kirana sendiri serius mengerjakan skripsinya, karena dia sedang banyak ide. Jika di putus akan hilang nantinya, jadi dia meneruskan mengetiknya hingga lupa akan panggilan Bryan padanya.
Satu jam lebih Kirana masih berkutat dengan laptopnya, dia tidak sadar waktu sudah berjalan begitu lama. Dia juga tidak sadar, seseorang sudah duduk di sampingnya.
"Kamu mengerjakan apa?" tanya Bryan di samping Kirana.
"Skripsi, tanggung lagi banyak ide jadi ngga bisa di putus." jawab Kirana tanpa mengalihkan pandangannya dari laptop.
"Lebih penting ya skripsi?"
"Tentu saja, ini hidup dan matiku demi gelar sarjana." ujar Kirana masih belum sadar.
"Tapi jika sudah menikah, skripsi sudah tidak berguna lagi." ucap Bryan.
"Heh! Apa kamu tidak pernah makan bangku kuliah?"
"Tidak."
"Pantas saja tidak mengerti apa arti skripsi. Orang kaya kok ngga ngerti skripsi."
"Aku mengerti kok, aku bahkan sudah maginster."
"Ya, sombonglah sesukamu."
"Kamu tahu siapa aku?"
"Siapa lagi kalau bukan tuuuaan Brya ... nn." ucapan Kirana melemah.
Sejenak dia tertegun, dia melihat Bryan hanya memakai baju kimono mandi saja dan dia terlihat santai saja duduk di hadapan Kirana.
Kirana pun mundur, dia melihat Bryan begitu tenang duduk di ranjangnya.
"Tuan, anda sedang apa?" tanya Kirana.
"Menemanimu membuat skripsi." jawab Bryan singkat.
"Tapi tadi anda memanggilku, ada apa? Maaf, saya terlalu fokus mengerjakan skripsi."
"Emm, tidak jadi. Aku sudah ada di sini menemanimu dan mau ..."
"Eh, tunggu. Anda jangan mendekat pada saya tuan, saya bukan gadis yang mau menemani anda ..."
"Apa?"
"Emm, anda mau apa sebenarnya?" gugup Kirana melihat penampilan Bryan yang tetap terlihat seksi.
Duh, kenapa juga dia ada di sini sih? gumam Kirana dalam hati.
"Kan aku sudah bilang, mau menemanimu dan ..." kalimat Bryan terpotong lagi.
" Cukup tuan, jangan menyangkaku gadis murahan ya. Anda pergi dari kamarku atau aku yang pergi?"
Bryan tersenyum, dia pun mendekat pada Kirana lebih berani. Dia kembali menggoda Kirana, dia lebih mendekat pada Kirana yang sedang mundur dan membentur kursi. Hampir terjungkal jika saja Bryan tidak menarik tangannya.
"Aku tidak menyangkamu gadis murahan, kamu itu istimewa." bisik Bryan.
Dia lalu pergi keluar dari kamar tamu itu, meninggalkan Kirana yang masih kaget akan tadi.
"Dia itu kenapa sih? Suka sekali membuat jantung dan hatiku bergetar. Dia pikir hatiku terbuat dari baja apa? Yang tahan akan air hujan dan panas? Duh, tuan Bryan. Jangan menggodaku terus." gerutu Kirana masih terasa deg-degan jantungnya.
_
_
_
****************