Andara adalah gadis yang cantik pemilik kios bunga .Suatu hari dia harus menelan pil pahit sebuah penghianatan dari sahabat dan kekasihnya yang dipacarinya selama hampir 6 tahun. Tapi takdir berkata lain dan membawanya pada seorang pemuda dingin yang lumpuh putra seorang konglomerat.
Entah bagaimana mereka bisa bertemu di atas menara setinggi 50 kaki. Dan dari sanalah cinta mereka bersemi .
Nah untuk mengetahui cerita lebih lanjut, yuk simak di novel terbaruku.
Novel kali ini bergenre remaja labil yang mudah mudahan bisa menginspirasi para kaula muda untuk tidak putus asa dan tidak pernah menyerah.
Tetap semangat dan selamat membaca 🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dewidewie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CDAM: 26
Tok tok tok
Ceklek
" Ada apa ya mas" Andara mengernyitkan keningnya melihat mas kurir berdiri di hadapannya.
" Ada paket dari Innara Fashion untuk pak Devan Mahendra " Ucap mas kurir.
Andara pun tersenyum dan meraih paket tersebut.
" Oke, makasih ya mas. O iya mas ini Ada tips untuk masnya".
" Tidak kak, kita kurir resmi dari perusahaan tidak diperkenankan menerima uang dari pelanggan".
Andara tersenyum tipis kemudian meraih tangan mas kurir dan memberikan beberapa lembar uang untuknya " Sudah ini rejeki untuk keluarga mas di rumah, jangan dilaporkan ke perusahaan ".
Mas kurir pun tersenyum bahagia
" Terimakasih kak, saya permisi ".
" Iya mas, hati hati ya" Andara memang selalu ramah tanpa melihat status sosial.
"Siapa! " Suara Devan mengagetkannya.
" Emang kenapa? " Jawab Andara sambil menyembunyikan paket di balik punggungnya.
Devan mengernyitkan keningnya " Apa itu Ra?".
Andara tersenyum sambil terus menggoda Devan " Ada deh" Ucapnya sambil berlari ke dalam kamarnya.
Devan menggeleng perlahan kemudian meraih ponselnya dan menghubungi Innara.
Devan: Innara, kamu sudah antarkan baju yang aku pesan.
Innara: Iya Dev, semua sesuai permintaan. O iya Dev, benar baju itu untuk istri kamu, jangan jangan kamu membohongiku agar aku berhenti mengejarmu.
Devan: Kamu nih bisa saja, mana mau kamu bersanding dengan pria lumpuh seperti aku Innara.
Innara: Yang lumpuh kan cuma kakimu Dev, senjatamu masih normal kan, hahaha.
Devan: Ngaco kamu Innara, sudah jangan bahas lagi lama lama jadi gila beneran ngomong sama kamu.
Innara: Aku memang sudah gila Dev, aku tergila gila padamu.
Devan: Innara!
Innara: Oke oke terus kamu mau apa lagi Devan Mahendra?
Devan: Aku mau kamu nanti juga hadir di pesta. Kamu dan Aldo adalah sahabat terbaikku.
Innara: Kamu gak takut aku merusak rumah tanggamu? Sekarang itu lagi musimnya sahabat adalah maut.
Devan: Sudah bercandanya?
Innara: Hahaha takut juga rupanya, oke oke nanti aku pasti akan datang bersama si Aldo soplak itu. Tau gak Dev, kemarin Aldo nembak aku. Aneh gak, menurutmu gimana Dev?
Devan: Aneh bagaimana, ya kalau kamu suka terima saja. Lagipula itu lebih baik daripada kamu merusak rumahtanggaku.
Innara: Sialan kamu Dev.
Devan: Hahaha
Panggilan berakhir.
Ceklek
Andara keluar dari kamarnya namun dengan raut muka tidak senang membuat Devan mengangkat kedua bahunya untuk meminta penjelasan.
Andara memamerkan gaunnya dengan wajah ditekuk.
" Dev, masa aku ke pesta memakai baju seperti ini? ".
Devan pun mengeryitkan keningnya sambil beberapa kali menelan salivanya.
( Baju yang dikirim innara kepadanya sangatlah seksi. Gaun tanpa lengan dengan belahan dada sangat rendah bahkan hampir memperlihatkan setengah melon kembarnya. dan belahan di kaki yang hampir sempurna sampai di atas dan memperlihatkan dengan jelas kaki jenjang serta paha mulus seluruhnya).
Devan sempat berkeringat dingin melihat Andara yang begitu menggoda.
" Innara memang keterlaluan, masa iya istriku datang ke pesta dengan pakaian seperti itu" Batinnya.
"Pokoknya aku gak mau pakai baju ini, malu tau Dev".
" Iya iya Ra, gak apa apa. Terus kamu pakai baju apa? ".
Andara menggeleng perlahan, dan tiba tiba Andara teringat dengan kebaya yang diberikan oma padanya di hari akad nikah.
" Ada deh, kamu tidak perlu khawatir Dev, aku punya baju yang bagus untuk pesta nanti malam" .
Devan mengeryitkan keningnya " Kamu jangan bercanda Ra, baju yang mana lagi? Bukankah di lemari kamu isinya semua kaos dan celana jeans".
Andara tersenyum dan berjalan mendekati Devan yang ternyata sangat gugup.
"Andara, mau apa lagi? Sudah sana ganti bajumu" Ucap Devan dengan suara serak dan terdengar jelas kalau dia sedang menahan hasratnya.
Andara tidak memperdulikan dan terus mendekati Devan kemudian duduk di pangkuannya. Andara menyenderkan kepalanya di dada Devan dan sangat jelas terdengar suara degup jantung Devan yang sangat tidak beraturan.
" Kamu gugup Dev? "
Devan mengangkat kedua alisnya dan merasa tertantang dengan pertanyaan Andara.
" Kamu mau kita melakukan sekarang? " Bisik Devan di telinga Andara.
Andara tak menjawab dan terus menatap mata Devan yang ternyata sudah diselimuti kabut gairah.
Cup
Tanpa menunggu jawaban dari istrinya, Devan segera melahap bibir merah Andara.
Andara pun membalasnya dengan penuh gairah. Tak sampai di situ Andara mulai mencium leher Devan hingga membuat tanda kepemilikan di sana.
Devan memegangi punggung Andara dan kembali menyambar bibir merahnya.
Ciuman Devan pun mulai beralih turun ke leher putih Andara membuat pemiliknya mendongak ke atas dan dengan mudahnya Devan membuat tanda merah di sana.
Nafas keduanya sama sama memburu, dan perlahan Devan menurunkan gaun yang dipakai Andara hingga terpampanglah melon besar beserta biji kopinya yang minta untuk dihisap.
"Andara, kamu yakin kita akan melakukannya sekarang?" Bisik Devan karena tidak mau Andara menyesalinya.
" Apa kamu mau kita berhenti setelah seperti ini Devan" Jawab Andara dengan tersengal sengal.
Devan pun segera melancarkan aksinya setelah mendapatkan lampu hijau dari sang istri.
Seperti seorang bayi yang menyusu kepada ibunya, Devan menghisap melon yang disuguhkan untuknya secara bergantian sambil tangan satunya meremasnya.
Andara terus mendesah kemudian dia beranjak dari pangkuan Devan dan melepaskan semua pakaian yang masih melekat di tubuhnya.
Devan yang sudah dikuasai gairah tak bisa lagi berpikir jernih dan segera beralih duduk di sofa sambil membuka resleting celananya dan terpampanglah sebuah benda yang berdiri tegak menjulang dengan gagahnya.
"Mendekatlah sayang, naiklah dan tuntaskan semuanya" Pinta Devan.
Andara masih syok melihat senjata Devan
" Aduh, bagaimana kalau benda itu masuk, sakit gak ya" Batin Andara mulai berkecamuk.
Tiba tiba
Tok tok tok.
Terdengar suara ketukan pintu dari luar yang membuat keduanya kaget dan saling menatap, kemudian keduanya sadar sedang tidak memakai apa apa.
" Hahh, kamu buka Dev " Ucap Andara kemudian berlari ke kamarnya.
Sedangkan Devan berusaha memakai kembali celananya dan memasang kembali kancing bajunya yang sempat terlepas.
Ceklek
Devan pun membuka pintunya.
" Oma, ngapain ke sini? "
Oma terkejut dengan pertanyaan Devan dan melihat ke sekeliling " Oma kangen dengan kalian berdua, O iya Dev di mana Andara? ".
" Dia sedang berada di kamar oma" Jawab Devan masih sedikit gemetar karena terpaksa meredam hasratnya yang hampir saja tersalurkan.
Oma pun tersenyum dan berjalan ke arah kamar Andara, namun belum sampai di pintu kamar, oma dikejutkan dengan sebuah gaun seksi yang berserakan di lantai beserta segitiga dan bra.
Oma melotot tajam kemudian senyum senyum sendiri " Wah cucu oma hebat, sebentar lagi oma akan mendapatkan cicit, oh bahagianya oma. Tapi apa oma datang di saat yang tidak tepat ya".
Devan menunduk kemudian mendongak dan menatap omanya sambil menghela nafasnya.
bersambung