Menjadi ibu baru tidak lah mudah, kehamilan Yeni tidak ada masalah. Tetapi selamma kehamilan, dia terus mengalami tekanan fisik dan tekanan mental yang di sebabkan oleh mertua nya. Suami nya Ridwan selalu menuruti semua perkataan ibunya. Dia selalu mengagungkan ibunya. Dari awal sampai melahirkan dia seperti tak perduli akan istrinya. Dia selalu meminta Yeni agar bisa memahami ibunya. Yeni menuruti kemauan suaminya itu namun suatu masalah terjadi sehingga Yeni tak bisa lagi mentolerir semua campur tangan gan mertuanya.
Bagaimana akhir cerita ini? Apa yang akan yeni lakukan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tina Mehna 2, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 1. CTMDKK
Ku lihat suamiku sedang menonton sibuk bermain game di ponselnya. Aku pun mendekati nya, entah kenapa aku ingin sekali mangga muda. Dibikin lutis atau ngemil seger banget.
“Dede, pengen mangga kan? Minta bapak yuk suruh metik kin,” ucap ku mengelus perut ku yang makin buncit ini.
"Masss …” panggil ku.
Ku lihat dia tak bergeming dan tak sekali pun bergerak.
“Mas … dede pengen lutis nih, cariin dong mas. Lutis mangga muda tapi mas yang panjat sendiri ya dari pohonnya. Mass … kamu coba nih pegang dede geraknya aktif banget,” ucap ku dengan antusias dan memegang tangan suamiku.
“Apaan sih..” ucap nya
“Mas, kok kamu gitu sih?” ucap ku yang agak marah dengan nya.
“Sana kamu buatin camilan aja,” ucap nya menyuruh ku.
“Oke mas, tapi dengan satu syarat. Tolong dong sayang, sesekali turuti kemauan bayi kita. Dari awal ku hamil kan nggak pernah tuh di turutin. Cuma mangga yang kamu petik aja itu aja.” Ucap ku.
“Ahh, males. Kata mama itu kemauan kamu bukan bayi yang ada di kandungan kamu. Kamu ini ya, selalu saja merepotkan. Jadi istri seharusnya kamu mensyukuri apa yang ada.”
“Mas, kan aku bilang minta tolong, ini juga demi anak kamu,”
“Kalau kamu mau mangga, ya beli. Kemarin ku kasih kamu uang bulanan sekalian buat kamu jajan, ganggu main aja,”
“Mas, tapi kan sudah habis. Mas Cuma kasih 700 ribu. Beli belanjaan bulanan sabun dan lainnya 400 ribu, listrik 100 ribu, yang 50 ribu buat bayar utang ke bu vivi, 50 terakhir buat beli pulsa hp,”
“Aduh, seharusnya kamu kurangi belanja bulanan itu. Jangan banyak-banyak. Kamu juga harus irit, kata mama uang 700 per bulan itu sudah termasuk banyak. Gimana sih? Aku kan juga banyak tanggungan. Ada syifa yang harus bayar kuliah nya, ada mama lah, di tambah kamu mau melahirkan. Mama juga nuntut beli motor buat syifa. Seharusnya kamu ngertiin aku. Jangan menyusahkan suami terus. Maka nya kamu kerja juga, jadi kalau mau uang lebih tinggal pake uang sendiri. Apa-apaan kamu ini, hhhh jadi kalah kan. Gara-gara kamu! “
“Maass .. itu kan untuk sebulan mas? kamu kok gitu sih … Astaghfirullah … Aku kan istri kamu mas, Aku kan hanya bilang rincian pemakaian nafkah yang aku terima."
“Tapi dengan kamu bilang cuma di kasih aja artinya kamu sama sekali nggak mensyukuri apa yang suami kasih kan? Kalau kamu memang bersyukur pasti nggak akan bilang kalau uang 700 itu" ucap mas Ridwan meninggi.
“Mas, Apa kamu pernah coba berpikir di jaman sekarang yang serba mahal apa cukup dengan uang 700 ribu perbulan? Engga mas, makin banyak anggota keluarga makin banyak juga pengeluaran. Mama kamu kasih 4 juta tiap bulan, adik kamu saja kamu kasih 1 juta per bulan nanti dia minta lagi di pertengahan bulan. Sedangkan aku nggak pernah mas minta ke kamu lagi. Lagi pula aku cuma ingin ambilkan buah mangga muda aja loh mas. itu loh di depan rumah nya bu yati kalau kamu minta pasti dia kasih kok. Kenapa kamu malah berfikir kalau aku tidak bersyukur?" Ucap ku cerewet.
“Kamu ini ya kalau di kasih tau suami itu jangan bantah! Ada aja jawaban mu. Agghh sudah lah nggak betah ku di rumah.” Suami ku berdiri dan keluar dari rumah dengan membanting pintu.
“Astaghfirullah … Maafin ayah ya dede. Ayah pasti begitu karena cape.” Usap ku berbicara pada anakku di dalam perut.
Karena suami ku tak menuruti ngidam ku, aku pun terpaksa keluar dan meminta sendiri pada bu yati.
“Assalamualaikum bu ..”
“Waalaikumsalam eh yeni .. sini masuk sini..”
“Makasih bu, hehe permisi.”
Aku pun masuk ke dalam rumah bu yati, aku pun duduk setelah dia mempersilahkan.
“Mbak yeni ini di minum dulu, maaf hanya ada air putih mbak. Terus ini camilan nya di cicipi juga mbak, saya yang bikin loh.”
“Nggak apa-apa bu, saya yang minta maaf karena merepotkan,”
“Eh, engga engga mana ada repot mbak, malah seneng saya ada tamu" Jawab nya padaku.
“Hehe, makasih ya bu? memangnya Anisa dimana Bu?"
“Lagi di rumah mbah nya di kampung, aku ya nggak mungkin toh ikut, kalau warung tutup beberapa hari ya rugi ,”
“Oh begitu. iya juga sih" jawab ku tersenyum.
“Iya. Ini dicicipi juga kue bikinan saya. Oh iya tanggal berapa Hpl nya mbak? Kalau di lihat dari perutnya sih kayaknya laki-laki nih mbak hehehe,”
Aku meminum air dan menyicipi kue yang ditawarkan Bu Yati, “Iya Bu, sepertinya sekitar 2 Mingguan lagi. Amiin Bu kalau laki-laki mah"
“Oke ini ya. Sudah deket banget tuh mbak. Waduuh, yang semangat yo mbak..”
“Makasih bu, iya selalu semangat ini hehe,”
“Iya. Em, ini ada apa nih tiba-tiba ke sini? Apa ada masalah mba?”
“Eh enggak bu, nggak ada masalah. Yeni kesini cuma mau ijin kalau yeni minta mangga muda nya apa boleh bu? Nggak tau kenapa yeni pengen banget mangga muda dari kemarin,”
“Mangga muda? Ya boleh lah yen, masa nggak boleh? Mau berapa nih? Ku ambilkan nih,”
“Hehe, makasih ya bu, Yeni Cuma mau 2 aja bu,”
“2 aja? Beneran? Nggak mau sekilo sekalian?”
“Kebanyakan bu, hehe,”
“Udah nggak papa, sebentar di sengget dulu mangga nya, kamu tunggu sini aja di makan nih camilannya.”
“Makasih banyak ya bu, nggak enak ngerepotin terus,”
“Halah, kaya sama sapa aja kamu yen,”
Aku menunggu bu yati dengan memakan kue-kue yang di buat oleh bu yati lagi. beberapa saat kemudian, bu yati masuk kembali dengan satu kantong kresek berisi mangga yang dia ambil tadi.
“Nih, cukup ya segini? Kalau mau lagi ngomong ya yen,”
“Ini lebih bu, makasih banget nih yeni jadi keturutan makan mangga muda,”
“Sama-sama, santai aja, nanti kalau habis pengen lagi bilang aja yen” ucap bu yati padaku.
“Hehe, siap bu,”
“Yo wes, lagi nih makan nya yang banyak, enak kan? Atau mau bawa ini juga?”
“Enak banget bu, hehe jangan bu ini buat tamu yang lain aja.”
“Padahal ya nggak papa mbak, aku malah seneng berarti kue bikinan ku enak hehe, Yang buat mah suka kalau buatannya di habisin,”
“Hehe, enggak bu, cukup mangga saja,”
“Yo wes,”
Setelah mendapatkan mangga, aku dan bu yati berbincang sebentar, dia juga dengan baik mengiriskan berapa mangga itu untuk ku makan. lalu tanpa sadar terdengar adzan ashar.
“Eh udah ashar kah? Aduh duh, nggak terasa nih kita ngobrol nya,” ucap bu yati.
“Iya bu, nggak terasa sekali ya bu,”
Tiba-tiba ku dengan samar mendengar suara seseorang memanggil nama ku. Lama kelamaan suara itu semakin terdengar dan juga semakin jelas.
Bersambung..