NovelToon NovelToon
Tetanggaku Musuhku

Tetanggaku Musuhku

Status: sedang berlangsung
Genre:Pernikahan Kilat
Popularitas:10.1k
Nilai: 5
Nama Author: Bhebz

Bertetangga dengan seseorang yang sangat kamu benci adalah sebuah musibah besar. Hal itulah yang dialami oleh Bara dan Zizi.

Parahnya lagi, mereka berdua harus menikah untuk mendapatkan harta warisan yang sangat banyak.

Mampukah keduanya berdamai untuk mendapatkan keuntungan atau malah sebaliknya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bhebz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 1 Salah Alamat

"Stop bang!" jerit Zizi dengan suara cemprengnya.

Ciitt!

Bang Udin, sang sopir langsung menginjak rem tak kalah cepat dengan suara gadis itu.

"Kenapa mbak? Ada apa lagi?" tanya bang Udin dengan wajah yang tampak sangat kaget.

"Itu bang. Mundur dikit boleh gak?" jawab Zizi dengan wajah meringis.

"Iya mbak." Wajah bang Udin meringis, setelah itu ia bergegas melakukan apa yang diinginkan oleh penumpangnya.

"Stop bang!" jerit Zizi lagi.

Ciitt!

Bang Udin kembali menginjak rem dengan cepat. Untungnya Zizi memakai seat belt nya jadi adegan nabrak dengan dashboard mobil pickup itu bisa dihindarinya.

"Pelan-pelan dong bang kalo mau ngerem kayak gitu!" gerutu gadis itu. Bang Udin hanya bisa tersenyum meringis dan kemudian mengajukan protes.

"Maaf mbak. Habisnya minta stop mulu sih."

"Ish. Ya kan abang KELEWATAN jadi aku minta stop!"

Bang Udin hanya menghela nafas dengan perasaan sabar seluas samudra. Pasalnya, ini yang kesekian kalinya penumpangnya ini berlaku seperti ini dalam hitungan beberapa jam saja.

Aaa untungnya gadis ini cantik, jadi tidak terlalu membosankan bersama dengannya, batin bang Udin.

"Kita gak nyasar lagi 'kan bang? Eh, maksud aku ini beneran alamatnya 'kan bang?"

Hadeh!

Bang Udin akhirnya menggerutu lagi dalam hati. Wajahnya ia sapu dengan kedua tangannya berusaha bersabar.

"Iya mbak. Alamat yang ini udah cocok kok. Di depan gapura sebelum masuk komplek, tulisannya ada, kayak nama Citra - citra gitu."

"Ih gimana sih bang. Kok abang kayaknya jadi ragu kayak gitu sih?" protes Zizi.

Bang Udin kembali menghela nafasnya berat.

Sabar...

Hanya itu kata yang harus ia ucapkan dalam hati.

"Gambaran mbak Meta tentang alamatnya kayaknya gak sesuai deh. Sapa tahu yang bang Udin lihat itu cuma penCITRAan aja, gimana? Kan salah alamat lagi kita."

Zizi berucap seraya memandang ke sekeliling komplek itu dari balik kacamata hitamnya.

"Lah, saya kan tidak tahu juga mbak. Saya 'kan cuman ngantar kemana saja mbak mau."

"Iya, tapi kan Abang harus tahu semuanya juga. Aku ini penumpang penting lho. Aku juga udah lelah. Udah capek dan juga lapar."

"Ya sama mbak."

Bang Udin mendengus pelan. Pria itu masih berusaha bersabar meskipun rasanya ia sudah hampir menyerah. Sedari tadi penumpangnya ini terlalu cerewet dan selalu saja merasa benar. Sudan dua jam mutar-mutar tapi mereka tak kunjung sampai pada tujuan.

"Saya 'kan udah bilang mbak, kita harus nelpon orang yang tahu alamatnya atau minimal tanya om Gugel. Jadi kita gak akan nyasar."

Zizi langsung melotot dari balik kacamata hitam yang baru ia beli di pinggir jalan kemarin siang.

"Ya ampun bang Udin. Sedari tadi bang Udin selalu aja ngomongin Om Gubel. Lagian Om Gugel itu siapa sih? Aku 'kan gak punya om yang namanya om Gugel."

Grrrr

Bang Udin hanya bisa mencengkram kemudinya dengan gemas. Ko' bisa-bisanya gadis ini keterima kerja di Perusahaan besar tapi berkenalan dengan om Gugel saja belum pernah.

Ia yang hanya seorang sopir aja tahu siapa Om Gugel sedangkan gadis cantik di sampingnya ini?

Hello?

Kemana saja dia di dunia serba teknologi ini?

"Kok gak dijawab sih bang. Om Gugel itu siapa?" tanya Zizi dengan ekspresi polosnya.

Bang Udin tak ingin menjawab. Ia lebih memilih menenggak minumannya dari sebuah botol air kemasan. Zizi pun sadar. Mungkin Bang Udin udah merasa bosan dan lelah menolongnya.

"Aku 'kan baru kerja satu hari dan langsung dapat rumah dinas bang. Trus aku belum sempat tanya mbak Meta baik-baik. Eh udah dapat kunci rumah, katanya hari ini aku sudah harus pindah ke rumah baru."

"Iya deh mbak. Saya ngerti kok. Coba sekarang lihat alamatnya lagi mbak, supaya kita gak capek mutar-mutar lagi."

Bang Udin pun akhirnya mengalah.

Zizi pun membuka kembali kertas kecil yang sejak tadi ia pegang sampai lusuh. Beberapa huruf dan angka di dalam kertas kecil itu bahkan sudah hilang karena sudah lelah diremas-remas.

"Ah ya ternyata bang Udin betul. Nama kompleknya bener ada Citranya!" pekik Zizi senang. "Tapi awas lho bang. Kalo kita salah lagi," lanjut gadis itu dengan wajah mengancam.

Bang Udin kembali menghela nafasnya pelan.

Sabar...

Gadis ini selain cerewet, ia juga sangat sok tahu meskipun sering banget salah.

"Ya udah mbak, kalo gitu kita cek nomor rumahnya saja. Udah cocok apa belum?"

Zizi tersenyum kemudian melihat rumah berwarna krem di hadapannya.

"Hum, tapi kayaknya kita sudah cocok deh bang," ucap Zizi lagi meyakinkan. Kedua mata indahnya bergantian melihat kertas kecil lusuh ditangannya dengan rumah yang ada di hadapannya.

Gambaran rumah itu pas dengan rumah yang digambarkan oleh Meta, kepala bagian HRD di perusahaan tempatnya bekerja.

"Yah, Alhamdulillah mbak. Akhirnya kita benar-benar sampai," balas bang Udin kemudian turun dari mobil pick itu.

Zizi pun ikut turun tanpa membuka kacamata hitamnya yang masih setia bertengger pada hidung minimalisnya. Gadis itu menatap pagar rumah yang baru ia datangi dengan ekspresi senang. Rumah itu ternyata mewah meskipun minimalis.

"Ini beneran rumahnya 'kan bang?" tanya gadis itu lagi tiba-tiba meragu. Akan tetapi bang Udin sudah tak ingin menjawab. Pria itu sudah lelah. Ia lebih memilih membuka tali pengikat barang bawaan gadis itu dengan cepat agar urusannya cepat beres. Setelah itu ia akan pergi dari tempat itu.

"Ah iya deh. Kalau kuncinya cocok ya udah pasti tepat lah bang, hehehe." Zizi terkekeh renyah. Setelah itu, ia pun mencoba membuka pintu pagar rumah minimalis itu dengan sebuah anak kunci yang ia bawa.

"Kuncinya kok gak cocok sih bang?" ucap Zizi setelah mencoba membuka gembok pagar itu.

Bang Udin pun menghentikan kegiatannya menurunkan barang-barang gadis itu. Ia menghampiri Zizi dan ikut menyentuh gembok pagar.

"Lah kok bisa ya mbak?" tanyanya setelah mencoba menggantikan Zizj dan ternyata memang tidak berhasil.

"Iya gak bisa. Udah aku coba berkali-kali." Wajah Zizi yang putih dan glowing merenggut. Sang sopir pun bingung dan langsung berubah khawatir. Kepalanya langsung semakin gatal karena sudah beberapa hari ini belum bertemu dengan shampo.

"Aduh mbak, jangan-jangan salah kunci lagi," ucap pria paruh itu dengan wajah meringis.

"Ah gak mungkin. Aku gak punya kunci lain selain kunci ini bang," timpal Zizi cepat.

"Lalu gimana dong mbak. Masak kita harus nyari kunci lagi sih. Mana sewa mobilnya murah banget lagi," sahut bang Udin mulai menggerutu.

Bibir Zizi pun manyun. Hatinya mulai dongkol. Apalagi rasa panas berada di luar ruangan seperti ini membuatnya semakin kegerahan. Belum lagi, perasaan ingin pipis sudah mulai menggangunya.

Gadis itu merapatkan kedua pahanya karena sudah mulai tak sabar. Bentar lagi akan banjir di situ itu kalau ia berlama-lama.

"Duh gimana dong bang?" ucapnya gelisah. Apakah ia harus kembali ke Perusahaan yang baru saja menerimanya jadi Office Girl? Hari ini 'kan hari Minggu, mana ada yang akan melayaninya.

"Tolong aku bang. Aku juga cuma dikasih kunci ini lho sama mbak Meta. Katanya ini adalah kunci satu-satunya. Jadi jangan sampai hilang atau aku bakalan disuruh ganti rugi."

"Lah!"

Wajah Bang Udin ikutan stress tapi pura-pura tak perduli. Ia sudah lelah. Dan sekarang ia ingin pergi dari tempat itu secepatnya.

Zizi sendiri kembali mencoba memutar anak kunci sembari membaca bismillah berkali-kali. Surah Al-fatihah pun ia baca agar kunci gembok besar pagar itu bisa terbuka.

"Hey! Kalian mau mencuri ya?!" teriak seseorang dari arah dalam pagar rumah.

Eng Ing Eng...

O o o siapa dia?

Hai, othor datang lagi nih, semoga masih ada yang merindukan othor 😍

Azizah Khumairah atau Zizi, 19 tahun.

Visual, Bara Al Fayed, 28 tahun.

1
Hadiyah 0575
Ya...karena Bara dah jatuh cinta sama kamu zi makax ga mau diceraikan
Hadiyah 0575
Jangan test drive dulu dong nanti zizi marah lho..
Hadiyah 0575
Rasain kamu dela..makax itu mulut pake rem dikit dong😎
Teh Fufah
cemburu cemburu butaaa
Hanizar Nana
Zizi kamu harus terbuka biar jelas semuanya.jangan ada rasia diantara suami istri wlpun tidak tau sampai kapan km bersama bara.setidaknya km belaku baik dan terhormat
Rahmah Salam
iiiii zi...kamu benci atau kesel sih....eee salah....benci atau vinta sih???......ko ' kesel...../Casual/
Baby sakinem
semangat thorr , jangan lupa banyakin up nya 3x sehari ya thorr, dan aku juga udah banyak2in vote jugaa🥰
Heni Mulyani
lanjut
Fitri Nur Hidayati
oh mungkun maria byucibotak bara agar benci papanya dgn cerita yg dibikin mengsedihkan. y thor.
Hadiyah 0575
Sabar ya zizi, jgn mudah terhasut pengacau
Hadiyah 0575
sepertix suasana makin puanass...😎
Hadiyah 0575
Pasti saran devano sangat disukai oleh bara..😀
Hadiyah 0575
Cemburu ya Bar?
Rahmah Salam
ee jngn prnh mencoba....nnti lu uring2an klau nggk di gubriss.....
RACHMAH PARAUDDIN
rahasia apa kira2 yg pak hasan sembunyikan dr bara ttg zizi dan keluarganya yaaaa...jd penasaran ..lanjut thor ...
RACHMAH PARAUDDIN
kasian lo d e l a yg di sebut pak bara bukan namamuuuu....
Gendis
hahaha kena mental pastinya
Monica
Maria ini kok kyk jd macam ibu tiri yg kyk lampir tp bertopeng jd ibu peri...mencurigakan
Monica: bisa jadi kak
Mbah: bener banget, apa jangan2 bukan ibu kandungnya Bara ya kak?
total 4 replies
Fatir
emangnya kendaraan di test Drive dulu bang?
Fatir
bagus Zi, 🤭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!