Harap bijak dalam membaca.
kesamaan nama keadaan atau apapun tidak berkaitan dalam kehidupan nyata hanya imajinasi penulis saja.
Seorang wanita muda kembali ke tanah kelahirannya setelah memilih pergi akibat insiden kecelakaan yang menimpanya dan merenggut nyawa sang Kakek.
Setelah tiba ia malah terlibat cinta yang rumit dengan sang Manager yang sudah seperti Pria Kutub baginya. Belum lagi sang Uncle dan mantan kekasih yang terus mengusik kehidupan asmaranya.
Lalu di mana hati Alice akan berlabuh? Dapatkah Alice menemukan pelaku pembunuh sang kakek..
Yuk ikutin kisahnya...
jangan Lupa Like Vote Komentar maupun Follow terimakasih..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kanian June, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 1
De Heaven Hotel jam 21.00
Masih terlihat banyak orang yang merayakan pesta besar. Bukan sebuah ikatan perjanjian suci yang di gelar. Melainkan seperti acara hajatan yang mengundang rekan bisnis dan keluarga besar dari Christopher.
Pendiri sekaligus pemilik perusahaan properti yang ternama di kotanya.
Meski sang pemilik sudah tiada beberapa tahun silam namun perusahaan nya tetap jaya dan mungkin lebih maju berkat anak bungsunya yang menggantikan.
Meski mendapatkan penolakan dari kakak kedua nya namun dia juga tidak bisa berbuat apa-apa
Karena perintah itu tersirat pada sebuah surat wasiat sementara. Bahwa ia harus menggantikannya menjadi pemimpin perusahaan Properti tersebut.
Sedangkan kakak tertuanya tidak berharap sepeserpun harta dari orangtuanya.
Ia sudah bahagia dengan keluarga kecil nya di tempat ia sekarang.
Akhirnya setelah melewati perundingan yang panjang William memberikan sebuah usul agar anak dari kakaknya tertua di berikan izin untuk pulang ke Indonesia.
William berharap kelak sang keponakan bisa ikut andil mengurus anak perusahaan.
Sang Mama menyetujui saran yang di berikan, namun baru di tahun ke empat setelah sepeninggalan kakeknya tersebut Alice menyanggupi permintaan sang Oma.
Di sebuah rooftop hotel De Heaven.
Ada sepasang wanita tengah berdiri berhadapan setelah berdebat beberapa percakapan.
Sang wanita paruh baya yang masih tidak terima dengan keputusan Alice untuk pulang dan memilih mengawasi gerak-gerik nya.
Sampai di saat Alice tiba-tiba hilang dari kerumunan ia segera menyusul mencari keberadaan Alice.
Sampai di dekat lift dia melihat bayangan Alice hilang.
Segera ia mendekat melihat ke lantai mana Alice pergi.
Setelah mengetahui di mana lift tersebut berhenti Berlian lalu naik ke lift dari sebelahnya untuk menyusul Alice.
Di rooftop Hotel De Heaven
PLAK
"Kenapa kamu harus kembali disaat keluargaku sudah bahagia!"
Teriak wanita paruh baya dengan sorot mata yang membara memancarkan kebencian yang berapi-api.
Ketika ia berhasil menemukan seseorang incarannya yang berdiri seorang diri.
"Hem.. Apa kini kamu takut denganku?"
Sudut bibir Alice terangkat menampilkan
senyum sinis nya seolah dia menganggap remeh tamparan wanita tersebut.
Meski sebenarnya Alice menahan rasa panas yang membekas merona di pipinya.
Namun itu tidak sebanding dengan sakit di hatinya.
"Hah! Woh! Aku Berlian Christoper tidak akan pernah takut dengan siapapun apalagi dengan anak ingusan sepertimu!"
Tampik Berlian dengan angkuhnya seolah dia tidak pernah takut dengan apapun yang di hadapinya.
Apalagi dengan seorang anak kecil seperti Alice yang menurutnya hanya lalat kecil.
"Baguslah...Mulai detik ini nikmati sisa hidupmu dengan bahagia dan berhati-hatilah. Aku masih memberimu kesempatan emas jadi ingatlah jangan kau si-a si-a kan!"
Tegas Alice dengan kata penuh penekanan, sorot mata tajam dan wajah datarnya mampu menghipnotis siapapun yang berhadapan dengannya menjadi ciut.
Ya, meskipun usianya akan memasuki seperempat abad namun tidak ada yang tau bahwa gadis lugu sepertinya memiliki dua topeng yang berbeda.
Hanya orang-orang tertentu saja yang mengetahui bagaimana muka lain Alice.
Sudah enggan peduli Alice lebih memilih pergi meninggalkan bibinya yang masih mematung membelakanginya di rooftop.
Lantas Alice bergegas menuruni tangga menuju Toilet. Ia ingin membasuh wajahnya sebelum kembali berkumpul dengan keluarganya di bawah.
"Mama..."
Panggil seorang wanita yang usianya hampir seumuran dengan Alice berjalan menghampiri nya.
Seketika ekspresi Bibi Berlian berubah dari yang syok menjadi tersenyum dengan hangat.
Ia masih sibuk dengan melihat hamparan lampu dari tempatnya berdiri.
"Mama kemana aja sih? Moza nyariin dari tadi taunya di sini."
Ucap Moza dengan merangkul tubuh mungil mamanya.
"Mama tadI ke toilet sayang. Tiba-tiba mama penasaran sama tempat ini jadi mama kesini. Maaf ya sayang. Yasudah ayo kita ke bawah lagi."
Ajak berlian kepada putrinya. Moza pun hanya membalas dengan anggukan dan menggandeng tangan mamanya.
Lalu keduanya beranjak pergi menuju restoran di lantai bawah.
Apa tadi dia tidak bertemu dengan Alice ya?
Batinnya menilai pertanyaan Moza sebab dia tidak bertanya kenapa Alice juga berjalan dari tempat ini.
Akhirnya merekapun berjalan menaiki Lift kembali berkumpul dengan keluarga besarnya.
Netra Berlian memindai seluruh ruangan tapi tidak di temukan anak kecil yang ia maksud. Anak kecil yang sekarang sudah tumbuh menjadi wanita yang menyeramkan menurutnya.
Waktu sudah semakin larut namun keadaan Hotel Bintang Lima tersebut masih begitu meriah dengan tamu dan keluarga besar.
Pasalnya Oma Rochelle memang membooking hotel 2 hari penuh hanya untuk mengadakan pesta untuk menyambut kepulangan cucu kesayangannya.
CEKLEK
Diikuti langkah tergesa setelah bunyi pintu yang di buka dengan keras.
"Ha! Tutup tirainya, berani sekali kau mengganggu tidurku." Teriak si gadis mungil sembari menarik selimut menutupi hingga seluruh tubuhnya.
"Dasar anak nakal!" sahut oma tak kalah nyaring. " Kamu tidak pernah bisa berubah". Sambung Oma Rochelle dengan gelengan kepala. Ia pun mendekati Ranjang King Size klasik warna putih dan menarik selimut yang menggulung tubuh cucu kesayangannya.
"Ha! Apa kamu tidak mendengarkanku? Dasar Tu.. "
Seketika ucapan Alice terhenti saat dia tersadar siapa yang berdiri dengan berkacak pinggang penuh amarah di hadapannya.
"O.. Oma.. " Lanjut Alice dengan wajah yang cengiran khas nya.
"Mau jadi apa anak perawan jam segini masih malas-malasan, lihat itu sepupumu sudah sejak pagi bantuin nyiapin sarapan"
Balas Oma dengan ekspresi masih seperti seekor harimau yang siap menerkam mangsanya.
"Dasar anak nakal." Ujar oma dengan memukul kecil bokong Alice yang baru saja bangkit dari ranjang nya. pukulan tersebut juga membuat yang punya terbelalak kaget kesakitan.
"Baiklah oma, tapi tolong Oma jangan mulai membandingkan aku dengan Moza kami berbeda." Sambung Alice dengan mimik yang memelas berjalan menuju kamar mandi.
Tak lupa ia menyambar handuk yang tergantung sebelah pintu kamar mandi.
"Aduh Oma! Sakit." Rengek yang punya bokong. Mengusap bekas pukulan sang Oma.
"Biarin aja, bahkan kamu juga tidak pernah dengar dan peduli saat oma mu ini merengek mengeluh sakit." Gerutu oma sambil memalingkan wajah.
Mendengar omanya bertingkah seperti itu Alice pun berbalik lari dan memeluk omanya.
Setelahnya mereka saling berpelukan menumpahkan rindu yang bertahun-tahun terbendung.
Segera Oma menghapus bulir bening yang menerobos begitu saja sebelum Alice menyadari.
Meski air mata bahagia namun tidak ingin membuat Alice salah faham.
Di kamar itu merekapun melanjutkan cerita yang terlewatkan saat terpisah.
Dan Alice memutuskan untuk pergi dari rumah sampai Alice bisa seperti sekarang.
Namun tidak semuanya Alice ceritakan, hanya bab bahagia saja.
ia enggan membuat sang Oma memikirkan kemungkinan terburuk yaitu rasa bersalah yang seumur hidup bisa terpatri di dalam hati.