Dista Keinadira, harus menelan rasa pahit kala Pamannya menjadikan sebagai alat penebus hutang. Kepada sosok pria lajang tua kaya raya yang memiliki sifat dingin dan sulit ditebak yaitu, Lingga Maheswara.
Pernikahan yang hanya dianggap nyata oleh Dista itu selalu menjadi bumerang dalam rumah tangga mereka. Lingga selalu berbuat kasar kepada Dista yang selalu saja mengharapkan cinta darinya.
•••••
"Satu ucapan cintaku akan setara dengan derasnya air mata yang akan kau keluarkan, Istriku.." Kata Lingga disela isak tangis menyakitkan Dista.
∆∆∆
Halo, jangan lupa follow dan dukung selalu🙃
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Haasaanaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
AMP~~ BAB 1
Dista Keinadira harus menelan rasa pahit kala pamannya menjadikan dirinya sebagai penebus hutang dengan seorang lajang tua yaitu, Lingga Maheswara. Seorang pria bersikap dingin yang siapapun yang mendengar namanya pasti akan merasakan takut.
Pernikahan yang hanya dianggap nyata oleh Dista itu selalu menjadi bumerang dalam rumah tangga mereka. Lingga selalu berbuat kasar kepada Dista yang selalu saja mengharapkan cinta darinya.
“Satu ucapan cintaku, akan setara dengan derasnya air matamu, istri ku..” Ucap Lingga disela isak tangis menyakitkan Dista.
∆∆∆∆∆∆∆∆∆∆∆∆ MULAI ∆∆∆∆∆∆∆∆∆∆∆∆
Seorang gadis terlihat sedang terburu-buru mengayuh sepedanya, ia takut terlambat hingga membuat Paman dan Bibinya marah nanti. Dista namanya, seorang gadis cantik berbalut hijab segi empat. Ramah tamah serta lemah lembut, ia tidak memiliki orang tua lagi untuk menjadikan sebagai sandaran hidup. Dista dibesarkan oleh Paman dan Bibinya yaitu, Javas dan Mutiara.
Sore ini ntah apa yang membuat Javas memanggil Dista untuk segera pulang ke rumah. Bahkan mengatakan jika ini sangat penting, hingga membuat Dista cepat-cepat mengayuh sepeda usang peninggalan sang Ibu.
Sesampainya di rumah, Dista melihat Mutiara yang menunggu nya didepan pintu. Tangan Mutiara menenteng plastik yang membuat Dista semakin penasaran.
“Maaf, Bi, Lama.. Tadi_”
“Sudah jangan banyak bicara, kamu yaaa.. Memang tidak pernah menghargai waktu, selalu saja sibuk dengan anak-anak panti kamu itu.” Hardik Mutiara kepada Dista yang kini hanya menunduk memainkan jari-jemarinya sendiri.
“Kamu itu kami besarkan bukan untuk bermain dengan bocah miskin itu, tapi untuk berguna." Hardik Mutiara lagi, Dista kini memberanikan diri menatap sang Bibi yang menatapnya dengan tatapan yang sangat benci.
“Suamiku, ini keponakan tersayang mu!” Teriak Mutiara yang berhasil membuat Dista terkejut setengah mati. Sebenarnya tidak heran karna juga Mutiara selalu seperti ini di rumah.
Tak lama Javas muncul, ia menghela napas lega melihat Dista yang sudah datang.
“Nak, sekarang cepat mandi dan berganti pakaian dengan pakain yang bagus.” Perintah dari Javas membuat Dista bingung sebenarnya.
“Ini..” Tangan Mutiara memberikan plastik yang sedari tadi ia pegang. Dista menerimanya, ia melihat ada pakaian gamis yang biasa Dista pakai. Pakaian itu terlihat mahal, tidak biasanya Mutiara memberikan pakaian mahal seperti ini untuknya.
“Cepat mandi sana!” Mutiara mendorong Dista agar segera mandi, karna langkah Dista terlihat lambat sekali. Dista pun terus melangkah cepat takut kalau Mutiara marah lagi.
“Kau yakin Tuan Muda itu akan mau menerima Dista?” Tanya Javas kepada sang istri yang masih terlihat gusar. Karna Tuan yang dimaksud lebih menyukai perempuan bar-bar yang berpenampilan sexy bukan tertutup seperti Dista.
“Hei, suamiku.. Tuan muda itu hanya meminta wanita saja, soal suka atau tidaknya.. Sebaiknya jangan dipikirkan.” Balas Mutiara yang mendapatkan anggukan saja dari Javas.
Javas tidak merasa bersalah sedikitpun atas apa yang akan ia lakukan kepada kehidupan seorang Dista yang merupakan keponakan kandung nya.
“Sudah lah, sudah saatnya Dista berbalas budi kepada kita. Jadi, jangan merasa bersalah padanya.” Tutur Mutiara kepada sang suami yang kini hanya diam menatap foto keluarga mereka.
•
Dista bercermin melihat penampilannya kali ini, memakai gamis berwana hijau mint dengan warna hijab yang senada. Dista tersenyum melihat pantulan dirinya sendiri dicermin itu. Terakhir tak lupa pula Dista mengoleskan pewarna bibir untuk bibirnya yang terlihat pucat.
“Kamu sudah siap?” Tanya Mutiara yang tiba-tiba saja muncul membuat Dista terkejut. “Ha gitu dong, terlihat cantik dan rapi..” Puji Mutiara yang mendapatkan senyuman manis dari Dista.
“Emm, Bibi.. Kita memangnya mau kemana?” Tanya Dista setelah lama berdiam diri dari rasa penasarannya. Jujur jantung Dista berdegup kencang menantikan jawaban dari sang Bibi.
Mutiara terlihat bingung ingin menjawab apa, tapi disebalik hati Mutiara yakin jika Dista merupakan anak yang penurut. Apa lagi hal ini soal Pamannya, pasti Dista tidak akan ragu untuk mengorbankan diri.
“Paman mu punya hutang dengan Tuan Muda Maheswara, jadi..” Mutiara tidak melanjutkan ucapannya karna melihat tatapan mata Dista yang sangat teduh.
“Hutang itu sudah menumpuk menjadi banyak, kalau kami tidak membayar minggu ini.. Maka Paman mu akan masuk di penjara dan tidak akan pernah keluar dari sana.” Timpal wanita separuh tua itu, ia seperti ragu-ragu untuk menceritakan semua kepada Dista.
“Lalu, apa hubungannya ini semua denganku, Bibi?” Tanya Dista dengan suara yang melemah, perasaan Dista menjadi tidak enak.
“Untungnya Tuan Muda itu meminta salah satu anak Paman mu untuk menjadi istrinya. Kebetulan kami ada kau, karna juga Dinar belum niat menikah.” Pungkas Mutiara.
Bagaikan petir disiang bolong itulah yang Dista rasakan, ia menatap tak percaya kepada Mutiara yang terlihat biasa saja setelah menaruhkan hidup dari seorang keponakannya.
“Dengar, Dista.. Kamu tidak bisa memberontak ini semua, Paman mu sudah menggadaikan semua ini demi masa depanmu dengan Dinar. Jadi, jangan protes lagi.” Peringatan Mutiara membuat hanya air mata yang menjadi jawaban dari Dista.
“Bi, apa hanya aku penyebab itu? Kenapa harus aku yang berkorban? Jika memang pria itu kaya, tapi kenapa harus Dista yang menjadi_”
“Sudah jangan banyak drama! Kamu bakal enak nanti jadi nyonya besar, hanya mengurus suami tidak capek seperti Bibi yang harus berjualan gorengan. Bersyukur kamu, bukannya malah protes seperti itu.” Ucap Mutiara yang berhasil membuat Dista terdiam.
“Sudah, ayo kita berangkat.” Ajak Javas, bahkan pria itu tidak menatap kearah Dista terlebih dahulu.
Dista meremas gamis yang ia pakai, pantas saja Mutiara membelikan gamis sebagus ini untuknya. Ternyata kalau tidak ada niat terselubung maka sudah pasti Mutiara tidak akan pernah bersikap baik. Hingga kini Dista hanya pasrah, melawan juga hasilnya percuma. Berteriak-teriak meminta tolong kepada Pamannya juga percuma, semua juga akan terlihat tidak perduli kepada Dista yang selalu menjadi taruhan dalam hal apapun.
•
Sepanjang perjalanan yang mengendarai mobil butut Javas itu dinikmati oleh Dista. Ia terus mendengar ocehan dari Mutiara tentang seperti apa Tuan Muda yang akan menjadi suaminya nanti. Dista takut kalau akan dinikahkan oleh Tuan yang tua tapi hanya sebutan saja sebagai Tuan Muda.
“Mana ada Tuan Muda tampan yang harus menjadikan wanita tebusan hutang sebagai istrinya..” Gumam Dista didalam hati.
Hingga tiba-tiba saja mobil Javas berhenti tepat didepan pagar tinggi. Mata Dista melihat sekeliling perumahan mewah dan terkesan hanya orang-orang elite yang dapat tinggal ditempat ini. Dista turun dari mobil, ia melihat bangunan mewah dan megah itu dengan penuh kekaguman.
“Hei, Dista! Cepetan!” Panggil Mutiara yang langsung membuat Dista berlari. Mutiara memang tidak sabaran dengan langkah lamban dari sang keponakan, ia tidak mau semua berantakan karna ulah Dista.
Pintu pagar terbuka terlihat security yang berjalan kearah mereka. “Maaf, kalian siapa? Dan ada perlu apa?” Tanya security itu sambil menatap penuh curiga kepada ketiga manusia itu.
“Kami sudah ada janji dengan Tuan Maheswara, sore ini memang hari yang dijanjikan.” Jawab Javas, Security itu percaya saja. Menyuruh mereka untuk segera masuk, disaat itulah Dista merasa jika Tuan Maheswara ini merupakan sosok angkuh yang tidak menerima tamu dengan baik.
Keluarga Javas terus diarahkan menuju ruang tamu, dimana saat memasuki Rumah mewah itu tentunya tidak berhenti berdecak kagum. Apa lagi Dista yang baru pertama kali melihat hunian mewah seperti ini, ia merasa rumah mewah seperti ini hanya ada didalam mimpi.
“Kenapa lama sekali? Kalian kira, saya pantas menunggu kalian seperti ini?” Suara itu membuat Dista terkejut setengah mati. Matanya langsung tertuju kepada sosok pria tinggi jangkung dengan wajah super tajam dan tatapan mata yang seperti ingin membunuh sekarang juga.