NovelToon NovelToon
Di Ujung Waktu Cinta

Di Ujung Waktu Cinta

Status: tamat
Genre:Tamat / Cintapertama / Ketos / Balas Dendam / Anak Kembar / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:940
Nilai: 5
Nama Author: Azra amalina

Skaya merupakan siswi kelas XII yang di kenal sebagai siswi berprestasi, cantik, dan ramah. Banyak lelaki yang menyukai Skaya, tetapi hatinya justru terpesona oleh seseorang yang tidak pernah meliriknya sama sekali, lelaki dingin yang terkenal sebagai anggota geng motor yang disengani di kota nya.
Darren bukan tipe yang mudah didekat. Ia selalu bersikap dingin, bicara seperlunya, dan tidak tertarik oleh gosip yang ada di sekitarnya. Namun Skaya tidak peduli dengan itu malah yang ada ia selalu terpesona melihat Darren.
Suatu hari tanpa sengaja Skaya mengetahui rahasia Darren, ternyata semuanya tentang masalalu yang terjadi di kehidupan Darren, masalalu yang begitu menyakitkan dan di penuhi oleh janji yang tidak akan ia ingkar sampai kapanpun. Skaya sadar waktu begitu singkat untuk mendekati Darren.
Ditengah fikiran itu, Skaya berusaha mendekati Darren dengan caranya sendiri. Apakah usahanya akan berhasil? Ataukah waktu yang terbatas di sekolah akan membuat cinta itu hanya menjadi kisah?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Azra amalina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Hari Kelulusan

Hari yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba. Sekolah penuh dengan para siswa berpakaian rapi, senyum mengembang di wajah mereka. Hari ini adalah hari kelulusan.

Skaya berdiri di antara teman-temannya, mengenakan seragam putih dengan dasi yang longgar. Tapi meskipun semua orang tampak bahagia, pikirannya masih dipenuhi banyak hal.

Tentang siapa dirinya. Tentang siapa yang mungkin masih mengincarnya. Tentang Darren. Dan tentang bagaimana hidupnya akan berubah setelah hari ini.

------

Reksa yang Berbeda

Dari jauh, Skaya melihat Darren berdiri dengan Anggota motornya. Berbeda dari biasanya, hari ini dia terlihat lebih tenang. Tidak ada ketegangan di wajahnya. Tapi begitu mata mereka bertemu, Darren hanya menyeringai kecil.

Skaya menghela napas. Meskipun dia benci mengakuinya, ada sesuatu dalam diri Darren yang membuatnya merasa lebih aman. Dan saat pengumuman kelulusan dimulai, satu hal semakin jelas bagi Skaya.

Hari ini bukan hanya tentang meninggalkan sekolah. Ini juga tentang melangkah ke dunia yang lebih luas. Dunia yang, mau tidak mau, akan membawa mereka berdua ke dalam lebih banyak bahaya.

-------

Setelah acara kelulusan selesai, para siswa sibuk berfoto dan saling mengucapkan selamat. Tapi Skaya, tanpa sadar, justru melangkah menjauh dari keramaian.

Dia butuh udara. Terlalu banyak hal yang terjadi dalam hidupnya akhir-akhir ini, terutama sejak Darren mulai masuk ke dalamnya. Dan seolah dipanggil oleh pikirannya, suara berat terdengar di belakangnya.

"Lagi mikirin apa?" Skaya menoleh. Darren berdiri dengan kedua tangan di saku celana, ekspresinya santai tapi matanya tetap tajam, seperti biasa.

"Enggak ada," jawab Skaya singkat.

Darren menyipitkan mata, jelas tidak percaya. "Lo pikir setelah semua yang kita lalui, gue bakal percaya jawaban itu?"

Skaya mendengus. "Lo mulai kayak bodyguard pribadi gue."

"Memang," sahut Darren dengan cepat. "Dan gue enggak bakal ninggalin lo sendirian."

Kata-kata itu membuat Skaya terdiam. Sebuah janji. Sebuah kepastian. Selama ini, dia terbiasa berjalan sendiri, menjaga jarak dari orang lain, takut jika ada yang terlalu dekat, maka mereka juga akan terluka. Tapi dengan Darren… Untuk pertama kalinya dalam waktu yang lama, dia merasa tidak sendirian.

"Jadi, setelah ini lo mau ke mana?" tanya Darren akhirnya.

Skaya menatap langit yang mulai berwarna jingga. "Gue enggak tahu," bisiknya jujur. "Tapi gue enggak mau lari lagi."

Darren tersenyum tipis. "Bagus. Karena lo udah punya seseorang yang bakal jagain lo."

Skaya menoleh, menatapnya lama. Dan tanpa sadar, senja hari itu menjadi saksi janji yang terucap di antara mereka, bahwa apa pun yang terjadi setelah ini, mereka akan hadapi bersama.

Kelulusan sudah berlalu, tapi kehidupan tidak berhenti di situ. Skaya kini dihadapkan pada kenyataan baru, tanpa sekolah, tanpa aturan yang mengikatnya, apa yang akan dia lakukan selanjutnya?. Tapi satu hal yang pasti… bahayanya belum selesai.

-----

Masa Depan yang Tidak Pasti

Di sebuah kedai kopi kecil, Skaya duduk di sudut ruangan sambil menatap kosong ke cangkirnya.

"Jadi, lo ada rencana?". Suara Darren memecah lamunannya.

Skaya menghela napas. "Enggak tahu. Mungkin kuliah, mungkin kerja. Gue belum mutusin."

Darren mengangguk pelan. "Terserah lo, selama lo enggak tiba-tiba menghilang lagi."

Skaya meliriknya. "Lo beneran bakal jagain gue?"

Darren menyeringai. "Lo pikir gue main-main?"

Skaya terdiam. Dalam hatinya, dia tahu Darren bukan tipe orang yang bicara tanpa maksud. Dan sekarang, untuk pertama kalinya, dia tidak harus menghadapi semuanya sendirian. Tapi di sisi lain, dia juga tahu… masa lalu mereka belum benar-benar selesai. Masih ada bahaya yang mengintai. Dan cepat atau lambat, mereka harus menghadapinya.

Skaya tidak pernah berniat mencari tahu siapa yang dulu menjebaknya. Dia hanya ingin hidup tenang. Tapi terkadang, masa lalu tidak pernah benar-benar pergi. Dan kali ini, justru dia yang menemukan petunjuk itu, tanpa dia sengaja.

------

Bayangan Lama

Saat sedang membereskan barang-barangnya di kamar, Skaya menemukan sesuatu yang seharusnya sudah hilang sejak lama. Sebuah foto. Foto itu diambil beberapa hari sebelum balapan terakhirnya.

Di dalamnya ada dia, dan beberapa teman dari masa lalu, dan seseorang yang berdiri di sudut, nyaris tak terlihat. Tapi kali ini, saat dia menatap foto itu lebih lama… ada sesuatu yang aneh. Orang itu bukan bagian dari lingkarannya. Tapi dia ada di sana. Dan semakin lama Skaya menatapnya, semakin kuat firasat buruk yang muncul dalam hatinya.

-------

Darren yang Tidak Bisa Diam

"Kita harus cari tahu siapa dia," ujar Darren tegas saat Skaya menunjukkan foto itu padanya.

Skaya menggigit bibirnya. "Gue enggak yakin. Mungkin dia cuma kebetulan ada di sana."

"Tapi mungkin juga dia ada hubungannya sama kejadian waktu itu," sahut Darren dengan cepat. "Dan kalau itu benar… kita harus waspada."

Skaya terdiam.

Karena di dalam hatinya, dia tahu satu hal.... Jawaban dari siapa yang menghancurkan hidupnya dulu mungkin sudah semakin dekat. Dan kali ini, dia tidak akan lari.

Malam itu, Skaya dan Darren duduk di dalam mobil, memandangi foto yang sekarang terasa seperti kunci menuju masa lalu.

"Lo yakin ini jalan yang benar?" tanya Skaya pelan.

Darren menyalakan mesin mobilnya, menatap lurus ke depan. "Enggak ada jalan lain. Kalau lo mau jawaban, lo harus kejar sendiri."

Dan begitulah, mereka memulai perjalanan yang mungkin akan membawa mereka ke sesuatu yang lebih berbahaya dari yang mereka bayangkan.

--------

Mencari Jejak Lama

Mereka mulai dari tempat-tempat yang dulu sering Skaya datangi. Bekas markas tim balapnya sudah lama kosong, tapi masih ada satu orang yang mungkin tahu sesuatu. Aldi, salah satu mantan mekanik tim. Saat mereka menemukannya, Aldi terlihat ragu untuk bicara.

"Tolong, Aldi," kata Skaya, suaranya hampir memohon. "Kalau lo tahu sesuatu tentang malam itu, gue harus tahu."

Aldi menghela napas berat. "Skaya.... kalau gue kasih tahu, lo harus janji enggak gegabah."

Skaya dan Darren saling bertukar pandang.

"Laki-laki di foto itu," Aldi menunjuk bagian sudut foto yang buram, "bukan orang biasa. Dia bagian dari sesuatu yang lebih besar."

Skaya merasakan jantungnya berdegup kencang. "Maksud lo?"

Aldi menatap mereka dengan ekspresi serius.

"Malam itu, lo enggak cuma dijebak. Lo ditargetkan."

Skaya merasa udara di sekelilingnya menipis. Ditargetkan?

Bukan sekadar dijebak... Tapi memang seseorang menginginkan kejatuhannya.

-------

Sosok Misterius

"Siapa dia?" suara Skaya terdengar lebih tegang dari yang dia maksudkan.

Aldi menatapnya ragu. "Gue enggak tahu namanya. Tapi dia sering muncul di arena balap ilegal waktu itu. Bukan buat balapan, tapi buat… bisnis."

"Bisnis?" Darren menyipitkan mata.

Aldi mengangguk. "Gue enggak tahu banyak, tapi katanya dia orang yang ngatur banyak hal di belakang layar. Lo pikir kenapa ada beberapa pembalap yang tiba-tiba naik daun? Atau kenapa ada yang tiba-tiba hilang?"

Skaya menelan ludah. Jadi, semua yang terjadi malam itu… bukan sekadar persaingan biasa?

Darren mengepalkan tangan. "Dan lo yakin dia ada hubungannya sama yang terjadi ke Skaya?"

Aldi mengangguk pelan. "Satu-satunya yang gue tahu… orang itu enggak suka kalau ada yang bikin masalah di tempatnya."

Skaya mengingat malam itu. Semua terasa seperti jebakan. Kecelakaan yang terlalu sempurna. Tuduhan yang terlalu cepat muncul. Dan tiba-tiba dia kehilangan semuanya.

Jika benar ada seseorang di balik semua itu... Maka dia tidak akan berhenti sampai menemukan siapa orangnya.

-----

Apa yang Selanjutnya?

Saat mereka keluar dari tempat Aldi, Darren menyalakan rokoknya, sesuatu yang jarang dia lakukan ketika sedang berpikir keras.

"Apa pun yang ada di belakang ini, jelas lebih besar dari yang kita kira," gumamnya.

Skaya menatap ke depan. "Jadi kita harus cari tahu siapa dia."

Darren membuang napas, menatap Skaya dalam-dalam. "Dan lo siap buat konsekuensinya?"

Skaya terdiam. Lalu dia mengangguk.

"Apa pun yang terjadi, gue enggak akan lari lagi."

Darren menyeringai tipis. "Bagus."

Mereka tidak tahu seberapa dalam lubang yang akan mereka gali. Tapi satu hal yang pasti.... Jawaban semakin dekat. Dan bahaya pun semakin besar.

Beberapa hari setelah pertemuan dengan Aldi, Skaya dan Darren mulai menggali lebih dalam.

Mereka mencari rekaman lama dari arena balap, bertanya kepada orang-orang yang masih berhubungan dengan dunia itu, dan akhirnya menemukan satu nama yang terus muncul dalam percakapan.

Reno. Seorang pria yang dulu sering terlihat di arena, dikenal sebagai pengatur di balik layar. Seseorang yang tidak pernah benar-benar turun ke lintasan, tapi semua orang tahu, dialah yang mengendalikan segalanya. Dan malam itu, saat Skaya dijebak... Ia ada di sana.

------

Mendekati Bahaya

"Kalau kita mau jawaban, kita harus ketemu langsung sama dia," kata Darren saat mereka duduk di dalam mobil, memandangi sebuah bar kecil yang katanya sering didatangi Reno.

"Tapi kita enggak tahu apakah dia bakal langsung buka mulut," ujar Skaya.

Darren menyeringai. "Maka kita harus bikin dia bicara." Dengan hati-hati, mereka masuk ke dalam bar. Musik keras mengisi ruangan, dan bau alkohol menyengat.

Di salah satu sudut, seorang pria berbadan kekar duduk dengan santai, ditemani dua orang lain. Reno. Saat mata mereka bertemu, pria itu menyeringai.

"Menarik," katanya. "Kupikir lo udah enggak bakal balik ke dunia ini, Skaya."

Skaya mengepalkan tangan. "Sayangnya, gue masih ada urusan yang belum selesai."

Reno tertawa kecil, menyesap minumannya. "Oh? Dan apa urusan itu?"

Skaya menatapnya tajam. "Siapa yang nyuruh lo nge jebak gue?"

Tawa Reno langsung berhenti. Ruangan terasa lebih dingin dalam sekejap. Dan saat itu juga, Skaya tahu… mereka sudah semakin dekat dengan kebenaran.

---------

Kebenaran yang Terungkap

Reno menatap Rania dengan tatapan tajam. "Lo masih keras kepala seperti dulu, ya?"

Skaya tidak bergeming. "Gue enggak akan pergi sebelum lo kasih jawaban."

Reno menghela napas, lalu bersandar di kursinya. "Baiklah. Lo mau tahu siapa yang menjebak lo?"

Dia menatap Skaya lama sebelum akhirnya menyebut satu nama. "Vano."

-------

Pengkhianatan

Jantung Skaya seolah berhenti berdetak. Vano?. Salah satu orang yang dulu ada di lingkarannya? Orang yang dulu selalu ada di sisinya?

Darren mengepalkan tangan. "Jangan main-main, Reno."

"Aku enggak main-main," jawab Reno santai. "Dia punya alasan sendiri. Mungkin lo lebih baik tanya langsung ke dia."

Skaya merasakan napasnya berat. Kenapa? Kenapa Vano?. Tapi dia tidak punya waktu untuk terjebak dalam kebingungan.

Karena di detik berikutnya, Reno menambahkan sesuatu. "Oh, dan ngomong-ngomong.... Lo udah terlalu jauh masuk ke urusan ini. Mereka tahu lo nyari jawaban."

Dan sebelum Skaya bisa bereaksi, suara motor terdengar dari luar. Mereka dikepung.

-------

Dukungan yang Tak Terduga

Skaya dan Darren bersiap bertarung. Tapi sebelum musuh bisa mendekat, suara lain menggema di udara. Raungan mesin motor yang tidak asing. Geng Rania. Mereka datang dalam jumlah besar, memenuhi jalanan di depan bar.

Seseorang turun dari motornya, helmnya dilepas, memperlihatkan wajah yang dulu sangat Skaya kenal. "Skaya, waktunya kita selesaiin ini." Untuk pertama kalinya sejak kejadian malam itu.... Dia tidak sendirian lagi.

--------

Pertempuran di Jalanan

Udara malam terasa menegang. Jalanan dipenuhi suara mesin motor yang meraung, menciptakan suasana yang semakin mencekam.

Skaya menatap teman-temannya, orang-orang yang dulu menjadi bagian dari hidupnya, yang selama ini dia pikir telah pergi. Tapi mereka kembali. Dan mereka ada di sini untuknya.

Di sisi lain, anak buah Reno juga bersiap. Mereka bukan geng sembarangan, mereka adalah orang-orang yang selama ini mengendalikan dunia balap ilegal, mengatur siapa yang menang dan siapa yang jatuh. Dan malam ini, pertarungan tidak bisa dihindari.

--------

Dentuman Mesin dan Aksi Brutal

"Jangan biarkan mereka lolos!" suara seseorang dari pihak Reno berteriak.

Dalam sekejap, motor-motor melaju dengan kecepatan tinggi. Skaya mengencangkan genggaman tangannya di setang motor. Darren ada di sampingnya, mata penuh fokus.

"Lakukan dengan cara kita," kata Darren pelan.

Skaya mengangguk. "Selalu." Dan dengan itu, mereka melesat ke jalanan, langsung menuju medan perang.

------

Pertempuran di Lintasan Terbuka

Tengah malam berubah menjadi kekacauan. Motor-motor saling beradu kecepatan, melintas di jalanan dengan kecepatan yang nyaris mustahil. Beberapa pengendara mencoba menendang lawannya, sementara yang lain memanfaatkan celah untuk menjatuhkan musuh mereka.

Skaya mengarahkan motornya ke seorang pria yang mencoba mengepung salah satu temannya. Dengan gerakan cepat, dia memotong jalannya, membuat pria itu kehilangan keseimbangan dan terjatuh.

Di sisi lain, Darren bertarung dengan seorang pria berbadan besar yang mencoba menabraknya. Dengan reflek cepat, Darren menarik rem tangan, membiarkan pria itu melaju terlalu cepat dan menabrak trotoar. Tapi pertempuran belum selesai. Karena di tengah kekacauan itu.... Vano muncul.

-------

Konfrontasi Terakhir

Vano berdiri di tengah jalan, menunggu Skaya mendekat. Skaya memperlambat laju motornya, matanya penuh amarah dan kekecewaan. "Kenapa, Vano?" suaranya bergetar. "Kenapa lo lakuin ini ke gue?"

Vano menatapnya, ekspresinya sulit dibaca. "Karena lo menghalangi sesuatu yang lebih besar, Skaya."

"Lebih besar?" Skaya hampir tertawa sinis. "Lo menjatuhkan gue demi apa? Demi uang? Demi kekuasaan?"

Vano menarik napas dalam. "Lo enggak akan ngerti."

Skaya turun dari motornya. "Buat gue ngerti."

Untuk pertama kalinya, ada keraguan di mata Vano. Tapi itu hanya berlangsung sesaat. Lalu, dia tersenyum tipis.

"Sayangnya, gue enggak perlu jelasin apa pun ke lo."

Dan sebelum Skaya bisa bergerak, Vano melesat ke arahnya.

------

Serangan Vano datang cepat.

Skaya nyaris tak sempat bereaksi saat pukulan pertama meluncur ke arahnya. Dia melangkah mundur, menghindari dengan reflek yang masih terasah.

"Ternyata lo masih cepat," gumam Vano, melangkah mendekat.

"Ternyata lo masih pengkhianat," balas Skaya tajam.

Sorot mata Vano berubah. Dalam sekejap, dia kembali menyerang, pukulan, tendangan, semuanya dengan kecepatan yang mengancam.

Tapi Skaya bukan lagi gadis yang dulu dia jebak. Dia menangkis satu serangan, lalu memanfaatkan celah kecil untuk menyerang balik. Sikutnya mengenai perut Vano, membuatnya sedikit terhuyung. Namun Vano tidak menyerah. Dia melompat mundur, lalu kembali melaju dengan lebih agresif.

------

Pertarungan yang Tak Terhindarkan

Di sekitar mereka, suara raungan motor dan perkelahian masih menggema. Darren sibuk melumpuhkan beberapa anak buah Reno, sementara geng Skaya mengendalikan situasi. Tapi fokus Skaya hanya pada satu orang... Vano.

"Apa semua ini cuma soal uang?" tanya Skaya di sela serangan.

Vano menghindari pukulannya, lalu menyeringai. "Bukan. Ini soal bertahan."

"Lo udah nge hancurin hidup gue," kata Skaya, suaranya lebih dingin dari sebelumnya. "Apa itu bagian dari rencana lo buat bertahan?"

Vano tertawa kecil. "Lo pikir hidup ini cuma hitam dan putih? Lo enggak tahu apa yang sebenarnya terjadi di balik semua ini, Skaya."

"Kalau gitu kasih tahu gue," tantang Skaya.

Vano terdiam sejenak. Lalu dia berbisik, "Udah terlambat." Dan saat itu juga, dia mengeluarkan pisau.

------

Akhir dari Segalanya

Skaya menegang. Tapi dia tidak mundur. Dia melihat bagaimana tangan Vano menggenggam senjata itu erat, tidak ragu, tidak bimbang. Ini bukan lagi sekadar perkelahian. Ini pertarungan hidup dan mati.

Vano melesat. Tapi Skaya sudah siap. Dia menghindari serangan pertama, lalu menangkap pergelangan tangan Vano. Dengan satu gerakan cepat, dia memutar lengannya, membuat pisau itu terlepas dari genggaman. Vano terhuyung ke belakang.

Skaya tidak menyia-nyiakan kesempatan. Sebuah tendangan kuat menghantam dadanya, membuat Vano jatuh ke tanah. Untuk pertama kalinya dalam hidupnya, Vano terlihat.... Kalah.

Dan di saat itulah, suara sirene polisi mulai terdengar di kejauhan.

------

Akhir dari Permainan

Anak buah Reno yang tersisa mulai kabur. Reno sendiri sudah lebih dulu pergi begitu dia menyadari keadaan berbalik.

Geng Skaya tetap di tempat mereka, menunggu, melindungi satu sama lain. Darren berjalan mendekati Skaya, matanya mengamati Vano yang masih tergeletak. "Apa yang kita lakuin sama dia?"

Skaya menarik napas dalam. "Biar hukum yang ngurus."

Vano mendengus lemah. "Lo pikir ini udah selesai?"

Skaya berlutut di sampingnya, menatap matanya dengan tajam. "Buat gue, ini udah selesai."

Dan saat itu juga, mobil polisi berhenti di depan mereka. Semua akhirnya berakhir.

-------

Nama yang Kembali

Beberapa hari setelah kejadian itu, Skaya berdiri di depan bengkel lama mereka. Teman-teman motornya berkumpul, wajah mereka penuh rasa bangga dan kelegaan.

"Lo akhirnya balik ke tempat yang seharusnya," kata salah satu dari mereka.

Skaya mengangguk. Lalu seseorang berseru, "Kita harus pastiin semua orang tahu kalau kita ada di sini lagi."

Dan dengan itu, mereka meneriakkan nama yang selama ini tenggelam. "RAVENCLAW!" Raungan motor kembali memenuhi udara. Dan untuk pertama kalinya dalam waktu yang lama.... Skaya merasa bebas.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!