Gendhis Az-Zahra Bimantoro harus menerima takdir kematian ayahnya, Haris Bimantoro dalam sebuah kecelakaan tragis namun ternyata itu adalah awal penderitaan dalam hidupnya karena neraka yang diciptakan oleh Khalisa Azilia dan Marina Markova. Sampai satu hari ada pria Brazil yang datang untuk melamarnya menjadi istri namun tentu jalan terjal harus Gendhis lalui untuk meraih bahagianya kembali. Bagaimana akhir kisahnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Serena Muna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Fakta Baru Soal Wanita Keji
Selain fokus pada Luca, Gendhis juga aktif mengurus perkebunan mereka di Bandung. Ia dengan telaten merawat tanaman stroberi, memastikan semuanya tumbuh dengan subur dan menghasilkan buah yang berkualitas. Ia juga merencanakan untuk mengembangkan bisnis peternakan dan penangkaran rusa.
"Aku ingin perkebunan ini menjadi sumber rezeki bagi banyak orang," kata Gendhis, kepada Renan. "Aku ingin kita bisa membantu masyarakat sekitar."
"Kamu memang wanita yang luar biasa," puji Renan. "Aku bangga denganmu."
Gendhis tidak ingin terlalu banyak terlibat dalam urusan bisnis keluarga. Ia percaya bahwa Renan dan Bismo mampu mengurus semuanya dengan baik. Ia lebih memilih untuk menghabiskan waktunya bersama keluarga tercinta.
"Aku tidak mau ikut campur urusan bisnis," kata Gendhis, kepada Renan. "Aku percaya sama kamu dan Mas Bismo."
"Kamu tenang saja," jawab Renan. "Kami akan mengurus semuanya dengan baik."
Untuk membantu Gendhis mengurus rumah dan Luca, mereka mempekerjakan seorang suster dan beberapa asisten rumah tangga. Dengan begitu, Gendhis bisa memiliki lebih banyak waktu untuk fokus pada Luca dan perkebunannya.
Aku senang ada suster dan asisten rumah tangga yang membantu," kata Gendhis. "Aku jadi bisa lebih fokus pada Luca dan perkebunan."
"Kamu memang pantas mendapatkan bantuan," timpal Renan. "Kamu sudah bekerja keras selama ini."
Gendhis merasa sangat bahagia dengan kehidupannya di Bandung. Ia memiliki keluarga yang harmonis, bisnis yang sukses, dan lingkungan yang nyaman. Ia tidak ingin menukar semua itu dengan apapun.
****
Kabar kedatangan keluarga besar dari Brazil itu akhirnya sampai ke telinga Renan. Ia mendapat kabar bahwa sepupu-sepupunya, beserta beberapa petinggi dari G Group, akan segera tiba di Indonesia. Kedatangan mereka tentu saja bukan tanpa alasan. Sebagai perusahaan induk yang memiliki jaringan bisnis mendunia, G Group ingin memperkuat posisinya di Indonesia.
Renan, sebagai salah satu petinggi kunci di perusahaan tersebut, tentu saja memiliki peran penting dalam menyambut kedatangan keluarga besarnya. Ia ingin memastikan bahwa kedatangan mereka akan memberikan dampak positif bagi perkembangan bisnis G Group di Indonesia.
"Ini adalah kesempatan emas bagi kita," kata Renan, kepada Gendhis. "Kita harus memanfaatkan kedatangan mereka untuk memperluas jaringan bisnis kita."
"Aku setuju," timpal Gendhis. "Kita harus menunjukkan kepada mereka bahwa kita adalah keluarga yang solid dan sukses."
Renan kemudian mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan untuk menyambut kedatangan keluarga besarnya. Ia mengatur akomodasi, transportasi, dan juga jadwal pertemuan bisnis. Ia ingin memastikan bahwa mereka akan merasa nyaman dan terkesan dengan sambutan yang ia berikan.
"Kita harus membuat mereka merasa seperti di rumah sendiri," kata Renan, kepada stafnya. "Kita harus menunjukkan kepada mereka keramahan dan kehangatan Indonesia."
Selain mempersiapkan penyambutan, Renan juga menyusun strategi bisnis yang akan ia presentasikan kepada keluarga besarnya. Ia ingin menunjukkan kepada mereka bahwa G Group di Indonesia memiliki potensi besar untuk berkembang dan menghasilkan keuntungan yang besar.
"Kita harus meyakinkan mereka bahwa investasi di Indonesia sangat menguntungkan," kata Renan. "Kita harus menunjukkan kepada mereka bahwa kita adalah tim yang solid dan profesional."
Gendhis, yang juga berperan sebagai komisaris di beberapa anak perusahaan G Group, turut serta dalam mempersiapkan kedatangan keluarga besar dari Brazil. Ia membantu Renan dalam mengatur jadwal pertemuan bisnis dan juga mempersiapkan presentasi yang akan disampaikan.
"Kita harus membuat presentasi yang menarik dan meyakinkan," kata Gendhis, kepada Renan. "Kita harus menunjukkan kepada mereka bahwa kita memiliki visi yang jelas dan strategi yang matang."
"Aku percaya pada kemampuanmu," balas Renan. "Kamu adalah wanita yang cerdas dan visioner."
****
Kabar mengenai penggabungan konglomerasi antara G Group dan keluarga Wiryakusuma menjadi topik utama yang hangat diperbincangkan. Renan, sebagai salah satu tokoh kunci dalam kesepakatan ini, berperan penting dalam memberikan penjelasan kepada keluarga besarnya. Ia ingin meyakinkan mereka bahwa langkah ini adalah keputusan yang tepat dan akan membawa dampak positif bagi kemajuan bisnis mereka.
"Keluarga Wiryakusuma adalah mitra yang sangat potensial," kata Renan, dengan nada yang penuh keyakinan. "Mereka memiliki jaringan bisnis yang luas dan pengalaman yang mumpuni di berbagai sektor."
Renan kemudian menjelaskan secara rinci tentang keunggulan yang dimiliki oleh keluarga Wiryakusuma. Ia menyebutkan beberapa bisnis mereka yang sukses, seperti properti, konstruksi, dan media. Ia juga menyoroti reputasi baik keluarga Wiryakusuma di mata masyarakat dan pemerintah.
"Mereka adalah keluarga yang terpandang dan dihormati," lanjut Renan. "Mereka memiliki komitmen yang kuat untuk membangun Indonesia yang lebih baik."
Penjelasan Renan ini membuat keluarga besarnya merasa tertarik dan antusias. Mereka melihat bahwa penggabungan ini adalah peluang emas untuk mengembangkan bisnis mereka lebih jauh lagi.
"Saya setuju denganmu, Renan," kata salah satu anggota keluarga. "Ini adalah langkah yang cerdas dan strategis."
"Kita harus memanfaatkan kesempatan ini sebaik-baiknya," timpal anggota keluarga yang lain. "Kita harus bekerja sama untuk mencapai kesuksesan yang lebih besar."
Renan pun merasa senang karena keluarga besarnya memberikan dukungan penuh terhadap rencananya. Ia yakin bahwa penggabungan antara G Group dan keluarga Wiryakusuma akan membawa manfaat besar bagi kedua belah pihak.
"Saya percaya bahwa kita akan mencapai kesuksesan yang luar biasa," kata Renan. "Kita akan menjadi kekuatan besar di dunia bisnis."
Keluarga besar dari Brazil itu pun semakin termotivasi untuk bekerja sama dengan keluarga Wiryakusuma. Mereka melihat bahwa ini adalah peluang untuk memperluas jaringan bisnis mereka ke pasar Indonesia yang potensial.
****
Malizi, dengan kecermatan dan naluri jurnalistiknya yang tajam, akhirnya menemukan benang merah yang selama ini menjadi misteri di balik kekuatan besar Khalisa dan Marina. Bagaimana bisa dua wanita ini memiliki pengaruh yang begitu luas dan kekuasaan yang tak tergoyahkan? Pertanyaan ini akhirnya terjawab melalui penelusuran mendalam yang dilakukannya terhadap Renan.
Ternyata, selain mengendalikan BM Group dan anak perusahaannya, serta menyuap pejabat korup dan aparat penegak hukum, ada kekuatan tak terlihat yang selama ini melindungi mereka. Kekuatan itu berasal dari Rusia, tanah kelahiran Marina. Keluarga Pavrovsk, sebuah keluarga konglomerat Rusia yang dikenal dekat dengan mafia Rusia, menjadi dalang di balik layar.
Malizi menduga, keluarga Pavrovsk memiliki kepentingan tersembunyi di balik bisnis Marina dan Khalisa. Mereka memanfaatkan keduanya untuk mencuci uang hasil kejahatan dan memperluas pengaruh mereka di Indonesia. Dugaan ini semakin kuat setelah Malizi menemukan catatan transaksi mencurigakan antara BM Group dan perusahaan-perusahaan yang terafiliasi dengan keluarga Pavrovsk.
"Ini adalah jaringan kejahatan internasional," gumam Malizi, dengan nada yang serius. "Khalisa dan Marina hanyalah boneka yang dimainkan oleh keluarga Pavrovsk."
Malizi menyadari bahwa ini adalah temuan yang sangat penting dan berbahaya. Ia harus berhati-hati dalam mengungkap informasi ini ke publik. Ia tidak ingin nyawanya terancam oleh kekuatan besar yang ada di belakang Khalisa dan Marina.
Malizi kemudian berdiskusi dengan Renan tentang temuannya ini. Renan, yang juga terkejut dengan informasi ini, meminta Malizi untuk berhati-hati dan tidak terburu-buru dalam bertindak.
"Kita harus mengumpulkan bukti yang lebih kuat lagi," kata Renan. "Kita tidak ingin membuat kesalahan yang bisa membahayakan kita."