Karena takut dikeluarkan dari sekolah dan dicabut beasiswanya, Dara terpaksa menyembunyikan kehamilan dan melahirkan bayinya di sekolah.
Dara tidak sendirian tapi dibantu oleh ayah sang bayi dan anggota geng motornya. Bisakah mereka menyembunyikan dan membesarkan bayi itu sampai mereka semua lulus sekolah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DHEVIS JUWITA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Gadis Desa VS Badboy
"Bagaimana kalau aku hamil, Gal?" tanya Dara pada pemuda yang baru saja jatuh di atas tubuhnya.
Nafas pemuda yang bernama Galang itu masih terengah setelah mendapat kenikmatan tiada tara dari Dara.
Ya, Dara dan Galang baru saja melakukan hubungan layaknya suami istri. Padahal mereka baru duduk di bangku kelas 2 SMA tapi karena terbawa suasana dan tidak bisa mengendalikan hawa nafsu, hal yang tidak seharusnya pun terjadi.
"Tenang saja, hal seperti itu tidak akan pernah terjadi. Lagi pula kita baru melakukannya satu kali," balas Galang. Nafasnya sudah kembali normal dan dia perlahan menjauhkan dirinya dari tubuh Dara.
Pemuda itu mengambil baju Dara yang berserakan lalu meminta gadis itu memakainya kembali.
"Aku harus kembali, besok kita bertemu di sekolah," Galang berpamitan seraya mengecup kening Dara.
Sebelum Galang pergi, Dara memeluk pemuda yang statusnya adalah kekasihnya itu.
"Aku takut," ucap Dara. Dia sudah memberikan kesuciannya pada Galang, dia takut pemuda itu meninggalkan dirinya.
"Jangan takut, tidak akan terjadi apa-apa," Galang berusaha menenangkan kekasihnya itu.
Setelah dirasa tenang, Galang buru-buru keluar dari jendela kamar Dara karena dia tidak mau ketahuan security.
Dara memang siswi berprestasi yang mendapat beasiswa sekaligus fasilitas asrama.
Ketika berhasil keluar dari asrama Dara, Galang bergegas mengambil motor yang dia sembunyikan.
Bukannya pulang, pemuda itu mendatangi anggota geng motornya yang tengah berkumpul untuk balapan liar di jalanan.
"Akhirnya datang juga tuh anak," komentar Morgan saat melihat motor Galang yang baru saja datang.
"Kita harus cepat interogasi," timpal Satria.
Morgan dan Satria adalah anggota inti geng motor bernama V dengan Galang sebagai ketuanya.
Baru saja Galang mematikan motor, kedua pemuda itu langsung mencecar Galang dengan pertanyaan bertubi-tubi.
"Diamlah!" Galang tampak gusar. Dia merasa bersalah luar biasa, apalagi jika mengingat wajah Dara yang polos.
"Dari wajahmu sudah dipastikan kalau kau berhasil menjalankan misi," ucap Morgan dengan gelak tawa.
"Selamat, Bro. Akhirnya kau merasakan yang namanya surga dunia," tambah Satria. Dia melakukan tos dengan Morgan tanpa rasa bersalah.
.
.
Dua bulan lalu...
"Katanya ada anak baru baru masuk sekolah kita, anaknya sangat cantik. Sayangnya berasal dari kampung!"
Kabar itu dengan cepat berhembus ke satu sekolah, sekolah elite yang mayoritas diisi oleh anak-anak orang kaya. Bright High School.
Dara Andita menjadi siswi beruntung yang ditarik di sekolah itu karena prestasinya. Gadis itu memang berasal dari kampung dan dia mendapatkan rekomendasi dari dinas pendidikan.
Akhirnya sampailah gadis itu di sekolah bergengsi yang banyak diincar oleh kalangan menengah ke atas itu.
"Kau hanya perlu belajar, semua kebutuhan akan ditanggung oleh sekolah," ucap kepala asrama seraya memberikan kunci kamar untuk Dara.
Siapa sangka Dara akan mendapatkan fasilitas seperti sekarang, kamar yang bagus dan rapi lengkap dengan AC ditambah buku-buku mahal yang tidak mampu dia beli.
"Tunggu aku ya bapak ibu, aku pasti bisa membanggakan kalian dan menaikkan derajat keluarga kita," gumam Dara.
Orang tuanya hanyalah seorang petani, besar harapan Dara untuk bisa menaikkan derajat kedua orang tuanya.
Dara hanya ingin fokus belajar dan mempertahankan prestasinya supaya beasiswa tidak dicabut, dia ingin melanjutkan ke universitas kedokteran dan membuka praktek di kampungnya.
Cita-cita yang butuh proses panjang dan kegigihan, Dara tidak akan menyia-nyiakan kesempatan yang telah diberikan.
Rupanya kabar mengenai datangnya murid baru itu juga terdengar ke telinga Galang Bamantara. Pemuda yang terkenal badboy di sekolah namun tidak ada yang berani macam-macam padanya karena Galang berasal dari keluarga Bamantara yang terpandang.
"Katanya cantik pasti kembang desa," celetuk Satria memberi kode.
"Kalau kau berhasil mendekati bahkan bisa mencicipi bunganya. Aku akui kau memang laki-laki sejati," tambah Morgan memberi tantangan.
Sebagai ketua dari geng motor dan anggota keluarga Bamantara, Galang tidak mau diremehkan.
"Lihat saja nanti," balas Galang menerima tantangan itu.
Galang ingin melihat bagaimana rupa dari murid baru yang menjadi bahan perbincangan itu, dia mencari di kelas yang diperuntukkan untuk murid kutu buku tapi Dara tidak ada.
Ternyata Dara cukup sadar diri kalau siswi pindahan dengan jalur beasiswa dan dari kampung sepertinya, tidak bisa diterima begitu saja di sekolah elite itu.
Belum apa-apa, Dara sudah mendengar berbagai perkataan tidak menyenangkan dari siswi-siswi perempuan, apalagi dari kakak kelasnya.
Jadi, gadis itu memilih menghabiskan waktu di perpustakaan.
"Galang?" tegur penjaga perpustakaan ketika melihat pemuda itu masuk ke tempat yang tidak pernah dijamah oleh Galang selama ini. "Apa aku tidak salah lihat?"
"Aku punya tugas untuk remedial," balas Galang memberi alasan. Kakinya terus melangkah masuk dan matanya bergerak liar mencari sosok yang ingin dilihatnya.
Sedetik kemudian, Galang terpaku karena melihat Dara dari kejauhan. Dia langsung tahu kalau itu gadis yang dicarinya. Memang sangat cantik dan terlihat seperti gadis baik-baik.
Selama ini Galang sudah melihat berbagai bentuk perempuan apalagi dia suka balapan liar dan mengenal dunia malam.
"Kalau yang begini, gampang!" batin Galang. Dia mengambil satu buku di rak perpustakaan kemudian duduk di depan Dara dengan percaya diri.
Dara yang fokus belajar jadi mengalihkan atensinya ke arah depan, dia melihat pemuda yang tampan.
"A... ada apa, ya?" tanya Dara dengan canggung.
"Aku dihukum," jawab Galang.
"Dihukum?" tanya Dara tidak mengerti.
Galang mencodongkan badannya ke depan dan mencoba mengeluarkan serangan tampannya supaya Dara terpesona. "Aku mendapat tugas remedial!"
Sudah banyak perempuan yang tidak bisa menolak serangan tampannya selama ini, pasti itu juga berlaku pada Dara.
Namun, dugaannya salah. Dara adalah gadis berhati baja.
"Jadi, kau ingin memberitahuku kalau kau murid yang kurang pintar?" tanya Dara.
Galang membelalakkan mata mendengarnya. "Bu... bukan begitu!"
Sekarang yang salah tingkah justru Galang.
"Remedial itu artinya perbaikan nilai, pasti kau mendapat nilai di bawah standar, 'kan?" tanya Dara lagi.
Galang menggaruk kepalanya yang tidak gatal, baru kali ini serangan tampannya tidak berpengaruh pada seorang gadis.
"Apa mungkin karena dia berasal dari desa?" gumam Galang dalam hatinya.
Masih berkecamuk dengan pikirannya itu, bel sekolah berbunyi.
"Aku mau masuk kelas dulu, semoga berhasil dengan remedialnya," ucap Dara berpamitan pergi.
"Tunggu!" cegah Galang. Dia mengeluarkan ponsel dari kantong celananya.
"Aku minta nomor ponselmu!"
"Maaf, aku tidak mempunyai ponsel," balas Dara jujur.
"Hah? Jaman sekarang mana ada manusia tidak punya ponsel," Galang tidak percaya.
"Ada kok, contohnya aku," ucap Dara. Dia segera pergi karena takut terlambat masuk kelas.
Galang hanya bisa melihat punggung Dara yang semakin menjauh, dia bertekad akan membuat gadis itu bertekuk lutut bagaimanapun caranya.
"Aku harus memodifikasi serangan tampanku," ucap Galang percaya diri.