MOHON MAAF, MASIH BANYAK TYPO BERTEBARAN, DAN TANDA BACA YANG MASIH AMBURADUL 🙏
Dulu. demi bisa mendekati lelaki yang ia cintai, Emira nekat mengubah identitas nya, jati dirinya, bahkan penampilannya, yang sungguh jauh berbeda dengan dirinya yang asli, namun lelaki yang ia suka tiba tiba menghilang, tanpa kabar, dan tanpa jejak, seperti di telan bumi.
Mereka kembali bertemu, perdebatan tak penting mewarnai hari hari mereka sebagai dokter residen.
Tapi malam reuni itu merubah segalanya, di pagi hari mereka terbangun didalam sebuah kamar hotel, tanpa apapun selain selimut yang menutupi tubuh keduanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon moon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 1
1.Tawuran Part 1.
Emira membalutkan kain putih panjang ke kedua lengannya, kacamata tebalnya pun sudah bertengger di wajahnya, sementara Rambutnya sudah diikat menyerupai ekor kuda.
Kaos oblong dipadu dengan kemeja navy membalut tubuhnya, berbeda dengan hari biasa, kali ini dia memakai jeans ⅞ dan sepatu sneaker.
Usai bersiap ia pun meninggalkan kamarnya, motornya sudah terparkir di halaman, karena beberapa saat yang lalu ia sengaja tak memasukkan matic biru kesayangan nya ke dalam garasi.
Emira melaju dengan kecepatan tinggi, menuju lokasi berkumpulnya Arjuna dan teman teman satu geng nya, ia semakin menaikkan kecepatan motor nya jika mengingat ia mungkin tertinggal jika tidak segera bergegas.
Sesampainya di perempatan sebelum sekolah, Emira di hadang enam orang gadis berpakaian hampir serupa dengannya.
"Hei culun, turun kamu," perintah Ranti.
"Nggak akan." Jawab Emira tanpa takut.
"Berani kamu yah?" Voni tiba tiba menarik kepang rambut Emira.
Tanpa menunggu instruksi berikutnya, Ranti mencabut kunci motor Emira.
Dan voni dengan kasar menarik rambut Emira hingga gadis itu terpaksa turun dari motornya.
Setelah Emira turun, ia balas menghempaskan lengan Voni dari rambutnya, pandangannya tampak penuh amarah.
Voni semakin marah, ia pun mencengkram kerah kemeja yang dikenakan Emira. "Ikuti aku, atau kamu akan menyesal," ancam Voni.
Emira Sama sekali tak takut ancaman Voni, "lepas, aku bukan penjahat," sentak Emira kasar, ketika dua orang anak buah Voni dan Ranti memegang lengannya.
#(turunan siapa nih?? Mommy Stella gak kasar macam ini loh 😱)
"Ayo jalan, dasar bawel," Ranti mendorong kasar pundak Emira.
Emira pun pasrah mengikuti kemana langkah kaki Voni.
Mereka ada di belakang sebuah rumah kosong, halaman belakang tersebut ditumbuhi rerumputan setinggi lutut orang dewasa, suasana sepi dan sunyi, lagipula ini hanya sebuah rumah tua yang tak pernah didatangi pemiliknya.
Emira hanya diam menunggu apa yang ingin Voni bicarakan, tapi Voni dan Ranti hanya diam tak memulai pembicaraan.
"Apa yang ingin kalian sampaikan? Kenapa hanya memandangku?" Tanya Emira tak sabar, dia ingin bergegas agar bisa mencegah tawuran antar geng sekolah, terutama lagi, ia tak mau sesuatu terjadi pada Arjuna.
Voni tertawa miring, "sebelumnya aku tak pernah tahu kalau kamu ternyata cukup bernyali juga, aku pikir kamu hanyalah tikus kecil yang akan dengan mudah aku injak, ternyata aku salah, katakan siapa kamu sebenarnya?"
"Hahahaha … kenapa? Aku tidak menyangka seorang Voni Arnelita, ketakutan dengan gadis culun bernama Mira.”
Plak
Sebuah tamparan mendarat di pipi Emira hingga membuat kacamata yang ia kenakan sedikit bergeser.
Emira meraba pipinya yang terasa berdenyut nyeri, emosi nya mulai sedikit terpancing, selama ini ia selalu diam menerima semua perlakuan tak menyenangkan dari Voni dan Ranti, tapi kali ini ia tak bisa tinggal diam.
“Jangan tertawa, aku benci mendengar tawamu,” Voni semakin marah.
Plak
Kali ini tamparan keras mampir di pipi Voni, Emira sudah tak tahan lagi dengan sikap Voni, yang terus menerus menindasnya, jika dibandingkan dengan tamparan Emira, tamparan dari Voni tak berarti apa apa, karena bagi Emira yang sudah terbiasa disiplin berlatih, tentu pukulannya akan terasa luar biasa menyakitkan.
Ranti tak terima, ketika melihat Emira membalas tamparan Voni, maka ia pun kini ikut ikutan menarik kasar kerah kemeja Emira, “berani membalas kamu yah, sudah bosan hidup rupanya,"
Emira tahu, ini bukan saat nya ia berpura pura lemah, justru ini adalah saat yang tepat bahwa ia bukanlah gadis yang bisa diremehkan.
Emira menggenggam kuat lengan Ranti, awalnya ia meremehkan, namun lama kelamaan, genggaman Emira semakin terasa menyakiti lengannya, semakin lama semakin meningkat rasa sakitnya, hingga akhirnya cengkeraman Ranti terlepas dengan sendirinya, Emira tersenyum puas melihat perubahan di wajah Ranti, "jika kamu laki laki, aku sudah membanting tubuhmu tanpa ampun, tapi aku masih berbelas kasih padamu, karena kamu seorang gadis."
Ranti nampak agak ketakutan mendengar ancaman Emira.
Kemudian Emira melepaskan genggaman tangannya, seketika kelegaan nampak di wajah Ranti.
Emira berbalik hendak pergi meninggalkan Voni dan anak buah nya, tapi sebuah cekalan di bahu, menghentikan nya.
Seketika Emira kembali berbalik, menepis kasar si pemilik lengan, kemudian dengan gerakan cepat Emira membalik lengan Voni ke belakang punggungnya, "kamu ingin merasakan kekuatan tanganku juga rupanya, mulai sekarang jangan berani mencari masalah denganku, atau aku akan mematahkan lengan dan kaki mu." Ancam Emira.
Lagi lagi dengan kasar Emira melepaskan Voni, kemudian berbalik pergi, rupanya ke enam gadis tersebut merasa tak terima dengan penghinaan dan ancaman Emira, mereka pun menyerang Emira bersamaan, hingga akhirnya terjadilah pertarungan tidak seimbang, saling tendang, saling jambak, cakar, hantam, entah apa lagi yang mereka lakukan untuk melindungi diri mereka masing masing.
Sementara itu di jalan raya, tempat motor Emira berhenti, beberapa petugas satpol PP yang usai menjalankan tugas, mereka keheranan melihat sebuah motor berhenti di jalanan sepi tanpa terlihat siapa pemiliknya.
Tak lama sayup-sayup terdengar riuh suara jeritan, dari belakang rumah tua.
Para petugas satpol pp tersebut, ramai ramai mendatangi pusat keributan, ternyata beberapa gadis sedang terlibat tawuran tidak seimbang.
Para petugas tersebut segera bergerak cepat memisahkan para gadis yang sedang berseteru tersebut, dilihat dari sisi jumlah, jelas Emira kalah jumlah, tapi ia cukup puas karena berhasil membuat lebam mata Kiri Voni, tadi ia juga sempat melayangkan tendangan ke dada Ranti, yang pastinya kini juga sudah membiru, dan para anak buah mereka pun masing masing mendapat cakaran dan jambakan di rambut.
Emira pun kondisinya tak kalah mengenaskan, kacamata nya sudah menghilang entah kemana, tapi tak satupun dari mereka berhasil menyentuh wajahnya, Emira sungguh puas melihat kondisi lawannya yang terlihat mengenaskan, Emira yang sudah terbiasa mengalami lebam dan kemerahan di tubuhnya,karena berlatih taekwondo, tapi para gadis yang menjadi lawannya pasti kini tengah luar biasa kesakitan.
Akhirnya ke tujuh gadis gadis itu digiring ke kantor polisi oleh para petugas satpol PP, karena tugas satpol PP bukanlah menangani tawuran pelajar.
.
.
.
Sementara itu di Twenty Five Hotel.
Ponsel Andre berdering, Daddy dari 5 orang anak ini melihat nomor asing tertera di layar ponselnya. (termasuk anaknya Kevin)
“Halo?” jawab Andre.
“Maaf apakah saya sedang berbicara dengan tuan Geraldy?”
“Iya saya sendiri,”
“Sebelumnya saya minta maaf tuan, karena mengganggu anda, kami dari kepolisian, ingin menyampaikan bahwa adik anda Emira Alexandra sedang berada di kantor polisi, karena tertangkap basah sedang berkelahi dengan rekan sesama siswi SMU Bina Bangsa.”
Sontak Andre berdiri, seketika konsentrasinya buyar, gara gara mendengar berita adik bungsunya terlibat perkelahian.
“Baik pak, saya akan segera ke sana, bisakah anda mengirimkan lokasi anda?”
Andre menyambar jas nya, mendadak ia blank tidak bisa memikirkan apa apa, Emira adalah kesayangan keluarga Geraldy, sama seperti Luna yang kini juga jadi satu satunya gadis kecil kesayangannya.
Dimas tiba tiba masuk ke ruangannya tanpa mengetuk pintu, “lho, mau kemana?” tanya Dimas.
“Om Dimas … letakkan saja di meja, besok aku periksa, sekarang aku harus buru buru, karena Emira sedang berada di kantor polisi, heran kenapa juga gadis itu memberikan nomorku bukannya nomor daddy.”
“Lho … kenapa Emira?” dimas pun tak kalah tekejut dengan Andre.
“Entah lah om, besok aku ceritakan.”
Andre pun pergi dengan terburu buru, sepanjang perjalanan menuju tempat parkir, Andre menghubungi Kevin, dan memintanya datang kekantor polisi.
“Baiklah, kebetulan shift jagaku sudah selesai.”
.
.
.
hai hai hai ... othor moon datang lagi dengan karya baru. masih lanjutan dari kisah SEPASANG MANTAN nya Alex dan Stella, ini anak ke 3 mereka.
tapi mohon maaf, karena masih menyelesaikan SEPASANG MANTAN 2, jadi kisah ini akan sangat sellloooowwww apdetnya.
mohon cinta dan dukungannya yah
sarangeeeeeeee 😘