NovelToon NovelToon
Pesona Duda Perjaka

Pesona Duda Perjaka

Status: tamat
Genre:Tamat / Duda / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:3.2M
Nilai: 4.8
Nama Author: Bareta

“Jangan berharap anak itu akan menggunakan nama keluarga Pratama ! Saya akan membatalkan pernikahan kami secara agama dan negara.”

Sebastian Pratama, pewaris tunggal perusahaan MegaCyber, memutuskan untuk membatalkan pernikahannya yang baru saja disahkan beberapa jam dengan Shera Susanto, seorang pengacara muda yang sudah menjadi kekasihnya selama 3 tahun.
Shera yang jatuh pingsan di tengah-tengah prosesi adat pernikahan, langsung dibawa ke rumah sakit dan dokter menyatakan bahwa wanita itu tengah hamil 12 minggu.

Hingga 1.5 tahun kemudian datang sosok Kirana Gunawan yang datang sebagai sekretaris pengganti. Sikap gadis berusia 21 tahun itu mengusik perhatian Sebastian dan meluluhkan kebekuannya.

Kedekatan Kirana dengan Dokter Steven, yang merupakan sepupu dekat Sebastian, membuat Sebastian mengambil keputusan untuk melamar Kirana setelah 6 bulan berpacaran.

Steven yang sejak dulu ternyata menyukai Kirana, berusaha menghalangi rencana Sebastian.
Usaha Steven yang melibatkan Shera dalam rencananya pada Sebastian dan Kirana, justru membuka fakta hubungan mereka berempat di masa lalu.



Cover by alifatania

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bareta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 19 Pacaran Yuk !

Sebastian yang ternyata sejak tadi berdiri dekat situ segera berlari menuju kolam. Dia melemparkan dompet dan handphonenya ke atas rumput lalu menceburkan dirinya ke dalam kolam.

Posisi Kirana tidak jauh dari kolam sehingga Sebastian tidak perlu jauh berenang.

Dia merangkul leher Kirana dari belakang dan menenangkan gadis itu. Matanya menatap ke arah badan Kirana yang posisinya di depan Sebastian.

Setelah Kirana tenang, Sebastian memutar tubuh Kirana dan mendekapnya.

Beberapa orang yang sempat mendengar suara benda memasuki air mulai keluar dari dalam rumah mendekati kolam, begitu juga dengan Steven yang langsung lari ke bawah.

“Tenang, aku sudah memegangmu,” bisik Sebastian sambil perlahan membawa Kirana ke pinggir kolam.

Posisi Kirana sudah bersender di tembok kolam dengan posisi Sebastian mengukungnya. Tidak lama terlihat Dion, Amir dan Steven berdiri di pinggir kolam.

Bukannya menegakkan posisi berdirinya, Sebastian malah membawa tubuh Kirana masuk ke dalam air.

“Kedalaman kolam sisi yang ini hanya 120 senti, aku yakin kamu bisa berpijak pada lantainya,” bisik Sebastian kembali.

Perlahan Kirana menurunkan kakinya yang tadi menjepit di pinggang Sebastian. Wajahnya mendadak memerah saat membuktikan ucapan Sebastian. Bahkan posisi bahunya masih di atas air.

“Maaf,” lirih Kirana.

Meski Kirana sudah berdiri di atas kakinya sendiri, tangan Sebastian masih menahannya supaya posisi badan Kirana sampai ke bahu masih terendam air.

Dion berjongkok dan mengulurkan tangannya untuk membantu Sebastian dan Kirana naik melalui tangga kolam di samping mereka berdiri. Tapi Sebastian malah menggeleng sebagai penolakan.

“Suruh semua orang mengosongkan tempat ini !” perintah Sebastian.

Dion dan Amir bertukar pandangan sambil mengernyit. Kenapa sampai perlu menyuruh orang-orang pergi menjauh ?

“Saya bilang cepat Dion ! Kamu mau buat kami berdua masuk angin ? Bawakan handphone san dompet saya yang ada di sana,” Suara Sebastian bertambah galak Dia menunjuk ke arah rumput tempatnya melempar handphone dan dompet.

Meskipun masih bingung, Dion dan Amir beranjak bangun dan mengikuti perintah Sebastian.

“Dion ! Panggilkan Bik Sum !” Teriak Sebastian dari dalam kolam.

“Kamu ngapain masih di sini, Steve ? Nggak dengar aku bilang supaya jauh-jauh dari kolam ?” Sebastian memarahi sepupunya yang masih berjongkok dekat tangga kolam.

Kirana hendak melepaskan diri dari kungkungan Sebastian, namun pria di depannya malah menahan bahunya supaya tetap berada di dalam air.

“Saya bisa naik sendiri, Pak,” ucap Kirana dengan wajah memerah.

Berdekatan dengan Sebastian dengan posisi seperti ini membuat jantungnya bertambah tidak karuan. Belum lagi rasa malunya karena ternyata kolam renang ini tidak sedalam pemikiriannya.

“Tidak boleh sampai si keras kepala ini pergi !” Tegas Sebastian sambil menatap Steven dengan kesal.

“Tolong turuti permintaan Pak Bas, Steve.” pinta Kirana yang mulai kedinginan di dalam kolam. Dia menatap wajah Steven dengan tatapan memohon.

Meski tidak rela membiarkan Kirana berdua dengan Sebastian, tapi akhirnya Steven mengalah juga dan menjauhi kolam.

“Saya mau naik, Pak. Dingin,” ujar Kirana dengan bibir mulai bergetar.

“Kamu mau semua orang melihat tubuhmu seperti hanya memakai bikini ?” ketus Sebastian.

Kirana tercengang dan menatap dirinya yang sebagian masih terendam air. Wajahnya semakin memerah menahan malu.

Bajunya yang berbahan sifon terlihat tipis dan pasti akan menempel pada seluruh tubuhnya. Belum lagi warna peach yang sudah pasti membuat pakaian dalamnya terlihat jelas.

“Lain kali pakai lapisan dalaman warna gelap kalau memakai baju warna terang begini. Kamu mau semua orang melihat bentuk pakaian dalammu ?”

Kirana hanya menoleh ke arah lain dengan wajah bersemu. Rasanya ingin kembali ditenggelamkan ke dasar kolam. Pria yang berstatus bossnya ini melihatnya dalam keadaan seperti ini.

Tidak lama Bik Sum dan seorang pelayan perempuan lainnya mendekat dengan membawa handuk dan jubah mandi.

“Rentangkan handuknya Bik,” perintah Sebastian.

Dia melihat kalau Dion dan Amir masih berdiri di teras bersama Echi dan Marsha. Tidak ketinggalan Steven juga berdiri menunggu di situ.

“Bapak naik dulu,” pinta Kirana.

Bisa dibayangkan kalau Kirana yang naik dulu sementara Sebastian menunggunya di dekat tangga kolam.

Sebastian menuruti permintaan Kirana dan mengambil handuk yang masih terlipat. Dia mengatur posisi Bik Sum dan pelayan lainnya berdiri di sisi kanan dan kirimya. Sebastian yang memegangi handuk yang sudah direntangkan.

“Kenapa Bapak masih di sini ?” Tanya Kirana sebelum naik ke atas kolam.

“Sudah cepetan ! Sejak tadi saya juga sudah melihat semuanya. Apa perlu saya kasih tahu detailnya ?”

Bik Sum dan pelayan tadi merasa bingung dengan ucapan Sebastian.

Akhirnya Kirana menaiki tangga perlahan. Kakinya baru terasa ngilu, namun dia tetap berusaha naik.

Sebastian langsung melilitkan handuk di tubuh Kirana. Dia tidak mau memberikan peluang kepada siapapun melihat kondisi Kirana.

“Keringjan dulu badan dan bajumu baru lapisi dengan jubah mandi sebelum ke kamar.”

Kirana hanya mengangguk dan dibantu oleh Bik Sum, gadis itu mengeringkan badannya lalu melapisi bajunya dengan jubah mandi.

Sebastian sudah melepas kemejanya, hanya tersisa kaos lengan pendek yang ketat dengan celana panjang bahannya.

“Aduh !” Kirana terpekik saat kakinya hendak melangkah mengikuti Sebastian.

Pria itu menoleh dan dengan sigap meraih tubuh Kirana yang oleng.

“Kenapa lagi ?”

“Kaki saya sakit Pak.”

Sebastian memberi kode supaya Bik Sum dan pelayan lain itu membantu Kirana berdiri dengan memegang di kedua sisi.

Sebastian bejongkok di depan Kirana dan memeriksa gadis itu. Dilihatnya ada memar dekat mata kaki Kirana. Tanpa canggung, Sebastian melepaskan tali sepatu Kirana.

“Bapak mau ngapain ?” Kirana langsung menunduk hendak menahan tangan Sebastian.

“Lepasin sepatu kamu lah, memangnya mau ngapain ?” jawab Sebastian dengan nada ketus.

Kedua sepatu Kirana pun berhasil terlepas. Dan tanpa diduga, Sebastian langsung mengangkat tubuh Kirana dalam gendongannya.

“Saya tidak perlu digendong, Pak,” Kirana masih berusaha melepaskan diri dari gendongan Sebastian.

“Diam !“ suara pelannya terdengar tegas dan galak. “Kamu mau kita jatuh berdua ? Lagian biar saja orang ngeliatin kita begini. Mereka tahunya kamu kan calon istri saya.”

Wajah Kirana kembali bersemu.

“Taruh tangan kamu di leher saya biar nggak jatuh. Bukan cuma kamu doang yang deg deg kan, saya juga.” gumam Sebastian tanpa menatap Kirana.

Kirana pun menurut. Dia mengalungkan tangannya di leher Sebastian. Pria itu meminta Bik Sum memanggilkan pelayan yang bisa memgurut.

Dengan langkah santai, Sebastian melewati orang-orang yang masih menatap mereka dengan raut tkdak percaya. Hanya Steven yang terlihat geram dan mengepalkan kedua tangannya di samping.

“Kiran nggak apa-apa, Bas ?” Mommy Amelia mendekat saat Sebastian sudah masuk ke dalam rumah.

“Sepertinya terkilir, Mom. Aku sudah minta tolong Bik Sum memanggil pelayan yang bisa urut.”

“Ya sudah, cepat kalian mandi dan ganti baju.”

Sebastian hanya mengangguk sementara Kirana hanya terdiam karena malu.

Bukannya membawa Kirana ke kamar tamu yang tadi dia pergunakan untuk bersiap. Sebastian malah naik ke atas menuju kamarnya berada.

“Barang-barang saya di bawah, Pak,” ucap Kirana pelan saat melihat Sebastian mulai menaiki tangga.

“Kamu diam saja, jangan banyak protes biar nggak tambah berat,” sahut Sebastian dengan muka datar.

Kirana terkejut karena Sebastian membawanya ke dalam kamar pria itu. Kamar nuansa putih abu-abu itu menebarkan wangi maskulin yang biasa tercium dari tubuh Sebastian.

Sebastian mendudukan Kirana di sofa. Tidak lama pintu kamar diketuk dari luar.

“Masuk,” jawab Sebastian.

Terlihat Bik Sum membawakan kantong pakaian lengkap dengan tas kecil Kirana yang berisi peralatan mandi.

“Apa perlu saya bantu Nona ?” Tawae Bik Sum.

Kirana cepat menggeleng dan dengan langkah terseok menuju kamar mandi. Dia berdiri di depan pintu sebelum masuk.

“Maaf Pak Bas, saya belum ijin mau pakai kamar mandi.” Kirana berbalik dan menatap Sebastian.

Pria itu memberi kode dengan gerakan tangan dan matanya menyuruh Kirana bergegas.

Butuh waktu cukup lama Kirana menyelesaikan kegiatan bebersihnya di kamar mandi. Karena bukan hanya mandi dan berganti baju, sebelumnya Kirana membersihkan wajah dari make up dan membuka tatanan rambutnya.

“Persis seperti Cinderella. Hanya sebentar jadi perempuan cantik, sekarang kembali jadi upik abu,” Kirana bermonolog sambil menatap pantulan dirinya di cermin.

Perlahan Kirana membuka pintu kamar mandi dengan ember yang dibawakan Bik Sum berisi pakaian basahnya. Dilihatnya Sebastian sedang duduk di sofa dalam keadaan sudah rapi dan bersih.

“Maaf kalau saya kelamaan, Pak.” Kirana mendekati Sebastian dengan jalan agak pincang.

“Duduk sini,” Sebastian menepuk sofa di sebelahnya.

Ternyata bukan hanya Sebastian yang ada di kamae itu. Bik Sum dan seorang pelayan wanita yang seumuran dengannya juga ada di situ.

Kirana menurut dan duduk di sebelah Sebastian. Ternyata pelayan lain itu akan mengurut kaki Kirana yang terkilir.

Tanpa sadar, Kirana menggenggam tangan Sebastian untuk menahan sakitnya. Bukannya marah atau menolak, Sebastian malah balas menggenggamnya seolah ingun memberikan kekuatan.

“Sebaiknya jangan dipakai untuk banyak jalan dulu, Nona.”

Pelayan yang ternyata bernama Bik Jum itu menyudahi urutannya dan kembali meletakan kaki Kirana menapak lantai.

“Tidak parah, tapi kalau dipakai berjalan terlalu lama bisa bengkak kembali.”

Selesai mengurut Kirana, Bik Sum dan Bik Jum pamit meninggalkan kamar Sebastian. Tinggal keduanya masih duduk di sofa namun tidak lagi saling menggenggam.

“Terima kasih sudah menolong saya, Pak,” ucap Kirana pelan.

“Kamu pernah pacaran dengan Steven ?”

Bukannya menanggapi ucapan Kirana, Sebastian malah bertanya tentang Steven. Spontan Kirana langsung menggeleng.

“Saya belum pernah pacaran, Pak.”

“Tapi sepertinya kalian punya hubungan khusus. Terihat bagaimana dia menatapmu saat berbicara di pinggir kolam.”

“Bapak mengintip ?” Kirana menoleh dan menatap Sebastian dengan alis bertaut.

Sebastian diam saja dan mengambil handphone dari meja yang ada di sebelah sofa.

“Iihhh… saya tanya sama Bapak, malah sibuk sama handphone,” gerutu Kirana.

Kirana beranjak bangun dan menahan rasa sakit di kakinya.

“Mau kemana kamu ?”

“Mau turun, malas saya dekat-dekat sama Bapak,” omelnya dengan wajah kesal.

Sebastian menarik tangannya hingga Kirana jatuh ke atas pangkuannya.

“Aawww…” Kirana meringis saat merasakan kakinya kembali ngulu.

“Kenapa nggak mau dekat-dekat sama saya ? Takut tambah deg deg kan ?” Ledek Sebastian dengan senyum mengejek.

“Nanti orang berpikiran macam-macam kalau kelamaan berdua di kamar sama Bapak.”

Kirana berusaha bangun tapi pinggangnya ditahan oleh Sebastian. Kakinya sendiri masih terasa ngilu.

“Tadi saya tanya, kamu punya hubungan apa sama Steven ? Dia mantan kamu ?”

Wajah Sebastian mendekat membuat Kirana menoleh ke samping. Rasa panas menjalar sampai ke wajahnya.

“Kirana, kamu yang tidak menjawab pertanyaan saya.”

Kirana menghela nafasnya, berusaha mengatasi degup jantungnya yang kian bertalu. Dia menoleh namun langsung memundurkan mukanya karena wajah Sebastian begitu dekat.

“Saya hanya teman kecil Steven, bukan pacar. Kan tadi saya sudah bilang kalau saya belum pernah pacaran.”

“Terus tadi ngapain dia pegang-pegang bahu kamu sambil bisik-bisik di pinggir kolam ?”

Kirana terkekeh. Ucapan Sebastian terasa seperti pacar yang sedang cemburu.

“Dia maksa saya untuk jadi pacarnya,” ucap Kirana.

“Tapi sayangnya sejak dulu sampai sekarang, perasaan saya ke dia nggak lebih dari sahabat.”

“Kalau perasaan kamu ke saya ?”

Bluisshh.

Wajah Kirana langsung memerah mendengar pertanyaan Sebastian.

“Kita pacaran beneran aja yuk !”

Kirana menatap Sebastian dengan mata membelalak. Sesaat kemudian. Kirana malah tertawa.

“Bapak lagi nembak saya atau lagi kasih saya misi lainnya ?” ledek Kirana.

“Saya sudah bilang pacaran beneran Kirana ! Kekasih ! Future husband kalau perlu !” Omel Sebastian dengan wajah kesal.

Kirana terdiam saat melihat wajah Sebastian benar-benar kesal.

“Bukan karena ingin menunjukan sama mantan istri kalau Bapak sudah bisa move on, kan ?” Kirana yang memang kurang peka soal hati masih mengoceh.

“Bukan karena Shera. Saya nggak ada getaran lagi sama dia. Tapi Steven.”

Kirana mengerutkan dahinya karena bingung dengan alasan Sebastian.

“Saya cemburu sama Steven ! Puas kamu ?” Sebastian menatap Kirana sambil melotot. “Saya cemburu melihat kamu dekat-dekat dengan Steven, apalagi pas dia pegang kamu sambil bisik-bisik. Saya juga deg deg kan dekat kamu, apalagi tadi pas gendong.”

Kirana tercengang tidak percaya dengan ucapan pria yang diam-diam dikaguminya tanpa berani mencintainya.

“Kita pacaran, ya ! Beneran bukan sandiwara lagi,”

Sebastian menatap Kirana dengan wajah serius.

“Tapi gimana kalau…mmmpphh.” Sebastian langsung menarik tengkuk Kirana dan menciumnya. Kirana terkejut saat bibir Sebastian menempel di bibirnya.

“Kamu kebawelan. Susah amat jawab iya !” Omel Sebastian setelah melepaskan ciumannya.

“Bapak nggak nge-prank saya, kan ?” Kirana masih dengan wajah polosnya memastikan.

“Cuma saya yang boleh melihat keadaan kamu se-seksi di kolam renang tadi,” jawab Sebastian santai.

Kirana langsung melotot menatap Sebastian. Rasanya bena-benar aneh, baru pertama kali mau pacaran tapi ditembak dengan gaya yang tidak ada romantisnya sama sekali.

1
Tia Iia
ngidam ny unik
mrsdohkyungsoo
/Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Tia Iia
keren
mrsdohkyungsoo
Luar biasa
mrsdohkyungsoo
/Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Luh Nanik
uuuuuuhhh bikin baper🥺🥺
Linda Febri
Luar biasa
Baretta: Terima kasih bintangnya kak Linda Febri 😊🙏
total 1 replies
Asiasi Ptk
loading kok lama ya
Rumah Aman
kasian istri yg seterusnye..
Murni Murniati
mgkn foto itu dia yg krm, ato Steven, mgkn dia duanya
Murni Murniati
mgkn yg krm foto itu Steven, n revan anak Steven, shera n Steven, jdnya raven
erry astutik89
Luar biasa
Dhia Syarafana
sera hamil duluan gara gara pacaran suka gelap gelapan...., ky lagu tuti Wibowo
RieNda EvZie
/Good//Good//Good//Good//Good/
Baretta: Terima kasih kak 😊🙏
total 1 replies
sweetpurple
Luar biasa
Baretta: Terima kasih Kak Sweet Purple 😊🙏🙏
total 1 replies
Yuli Yuli
dedknya twein blom lahir kok Uda tamat☺️☺️☺️
Baretta: 😊😊🙏🙏 Biar nggak kepanjangan Kak
total 1 replies
Yuli Yuli
org tampan tajir paket komplet emg byak godaannya boossss🥰🥰
Yuli Yuli
tu emg shera mau bunuh dri, Mau dia apa Romi yg mati dluan yg pnting dia lepas dr Romi, trnya mlah dua" meninggal smua, ksian bgt kmu shera
Yuli Yuli
😭😭😭😭
Yuli Yuli
kamu jg GT kok shera g trlalu peduli SM anakmu
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!