"Dengerin saya baik-baik, Ellaine! Kamu harus jauhin Antari. Dia bakal kuliah di luar negeri dan dia bakal ngikutin rencana yang saya buat. Kamu nggak boleh ngerusak itu. Ngerti?"
Gue berusaha ngontrol napas gue. "Nyonya, apa yang Ella rasain buat dia itu nyata. Ella—"
"Cukup!" Dia angkat tangannya buat nyuruh gue diam. "Kalau kamu beneran sayang sama dia, kamu pasti pengen yang terbaik buat dia, kan?"
Gue ngangguk pelan.
"Bagus. Karena kamu bukan yang terbaik buat dia, Ellaine, kamu tahu itu. Anak dari mantan pelacur, pecandu narkoba nggak pantas buat cowok kayak Antari."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DityaR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Selamat Malam
Antari buka kancing celana gue, tangannya langsung masuk sebelum gue bisa mikir. Begitu ujung jarinya nyentuh bagian paling sensitif gue, gue megap-megap di bibirnya.
"Gila, lo basah banget," dia merintih pelan di bibir gue. "Anjir... lo."
Gue udah begitu kepanasan sampai tahu ini nggak bakal bertahan lama. Gerakan lincah jari-jari Antari bakal bikin gue meledak dalam hitungan detik. Lidahnya menyerbu mulut gue, sementara jarinya masuk lebih dalam, bikin gue makin gila.
Gue mencengkeram bahunya, napas gue berantakan. Dia mutusin ciuman kita, tapi tangannya malah makin ngebut di antara paha gue.
"Buka mata lo, Ellaine."
Gue bahkan nggak sadar kalau tadi gue merem. Begitu gue buka mata, tatapan kita langsung ketemu.
"Gue mau lo lihat gue pas lo sampai di puncak. Gue mau denger suara lo, ngerasain tubuh lo gemetar di tangan gue. Gue mau semuanya dari lo."
Kalimat itu adalah pemicu terakhir yang bikin gue kelepasan. Gue coba nahan suara dengan menggigit bibir, tapi gagal total. Tatapan mata coklatnya yang intens bikin sensasi ini makin edan.
Gue mendesis, ngeluarin kata-kata kasar yang nggak bisa gue tahan, sementara gelombang kenikmatan berulang kali menghantam tubuh gue, ninggalin gue dalam keadaan lemas dan puas.
Begitu gue bisa bernapas lagi, tanpa ragu gue langsung melepas dasi Antari dan buka kancing kemejanya secepat mungkin. Dada bidang yang selalu gue pikirin sejak pagi itu, sehabis dia pulang dari gym, akhirnya ada di depan mata gue.
Tapi...
Sial...
Suara pintu depan terbuka bikin kita langsung kaku. Langkah kaki mendekat. Gue langsung dorong Antari menjauh, tapi nggak sempat membenarkan celana, sementara dia buru-buru membetulkan kemejanya dengan membelakangi pintu.
Napas gue masih porak-poranda.
Siapa yang datang jam segini?
Udah lewat tengah malam.
Anan muncul di ambang pintu, merapikan rambutnya dengan tangan, jalannya sedikit oleng.
Dia mabok?
Begitu dia lihat kita, dahinya langsung berkerut, penuh tanya. "Eh, lo berdua ngapain masih bangun?"
Gue nelan ludah, dada gue masih naik turun, berusaha nyari alasan.
"Cuma... ngobrol."
Antari akhirnya berbalik ke arah kita, kemejanya udah rapi, tapi dasinya masih berantakan. "Lo minum lagi," suaranya udah balik ke nada dinginnya yang biasa.
Anan nyengir bego. "Dikit doang."
Matanya turun ke arah gue. "Muka lo merah banget, lo kepanasan?"
Gue langsung nyari Antari, berharap dia bantuin, tapi dia malah nahan senyum.
"Iya, heater-nya kepanasan dikit," jawab gue sekenanya.
Anan duduk di kursi depan meja, agak sempoyongan. "Gue mabok banget kali ya? Soalnya gue nggak ngerasa panas atau dingin."
Gue buru-buru turun dari meja, pakai kesempatan ini buat membenarkan celana.
"Kayaknya lo udah waktunya tidur," timpal gue santai.
Anan nutupin mukanya pake tangan, ngeluarin napas panjang. Gue lihat Antari sekilas. Dia ngelirik gue sambil menjilat jarinya pelan dan berbisik, "Gue suka banget rasanya."
Sial.
Panik, gue buru-buru ngelihat Anan lagi. Untung dia masih nutupin mukanya.
"Anan, ayo, gue anter lo ke kamar."
Anan ngedumel, mukanya masih manyun. "Gue bukan anak kecil."
Gue males menanggapi. Gue langsung narik lengannya dan bantuin dia jalan keluar dari dapur.
Sebelum gue benar-benar keluar, gue sempet lihat Antari, dia nyender di meja dengan ekspresi puas yang menyebalkan, terus melambaikan tangan ke gue.
"Good night, Babby."
Gue cuma bisa senyum kecil, nahan tawa.
setelah antari beneran selesay sama maurice,tetap aja masih sulit buat bersatu dgn ellaine,blm lagi masalah restu dari orangtua antari
btw yg ngerasain perawannya ella natius kah 🤔🤔
senang nih antari bakal ada ellaine di kantornya 🥰 thanks elnaro
kayaknya bener,antari bukan batari,tapi emang karna jadi seorang batari lah antari jadi pengecut
akhirnya jadi tau asal luka di tangan antari dan memar di wajah asta
penasaran dgn part yg antari mukulin asta 🤔