Siapa sangka niatnya merantau ke kota besar akan membuatnya bertemu dengan tunangan saudara kembarnya sendiri.
Dalam pandangan Adam, Emilia yang berdiri mematung seolah sedang merentangkan tangan memintanya untuk segera memeluknya.
"Aku datang untukmu, Adam."
Begitulah pendengaran Adam di saat Emilia berkata, "Tuan, apa Tuan baik-baik saja?".
Adam segera berdiri lalu mendekat ke arah Emilia. Bukan hanya berdiri bahkan ia sekarang malah memeluk Emilia dengan erat seolah melepas rasa rindu yang sangat menyiksanya.
Lalu bagaimana reaksi tunangan kembaran nya itu saat tau yang ia peluk adalah Emilia?
Bagaimana pula reaksi Emilia diperlakukan seperti itu oleh pria asing yang baru ia temui?
Ikuti terus kisah nya dalam novel "My Name is Emilia".
***
Hai semua 🤗
ini karya pertamaku di NT, dukung aku dengan baca terus kisah nya ya.
Thank you 🤗
ig : @tulisan.jiwaku
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hary As Syifa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
1. Prolog
Di sebuah ruang kerja CEO perusahaan elektronik terbesar di kota itu, tampak seorang pria tampan bertubuh atletis sedang sibuk menandatangani setumpuk dokumen yang ada di atas meja kerjanya sembari sesekali melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya.
Tiba-tiba ia menghentikan aktivitasnya. Menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi lalu teringat akan kejadian 2 bulan lalu saat ia sedang berada di sebuah taman bersama kekasihnya.
“Kenapa kau tidak mau kita segera menikah? Kita sudah pacaran hampir setahun. Bukankah biasanya wanita selalu menginginkan hubungan yang pasti? Lalu kenapa kau malah menolakku?”
“Aku bukan menolakmu, Sayang. Hanya saja aku belum siap kalau kita harus menikah sekarang.”
“Tapi kenapa?”
“Sayang, aku sedang sibuk-sibuknya dengan butik ku yang baru saja berkembang. Kau juga masih banyak pekerjaan yang menuntutmu bepergian ke luar negeri. Biarkan hubungan kita berjalan seperti ini dulu. Aku akan tetap mencintaimu. Aku janji, jika butik ku sudah berjalan dengan baik tanpa perlu andilku terlalu banyak, aku akan menyetujui permintaanmu.”
“Kau janji? Kau tidak menyembunyikan apa-apa dariku bukan?”
“Tidak, Sayang. Aku tidak menyembunyikan apa-apa. Percayalah padaku.”
“Baiklah, aku percaya padamu. Tapi nanti aku mohon jangan tunda lagi pernikahan kita.”
“Iya, iya, aku janji.”
Pria itu tampak menghela nafas panjang mengingat kejadian dimana ia mengajak kekasihnya untuk menikah, tapi selalu ditolak oleh kekasihnya itu.
Pria itu adalah Adam Smith. Seorang CEO pemilik perusahaan elektronik terbesar di kota itu. Dia adalah pewaris tunggal kekayaan keluarganya dan dia satu-satunya yang meneruskan perusahaan milik keluarganya. Apalagi saat ayah nya meninggal beberapa tahun silam, membuatnya mau tidak mau meneruskan perusahaan keluarganya. Ia anak semata wayang yang tinggal bersama ibunya tersayang. Meskipun dikenal sebagai pria yang dingin dan angkuh tapi nyatanya ia anak yang baik dan sangat perhatian terhadap ibunya.
Adam saat ini memiliki kekasih bernama Emelda. Mereka sudah menjalin hubungan sebagai sepasang kekasih selama satu tahun. Emelda seorang gadis yang lembut, bertutur kata sopan bak putri bangsawan, dan berpenampilan sangat anggun membuat Adam semakin suka padanya. Rambutnya lurus agak kecoklatan, matanya coklat terang dan kulitnya putih bersih. Memang sangat cocok gadis secantik Emelda bersanding dengan Adam yang tampan dan gagah.
Hari ini Adam berencana akan mengajak Emelda makan malam sekaligus membicarakan arah hubungan mereka ke depannya. Bagi Adam, ia sudah merasa cocok dengan Emelda dan tak mau lagi berlama-lama menjalin hubungan sebatas kekasih saja, ia mau hubungan dengan ikatan yang lebih serius. Saat ini usia mereka juga sudah cukup matang. Adam berusia 29 tahun sedangkan Emelda berusia 25 tahun.
Jarum jam menunjukan pukul 4 sore. Adam terlihat menelepon seseorang melalui telepon yang ada di atas meja nya.
“Bagaimana? Sudah kau atur semuanya untuk malam ini?” tanya Adam tanpa basa-basi.
“Sudah Tuan. Jam 7 malam di restoran biasa sesuai perintah Tuan," jawab penelepon yang tidak lain adalah asisten nya, Ian.
“Kerja bagus. Malam ini aku tidak ingin diganggu siapapun. Jika ada yang penting, tunda saja sampai besok pagi," titah nya.
“Baik Tuan.”
Panggilan pun dimatikan. Kemudian Adam mengambil handphone nya dari atas meja dan menelepon seseorang yang tak lain adalah Emelda.
“Halo Adam," sapa Emelda dengan lembut.
“Halo sayang. Apakah kau sedang sibuk?” tanya Adam.
“Tidak begitu. Hari ini pengunjung butik tidak terlalu ramai," jawab Emelda.
“Baguslah kalau begitu. Jam 5 aku akan menjemputmu. Jadi bersiap-siaplah.”
“Menjemputku? Tapi aku bawa mobil hari ini, Adam.”
“Itu bukan masalah. Aku akan mengaturnya. Kau hanya perlu ikut bersamaku nanti.”
“Memangnya kita akan kemana?”
“Rahasia. Nanti kau juga akan tau.”
“Ya ya ya baiklah Tuan Adam ku. Lakukanlah yang kau mau.”
“Good girl. Sampai nanti sayang.”
“Bye Adam.”
Adam kembali melirik jam tangan nya. Memastikan ini sudah waktunya bergerak menjemput kekasihnya itu. Ia tak mau terlambat sedikitpun. Baginya setiap waktu yang berlalu adalah hal yang berharga yang tak boleh ia sia-siakan.
Dan entah mengapa rasanya ia hari ini diburu akan sesuatu yang membuatnya harus segera mengatakan pada Emelda hal yang serius pada hubungan mereka.
Adam menutup berkas terakhir yang ia tanda tangani, berdiri lalu menyambar jas nya yang ada di sandaran kursinya lalu bergegas keluar dari ruang kerjanya.
“Tuan mau berangkat sekarang?” tanya Ian yang baru saja akan masuk ke ruang kerja atasannya itu.
“Hm. Ada apa?” Adam menjawab sekilas.
“Perlu saya antar Tuan?” tawar Ian.
“Tidak perlu. Aku sendiri yang akan bawa mobil dan menjemput Emelda," jawab Adam.
“Baik Tuan. Hati-hati di jalan," kata Ian dengan sedikit membungkuk dan membiarkan Adam lewat.
Tidak ada sahutan yang terdengar dari Adam. Ia pun segera menaiki lift khusus CEO yang ada di perusahaan nya. Sesampainya di lantai dasar, seseorang telah menyiapkan mobilnya. Adam pun bergegas menaiki mobil lalu pergi menjemput kekasihnya.
nana naannananaa