CERITA INI MENGANDUNG 21++. DISARANKAN BIJAK MEMILIH BACAAN!
DISARANKAN JUGA UNTUK TIDAK AMBIL SERIUS CERITA INI. TUJUAN AUTHOR UNTUK MENGHIBUR NGANA SEMUANYA.
Miya Andara, seorang perempuan berkaca mata, berpenampilan sederhana yang bekerja di sebuah perusahaan property terbesar di Jakarta, tidak menyangka akan terjebak di dalam sebuah pernikahan dengan seorang lelaki yang ia temukan dalam kondisi mabuk pada suatu malam.
Bagas Gumilang, seorang CEO perusahaan property besar itu tidak bisa menolak permintaan ayah dan ibunya untuk menikahi Dara saat mereka kedapatan di dalam kamar yang sama.
Bagas yang sudah memiliki kekasih mau tidak mau harus menikahi Dara atas desakan kedua orangtuanya yang terlanjur salah paham.
Akankah keduanya bertahan dalam hubungan tanpa cinta yang akhirnya mengikat mereka dalam pernikahan dadakan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon julies, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kota Malang Dan Dara Yang Malang.
Para Karyawan di Perusahaan dibuat bingung dengan ketidakhadiran CEO dan sekretarisnya hari ini. Mereka tidak mengetahui apa yang telah terjadi pada dua orang yang sudah seperti kucing dan anjing itu. Para staff yang merindukan bakwan jagung juga perkedel buatan Dara merasa ada yang hilang saat mereka sedang beristirahat di kantin.
Sementara di depan apartemen, Angel nampak menahan kesal karena sedari tadi ia menekan bel, tidak ada yang membukakan pintu apartemen itu. Ia juga sudah menekan passcode, tapi nampaknya Bagas sudah mengubah kode Passcode sebelum ia meninggalkan apartement itu.
Lebih tepatnya, Tuan Benjamin sendiri yang telah mengubah passcode itu. Angel juga sudah menghubungi Bagas berkali-kali, tetapi panggilan teleponnya juga di reject. Angel menghentak-hentakkan high hills kesal.
Ia kembali membuat satu panggilan sambungan telepon. Saat seseorang mengangkat teleponnya ia nampak sumringah.
"Aku samperin kamu sekarang ya."
Ia mematikan telepon lalu melajukan diri menuju tempat yang akan membuat hasratnya segera terpenuhi.
...****************...
Dara duduk dengan gelisah di kursi ruang tamu, di rumah kedua orang tuanya yang sederhana tapi sangat sejuk dengan banyaknya tanam tumbuhan. Di seberangnya, duduk dengan tenang Tuan Ben, Nyonya Kim dan juga Bagas. Bagas tampak lebih tenang dari sebelumnya, Dara jadi paham ternyata demi harta, lelaki itu akan melakukan apapun termasuk menikahinya.
Bapak keluar dari kamar setelah berganti dengan setelan batik karena tadi sewaktu mereka datang, bapak hanya mengenakan kolor ijo yang menurutnya gak keren banget untuk menyambut calon besan. Sementara ibu sedang membuat minuman ala kadar untuk menyambut para tamu istimewa hari ini.
"Maaf ya Tuan dan Nyonya, hanya ada minuman ini yang kami punya." Ibu meletakkan minuman yang ternyata jus mangga itu kepada para tamunya. Mereka tentu sudah tahu kedatangan orang kaya ini untuk melamar Dara, putri kesayangan mereka.
Ibu ingat saat pak Mario datang tadi pagi dan mengabari bahwa atasan anaknya akan datang untuk melamar Dara. Awalnya mereka kaget, tapi setelah itu mereka malah sujud syukur. Akhirnya doa mereka selama ini terjawab juga, gadis cantik kesayangan mereka akan segera dipinang orang gedongan.
"Oalah Pak, Alhamdulillah, ternyata Dara memang jodohnya orang gedongan." ujar ibu senang di depan Pak Mario. PaK Mario tentu tidak menceritakan alasan mendetail mengapa Dara dan Bagas akan segera dinikahkan.
"Iya Buk, Bapak juga ikut senang, ternyata Dara memang jelmaan bidadari yang disukai banyak lelaki. Tetapi, Bapak bangga, Lelaki yang akan mendapatkan anak kita adalah bukan orang sembarangan." balas Bapak tak kalah senang. Pak Mario yang mendengar kedua orangtua polos itu hanya tertawa kecil.
Tadinya, Mario juga bingung mengapa tiba-tiba Bagas akan dinikahkan dengan Dara, tapi Tuan Ben telah menceritakan segalanya, membuat ia jadi paham.
"Itu kenapa motornya, Buk?" tanya pak Mario saat itu ketika ia melihat motor yang dulu kerap Dara pakai untuk bekerja jadi tidak jelas bentuknya.
"Itu loh pak Mario, biasa, Bapaknya Dara nabrak kandang bebek tetangga." Ibu tertawa lepas, bapak tertawa ngakak, pak Mario memijit pelipisnya. Keluarga ini benar-benar unik, nampaknya bakat disukai banyak orang yang Dara miliki memang menurun dari kedua orangtuanya ini.
Ingatan ibu kembali saat wanita paruh baya itu merasa Dara sedang meremas paha ibunya, tanda ia ingin membicarakan sesuatu.
"Buk, bisa gak Ibuk minta dibatalkan saja acara lamaran ini?" bisik Dara sambil melihat ketiga orang yang sedang asyik meminum jus mangga buatan ibu.
"Kamu itu, udah syukur ada yang mau lamar." ibu mencubit paha Dara.
"Jadi begini Ibu dan Bapak, kedatangan kami untuk melamar Dara menjadi menantu." Tuan Ben membuka percakapan.
"Kami tadi sudah dengar dari Pak Mario, tapi kami senang karena Tuan dan Nyonya malah langsung datang untuk menyampaikan itu lagi pada kami." sahut Bapaknya Dara. Dara mengernyitkan dahi demi melihat Bapak yang nampak wibawa saat berkata-kata itu. Apakah begitu besar pengaruh baju batik yang sedang ia kenakan? Dara jadi membatin.
"Benar Pak, jadi apakah Bapak dan Ibuk bersedia dan ikhlas memberikan Nak Dara ini menjadi menantu kami?" Kali ini Nyonya Kim yang bersuara.
"Kami tentu saja bersedia, Tuan dan Nyonya. Asalkan kedua anak ini juga bersedia untuk dinikahkan." jawab Bapak lagi.
"Kamu bersedia kan Bagas?" Papa mengalihkan pandangan menatap anaknya itu tajam agar segera memberi jawaban.
Bagas akhirnya mengangguk, sementara Dara jatuh lemas di kursinya. Jadi disepakati, acara pernikahan ini akan dilangsungkan dua hari lagi di Malang. Selama berada di Malang, kedua orangtua dan Bagas menginap di rumah Pak Mario yang juga akan membantu mengurus pernikahan mereka.
"Tuan, boleh saya meminta satu permintaan?" tanya Dara tiba-tiba ketika ia sudah dipastikan tidak akan pernah bisa mundur dari pernikahan dadakan ini.
"Katakanlah, Nak." sahut Tuan Ben.
"Saya hanya meminta pernikahan ini dilakukan sesederhana mungkin. Tidak ada media yang meliput, tidak ada orang perusahaan yang tahu kecuali beberapa teman saya yang bekerja di Malang kemarin." ujar Dara.
Tuan Benjamin nampak berpikir sebentar, tapi kemudian ia mengangguk paham. Bagas juga nampak setuju dengan usul dari gadis berkacamata itu.
"Baik, saya akan memenuhi permintaan Nak Dara yang ini." sahut Tuan Benjamin.
Dara tampak mengucapkan terima kasih. Jadi acara pernikahan yang akan diadakan di salah satu hotel di Malang itu tidak akan mengundang banyak orang. Hanya orang tertentu, kerabat dekat juga segelintir dari banyaknya teman-teman Dara.
Bagas menatap sedih ponselnya dengan tiga puluh dua panggilan tidak terjawab dari Angel, kekasihnya. Ia juga bingung akan mengatakan apa pada Angel. Apa ia diam-diam saja seperti Dara yang juga menutup status mereka kelak?
Tapi mana bisa, tentu Angel akan tahu juga akhirnya nanti. Sementara Bagas sangat tidak suka berdebat. Jadi ia memutuskan akan mengatakan pada Angel setibanya di Jakarta nanti.
"Putuskan Angelica setelah kita berada di rumah Mario nanti." ujar Tuan Ben seolah tahu apa yang sedang dipikirkan Bagas.
Baru saja Bagas hendak menjawab, tatapan Nyonya Kim yang seolah menyuruhnya diam membuat ia kembali tenang di tempat duduknya.
Akhirnya setelah didapatkan kesepakatan kedua belah pihak, calon besan dan calon mantu itu pamit pulang kepada Ibuk Dan Bapak juga Dara.
Dara segera masuk ke dalam kamar dan mengunci pintu saat mobil telah menjauh. Dara segera membenamkan wajahnya ke dalam bantal.
"Dara, makan dulu." suara Ibuk terdengar dibalik daun pintu kamarnya yang tertutup.
"Dara gak nafsu makan, Buk." sahut Dara.
"Ya sudah tapi nanti makan ya, mau jadi manten harus makan banyak biar kuat waktu malam pertama." ujar ibu lagi sambil terkikik geli membuat Dara jadi keki.
Dara memekik kesal di kamarnya sendiri. Ia memukul-mukul bantal melampiaskan kekesalannya yang semakin menggunung.
"Nyesel aku nolongin buaya gondrong itu semalem!" Dara menendang selimut dan membuat kamarnya jadi berantakan. Ibu dan bapak hanya geleng-geleng kepala mendengar kekesalan anak semata wayang mereka itu.
"Aneh banget sih Dara ya Pak, calon suaminya udah ganteng, kaya, sopan kok dia malah begitu."
"Biasa Buk, perempuan memang begitu, awalnya aja gak suka, nanti malah nempel kayak upil." sahut Bapak.
"Ah Bapak, mengingatkan Ibuk sama kenangan lalu." sahut ibuk mesem-mesem gak jelas.
Keduanya segera meninggalkan kamar yang tertutup pintu itu masih dengan tawa geli menghiasi bibirnya.
Mana yg aku inget cuman nama peran laki lakinya aja pokoknya namanya Bagas, trus istrinya sekretaris dia.
Yahh pokoknyaa senenggg bgtttt akhirnya ketemu sama novel ini, udah pengen baca ulang dari tahun kemarin tapi ga ketemu mulu.