NovelToon NovelToon
Ini Bukan Ragaku

Ini Bukan Ragaku

Status: sedang berlangsung
Genre:Romansa Fantasi / Roh Supernatural / Fantasi Wanita / Balas Dendam / Transmigrasi / Dokter
Popularitas:409.6k
Nilai: 5
Nama Author: kenz....567

"Si4l, apa yang wanita itu rencanakan?
Mengapa setelah surat cerai kutandatangani, dia justru ... berubah?”
...
Lyara Elvera, seorang gadis yang tak merasakan keadilan di keluarganya. Kedua orang tuanya hanya memusatkan kasih sayang pada kakaknya, sementara Lyara tumbuh dengan rasa iri dan keinginan untuk di cintai

Namun, takdir berkata lain. Sebelum kebahagiaan menyentuhnya, Lyara meregang nyawa setelah terjatuh dari lantai tiga sebuah gedung.

Ketika ia membuka mata, sosok misterius menawarkan satu hal mustahil, kesempatan kedua untuk hidup. Tiba-tiba, jiwanya terbangun di tubuh Elvera Lydora, seorang istri dari Theodore Lorenzo, sekaligus ibu dari dua anak.

Namun, hidup sebagai Elvera tak seindah yang terlihat. Lyara harus menghadapi masalah yang ditinggalkan pemilik tubuh aslinya.

“Dia meminjamkan raganya untukku agar aku menyelesaikan masalahnya? Benar-benar jiwa yang licik!”

Kini Lyara terjebak di antara masalah yang bukan miliknya dan kehidupan baru yang menuntut penebusan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kenz....567, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Penolakan Awal

Pagi itu, seperti biasanya, Theodore tengah bersiap. Sebagai seorang dokter, rutinitasnya selalu padat dan waktunya tersita oleh pekerjaan. Kini, setelah resmi menjadi dokter spesialis penyakit dalam, tanggung jawabnya semakin besar. Namun, ia selalu berusaha menjaga ketepatan waktu dan kedisiplinannya.

Ia mengenakan jam tangannya, lalu merapikan jas dokter berwarna putih yang menggantung di pundaknya. Setelah memastikan semua perlengkapan siap, tas kerja, ponsel, dan dokumen pasien, ia menatap jam di pergelangan tangan. Masih sempat untuk sarapan.

Dengan langkah pasti, Theodore melangkah keluar kamar. Namun, baru beberapa langkah ia hentikan langkahnya. Pandangannya tertuju pada pintu kamar yang terbuka lebar. “Kemana dia? Biasanya pagi-pagi sudah menungguku di depan kamar,” gumam Theodore heran.

Ia mengangkat bahunya, mencoba mengabaikan perasaan aneh yang muncul di d4da, lalu melanjutkan langkah menuju ruang makan.

Sesampainya di sana, Theodore terdiam. Seketika, matanya menangkap sosok wanita muda berambut panjang tergerai yang tengah menata makanan di meja. Dress merah yang membalut tubuh wanita itu tampak lembut di bawah cahaya matahari pagi yang menerobos lewat jendela. Gerakannya anggun, dan saat menyelipkan rambut ke belakang telinga, ada aura lembut yang jarang ia lihat.

“Eh, Om, sarapan dulu,” ucap Lyara ceria begitu menyadari kehadiran Theodore. Pria itu mengerutkan dahi, berdehem pelan, lalu berjalan mendekat dan menarik kursi untuk duduk.

“Om mau sarapan apa? Biar aku ambilkan,” katanya dengan semangat, namun tatapan Theodore menajam.

“Usia kita cuma beda lima tahun, El. Jangan panggil aku Om. Itu terdengar menggelikan. Otakmu semakin rusak, ya?” desisnya jengkel.

Lyara tersenyum, lesung pipinya tampak samar. “Om kan panggilan sayang. Kenapa? Enggak suka? Kan lebih …,” Ia mencondongkan tubuhnya mendekat, membuat wajah mereka hanya berjarak beberapa senti. Napas hangat Lyara terasa di wajah Theodore. Jakunnya bergerak naik turun.

“Dekat … rawwrr,” ucap Lyara sambil menirukan suara kucing dan memperlihatkan gerakan cakarnya.

Theodore terkejut, buru-buru memalingkan wajah dan berdehem. Lyara hanya tertawa kecil, lalu duduk di kursinya sambil menuangkan sup ke dalam mangkuk. Tangannya lincah mengambilkan makanan untuk pria di depannya, tak lain suaminya. Ya, suami dari raga yang kini ia tempati.

“Makanlah, kamu harus coba sup ini,” katanya lembut.

Theodore hanya diam, tak menolak tapi juga tak menunjukkan ketertarikan. Lyara paham, hubungan pemilik raga yang ia tempati dengan keluarganya penuh jarak. Tapi pagi ini, ia mencoba sesuatu yang berbeda. Ia ingin menjadi hangat, walau dirinya hanyalah pengganti dari sosok asli yang telah pergi.

Suasana pagi itu sedikit berubah ketika seorang gadis kecil muncul, berjalan dengan riang sambil memeluk boneka kelincinya. Rambutnya masih agak basah, menandakan baru saja mandi. Ia tampak manis dengan baju kodok warna biru muda.

"Cudah ku bilaaang belhenti belpula-pulaaa, nanti kamu jadi—" saat akan naik ke atas kursinya, tatapan matanya syok melihat keberadaan Lyara di sebelahnya. Ia lalu menoleh menatap Theodore yang tengah menatapnya.

“Jadi lampiiiil,” cicitnya pelan, wajahnya mencerminkan kebingungan antara takut dan cemas.

“Hai, ayo sarapan,” sapa Lyara ramah.

Gadis kecil itu, Eira Adeline Lorenzo, anak kedua Theodore dan Elvera, hanya menatap tanpa suara. Tatapannya berpindah dari Lyara ke Theodore, seolah meminta penjelasan. Theodore hanya mengangkatnya ke kursi dengan lembut, lalu mengelus rambut putrinya.

Eira tidak pernah dekat dengan mamanya. Baginya, sang Mama adalah sosok galak dan menakutkan. Tapi pagi ini, perempuan yang duduk di sampingnya berbeda, tersenyum, lembut, bahkan menyiapkan makanan untuknya.

Pikiran kecilnya mulai berputar liar. “Kila-kila mau diapain Eila? Di malahi? Di kunciin di kamal mandi? Nda di kacih makan? Di culuh tidul di lual? Ndaaa … pelacaan Eila nda buat calah,” batinnya penuh kecurigaan.

Lyara tersenyum. “Ayo makan, anak manis.” Ia mengambilkan semangkuk sup untuk Eira, dan perlahan menyuapkannya. Eira memakan dengan ragu, tapi tetap membuka mulutnya lagi saat sendok berikutnya datang.

Langkah sepatu kembali terdengar. Seorang anak perempuan berusia tujuh tahun berjalan masuk sambil membawa tas dan sisir miliknya. Tanpa bicara, ia duduk dan menatap hidangan di meja. Theodore mengelus rambut anak itu.

“Kok belum dikuncir rambutnya?” tanyanya lembut.

“Nunggu Tante Zeya. Katanya mau anter aku,” jawabnya pelan.

“Sini, sama Papa aja. Jangan merepotkan Tante Zeya,” ucap Theodore sambil hendak mengambil sisir. Namun, sang anak buru-buru menepis tangannya.

“Enggak mau, Pa. Papa kalau nyisir pasti berantakan!” protesnya kesal.

Theodore menghela napas. “Terserah kamu, deh.”

“Mama bisa bantu sisirin,” celetuk Lyara tiba-tiba, membuat anak itu menoleh cepat. Pandangannya tajam, dan penuh rasa marah.

“Enggak usah,” jawabnya singkat, ketus.

Lyara mengangguk perlahan. “Yaudah, kalau enggak mau.” Suaranya lembut, tapi sorot matanya meredup. Ia tak menyangka anak itu akan menolaknya sekeras itu.

Theodore menatap istrinya dengan tatapan sulit dijelaskan. Ada sesuatu yang ganjil dari sikap Elvera pagi itu, terlalu ramah, terlalu lembut, seolah bukan dirinya. Namun, untuk alasan yang tak bisa ia pahami, hatinya menolak marah. Ada ketenangan yang aneh.

"Enak sup nya? Mama tambahkan sedikit bumbu tadi," ucap Lyara pada Eira yang dengan lahap memakan supnya.

“Kamu … memasak?” tanya Theodore, jelas terkejut. Biasanya Elvera bahkan tak mau menyentuh dapur.

Namun sebelum Lyara sempat menjawab, putri sulung mereka tiba-tiba menyingkirkan sendoknya dan beranjak dari kursi.

Prang!

“Aku kenyang,” katanya pelan, lalu berlalu pergi. Theodore pun menyusul, meninggalkan meja makan yang kini terasa hening dan sepi.

Lyara menatap piring-piring yang masih penuh. Ada rasa kecewa yang menggantung di d4danya. Ia menunduk, menahan napas agar tak pecah tangis.

“Yaudah, biarin aja mereka lapar. Dikasih makanan malah ngelunjak. Dasar manusia,” gumamnya dengan suara gemetar, mencoba menutupi perasaan sakit.

Namun kemudian, suara kecil memecah kesepiannya. “Suap lagi, Mama Lampil,” ucap Eira polos, membuka mulutnya lebar.

Lyara tersenyum tulus, air mata menggantung di pelupuk matanya. Ia menyuapi gadis kecil itu lagi dan lagi secara perlahan, penuh kasih, seolah berjanji pada dirinya sendiri bahwa mulai hari ini, keluarga ini akan merasakan hangatnya kasih sayang yang dulu hilang.

"Eeeh Non Eira tumben makannya lahap, biasanya GTM. Gerakan tutup mulut, sekarang GTM gak mau tutup mulut," celetuk Bi Nina yang datang dan menuangkan air ke dalam gelas.

Lyara tersenyum dan mengelus lembut kelala Eira, lalu ia beralih menatap ke arah Bi Nina yang masih terfokus pada kegiatannya. "Bi, apa pernah aku memvkul anak-anak?" pertanyaan Lyara membuat kegiatan wanita paruh baya itu terhenti. Ia menatap heran ke arah Lyara yang bertanya tentang dirinya sendiri.

"Kepala Nyonya masih sakit yah?"

Lyara menghela napas pelan, pertanyaan pasti sangat aneh. "Enggak jadi Bi," balasnya dan kembali menyuapi Eira.

Bi Nina mengg4ruk kepalanya yang tak gatal sambil melangkah pergi. Tapi sesekali ia menoleh ke belakang menatap perilaku Lyara yang terkesan aneh.

"Nyonya makin aneh, efek samping obat tidur itu sangat parah. Mana ada, orang yang bertanya tentang dirinya sendiri," gumamnya pelan.

___________________________________

Hari ini 5 yah, tungguiiiiin😆

1
Irma Juniarti
ampun dah 🤦Ei🤣🤣🤣🤣
*Septi*
kirain karena kekenyangan 🤣🤣🤭
Irma Juniarti
Ei banyak banget aturan mu🤣🤣🤣
iyas
ampuun Oma sama kaya aku , suami mertua ma bapak hobi banget nonton bola semua liga dalam negeri maupun luar , e giliran punya anak laki sama sekali gak minat sama bola , jangan terlalu berharap Oma entar kecewa lho 😀/Facepalm/
Irma Juniarti
/Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Irma Juniarti
gak sabaran banget nich bocil🤣🤣🤣
*Septi*
🤣🤣🤣
Irma Juniarti
/Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/cabal Ei
Hamda Bakkas
/Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
juwita
semua saling pny asumsi sendiri" aq mah ikut sang othor aj. pusing klo hari tebak" buah mangis🤣
bunda fafa
kocaaak🤣🤣🤣laki mu mau ngecek km msh pakai iud apa gak trs hamil apa gak..kl hamil gmn coba🤦😭😭 apalagi bkn anak Theo 😭
bunda fafa
haha sempat2nya mikir gt lyara..kan ragamu ttp istri deodoran 🤣wajar lah tidur bareng
bunda fafa
co cweeet😍
𝕙𝕚𝕜
lanjutan thorrrr💪💪💪
Cindy
lanjut kak
Ita rahmawati
masih penuh nih misyerinya 🤦‍♀️
Nureliya Yajid
lanjut thor
Ita rahmawati
kok hamil sih,,walaupun anak theo tp gk sreg deh 😂
apa lagi anak bryan 🤦‍♀️
Murni Dewita
👣👣
SasSya
benang merah belum ketemu
masih mblundeeetttt
apalagi ini ditambah kondisi Ara yg menimbulkan tanda tanya
semoga saja gak isi
klo isi bisa jadi masalah besar
takutnya di curigai anak orang lain
q yakin El tidak seburuk ituuuu
pengakuan Bryan cuma untuk memprovokasi Theo
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!