CEO Gondrong Itu, Suamiku.
Ruangan bernuansa gold yang memanjakan mata itu nampak sedikit ramai oleh beberapa staff perusahaan yang sedang berkumpul. Tiga di antara mereka adalah perempuan sementara dua lagi laki-laki. Seorang perempuan cantik berkacamata nampak sedang mengusap airmatanya. Yang lain nampak memberikan semangat.
"Udahlah Ra, gak papa kok kamu dipindahin. Karir kamu itu bagus, pekerjaan kamu keren makanya bos minta kamu pindah ke Jakarta buat naikin jenjang karir kamu." ujar salah satu staff menghibur si gadis berkacamata.
"Tapi kenapa mesti pindah, aku kan jadi bakal jauh sama ibu dan bapak. Aku pengen di sini aja." Dengan sesegukan dan sesekali mengelap airmata, gadis berkacamata itu mencoba protes.
"Lho, kamu ini gimana Ra, orang tadi waktu Bapak sama Ibu kamu dikasih tau tentang kepindahan ini, mereka malah senang sekali. Mereka juga berharap kamu bisa betah kerja di Jakarta nanti."
"Iya tetap aja kan aku jadi sedih harus jauh dari mereka. Aku anak mereka satu-satunya." Masih dengan tangis yang sama gadis itu menatap ke empat sahabat di tempatnya bekerja itu.
"Aduh ini anak, lah Emak sama Bapaknya aja udah ikhlas dia pergi tapi dia malah nangis begini. Kamu itu bakal dapat jabatan yang lebih bagus di Jakarta, Ra."
"Apa Ibu sama Bapak mau buang aku ya?" tanya gadis itu yang semakin membuat keempat temannya gemas.
"Dara! tar lama-lama kamu kita ceburin ya ke kolam ikan di depan sana. Mau?" ujar salah satu pria berkumis di antara mereka.
Miya Andara. Gadis berkacamata itu lebih akrab disapa Dara. Ia sangat disayangi oleh semua yang mengenalnya. Pribadinya yang hangat, periang, mudah bergaul dan kadang menyebalkan membuat Dara sangat cepat akrab dengan para staff.
Perusahaan tempat ia bekerja ini adalah salah satu cabang dari perusahaan property terbesar di Jakarta. Hari ini, Dara mendapatkan perintah mutasi ke Jakarta besok. Saat Dara menelepon Ibu dan Bapaknya, kedua orangtua penuh humor itu menyambut sangat antusias padahal Dara sudah menangis karena membayangkan mereka akan segera terpisah.
"Ya udah Nak, kamu langsung pergi aja. Kalau perlu hari ini juga langsung berangkat." pekik Ibu di telepon. Tadinya, Dara akan membayangkan Ibu yang menangis sama seperti dirinya, namun ternyata di luar dugaannya. Ibu seperti sedang menang lotre saja, membuat ia kesal.
"Ibu, masa gak ada sedih-sedihnya aku bakal dipindahin?" protes Dara sambil berkacak pinggang. Teman-teman satu ruangan dengannya sudah terkikik geli.
"Ibu malah mau ngadain syukuran, Alhamdulillah, anak gadis Ibu akhirnya bakal jadi orang gedongan di Jakarta."
Dara yang mendengar ibu begitu histeris seperti sedang nonton sinetron kesukaannya itu dengan segera mematikan telepon. Jadilah saat ini keempat temannya menghibur dirinya yang sedang menangis.
"Dara, aku tuh yakin nanti kamu bakal sukses di Jakarta. Secara, kamu pintar, cerdas, sedikit cerewet juga."
Dara mendelik mendengar kata-kata terakhir Niar itu sementara temannya yang lain sudah tertawa lepas melihat Dara yang semakin kesal.
"Aku sumpahin kamu bakal dapet cowok ganteng di sana." Yang satu lagi menimpali.
"Eh, kamu tuh harusnya bersyukur bakal dipindahin ke Jakarta. Kamu tahu gak, CEO perusahaan kita ini gantengnya kebangetan. Aku pernah lihat wajah ya di majalah bisnis. Orangnya macho abis." ujar Niar lagi dengan tangan sudah tertangkup di depan wajah.
"Ya udah kalo gitu kamu aja yang pindah." celetuk Dara.
"Ya mana bisa Dara sayang. Yang terpilih tuh cuma kamu. Salah sendiri punya otak terlalu encer."
Dara hanya memandang keempat temannya dengan tatapan memelas. Ia sangat berat meninggalkan kota Malang ini. Selain karena sedari kecil ia sudah terbiasa berada di Malang, teman-temannya juga sangat banyak di sini. Apalagi nanti ia pasti akan sangat merindukan Ibu dan Bapaknya yang sering membuat ia tertawa dengan tingkah konyol mereka.
Dara menarik nafas panjang. Nampaknya ia benar-benar tidak bisa lagi mengubah keputusan yang ada. Konon katanya juga, di Jakarta ia akan mendapat jabatan baru. Semua orang yang menyayangi Dara menyambut senang hal itu, hanya Dara saja yang tertunduk lesu.
"Aku bakal kangen banget sama kalian." Dara kembali menangis kencang. Teman-temannya yang lain langsung memeluknya. Yang cowok jadi ambil kesempatan juga yang segera mendapat cubitan gemas dari Niar.
"Ini cowok dua mau ikutan peluk juga. Gak boleh, haram. Bukan muhrim." omel Niar pada Bayu dan Angga yang sudah tersenyum terkulum.
"Yeee, kamu tuh gak bisa lihat orang lagi enak. Kan jarang bisa dapat kesempatan peluk Dara begini." omel Bayu pada Niar yang segera dibalas jitakan di pelipisnya.
Dara hanya nyengir kuda melihat Niar juga Bayu yang sudah saling melempar kertas ke wajah satu sama lain itu. Dara memang banyak sekali yang menyukai. Meski ia berkacamata dan sering menguncir atau mencepol rambutnya, tapi ia sangat cantik.
Dan satu lagi kelebihan gadis itu, bagian atas tubuhnya sangat padat dan besar walaupun tubuhnya langsing. Dara tidak tahu ini anugrah atau kutukan sebab setiap ia berjalan ia akan menjadi bahan pelototan laki-laki.
Dara pernah konsultasi pada dokter. Kata dokter ia kelebihan hormon estrogen karena itu buah dadanya jadi sangat indah dan sedap dipandang.
Dara sekarang juga jadi sering memakai baju yang sedikit lebih longgar untuk menutupi kelebihannya itu. Kemejanya juga sering ia buat sendiri menggunakan jasa tukang jahit. Karena kalau beli, ia selalu kesulitan mendapat kemeja dengan ukuran lebar dada yang besar.
"Duh, gak ada lagi yang bakal sedap dipandang." celetuk Angga sambil menatap Dara sedih.
"Mesum kamu!" Vira yang sedari tadi diam langsung menjejalkan tisu di wajah lelaki tampan dan kocak itu.
"Beneran. Makanya kalian tuh silikon juga kayak Dara." sambung Bayu penuh fitnah yang segera disambut tatapan membunuh oleh Dara.
"Enak aja silikon! ini asli tau!" Dara sudah mencak-mencak sambil berkacak pinggang membuat semua yang ada di sana kontan terpingkal-pingkal.
Saat mereka tengah asyik bersenda gurau, seseorang dengan kedudukan tinggi masuk ke dalam ruangan, membuat mereka seketika bungkam.
"Dara, ikut saya ke ruangan." perintah lelaki berusia kurang lebih 37 tahun itu.
"Baik Pak Mario." Dara segera mengekor, meninggalkan keempat temannya yang lain.
"Dara, besok kamu berangkat pagi ya. Nanti akan ada supir perusahaan yang menjemput kamu. Kamu akan menjadi sekretaris Tuan Bagas Gumilang. Gaji kamu sangat besar jika kamu bisa menjadi sekretarisnya dan bertahan lama."
Dara mengerutkan kening, belum begitu paham arah pembicaraan atasannya ini
"Maksudnya bagaimana ya Pak?"
"Dara, Tuan Bagas Gumilang itu sudah berganti sekretaris sebelas kali dalam setahun ini. Semua tidak ada yang bisa menarik hatinya. Jadi saya harap, kamu bisa menjadi sekretaris yang dia harapkan." Pak Mario menjelaskan dengan tampang serius.
"Kalau saya gagal gimana, Pak? apa saya akan dipecat juga?" tanya Dara cemas.
Pak Mario tertawa.
"Tidak, kamu staff yang sangat berprestasi. Kamu akan kembali ke sini jika gagal."
Bagai angin segar, Dara malah menyambut senang berita itu.
"Baik, Pak. Saya setuju!" Dara segera mengulurkan tangan dan menjabat tangan Mario. Ia kemudian keluar ruangan bahkan belum sempat Mario memintanya pergi.
Mario hanya geleng-geleng melihat staffnya yang kocak dan pintar itu. Ia yakin Dara pasti bisa menaklukkan Tuan Bagas yang keras kepala dan suka semaunya.
Sementara Dara sudah punya harapan lain. Harapan yang bertentangan dengan impian para perantaun.
"Ya Tuhan, semoga aku gagal." Doa anehnya mulai terdengar di seluruh penjuru toilet yang sedang ramai itu.
Dara berlalu begitu saja melewati para staff yang menatapnya bingung.
"Si Dara aneh banget, orang ke Jakarta minta sukses dia minta gagal." ujar salah satu karyawan sambil terkikik geli.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 227 Episodes
Comments
ALIKA🥰🥰CHEN ZHE YUAN.LIN YI
bagas dara🤣🤣🤣
2023-11-26
1
💗💗oppa Sehun 💗💗💗
dara oranya kocak bangett
2023-02-11
0
Lilisdayanti
mampir aqu THUR 🙈🙈
2023-01-12
0